Terlepas dari pernyataan Jokowi, genderuwo adalah makhluk mitologi masyarakat lokal nusantara. Antropolog asal Amerika Serikat Clifford Geertz mengklasifikasikan mahkluk halus di Indonesia dalam 5 jenis, yakni memedi, lelembut, tuyul, demit, serta dayang.
Memedi disebut Geertz adalah sejenis makhluk yang secara harfiah tukang menakut-nakuti. Genderuwo termasuk golongan memedi atau yang tugasnya menakut-nakuti. Genderuwo adalah jenis memedi laki-laki, sedangkan untuk yang perempua disebut 'wewe'.
Dari istilah-istilah politik yang Jokowi kemukakan itu, banyak yang kemudian mempertanyakan, siapa yang dimaksud oleh Jokowi sebagai yang menggunakan cara "politik sontoloyo" dan politik genderuwo itu. Ini akan menjadi sebuah bola liar, semakin panas ketika banyak pihak mulai angkat bicara dan memberikan penafsirannya masing-masing.
Sasaran yang sangat kontras tentu adalah para politisi. Menurut Abdul Kadir Karding, saat di Jakarta, Jum'at 9 November 2018. Beliau menuturkan, "Jadi, pernyataan Pak Jokowi itu untuk semua orang, calon pemimpin maupun politisi, yang pernyataan-pernyataannya membangun narasi propaganda, tentang membangun ketakutan dan kegalauan di tengah masyarakat". Memang, masyarakat kerap kali dihantui oleh isu-isu palsu, hoaks, nyinyir, yang fitnah yang tujuannya menaku-nakuti.
Jokowi melihat, banyak politisi yang pandai memengaruhi masyarakat. Namun, yang amat disayangkan oleh beliau adalah para politisi cenderung tidak memandang etika berpolitik dan keberadaban. Tentu,harapan Presiden Jokowi agar cara berpolitik seperti itu segera ditinggalkan, sehingga rakyat jangan sampai terus diberikan isu-isu recehan yang tidak substansial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H