Tak luput jua, trilogi anasir yang menjadi simbol dari liwet yakni siapa lagi kalau bukan jengkol dan peuteuy serta pangeran ikan asin. Hingga kini, lengkap sudah instrumen-instrumen liwet sehingga menjadi sebuah ritus spiritual yang memuaskan jiwa mereka.
Maikel makan dengan sangat khusyu, satu suap liwet yang dicocol sambel goang ditemani ikan asin, tahu serta tempe ditangan kanan. Lalu dihantam mentimun dan kerupuk ditangan kiri. Seolah ia adalah Roronoa Zoro dalam serial One Piece yang menggunakan tekhnik Nintoryunya.
Ditengah sedapnya menyantap liwet. Kakek sedikit menghela dan bernada "dasar kamu, apa lupa yang diajarkan dulu waktu ngaji di mushola?". "emangnya apa kek?" jawab Maikel sambil terus menghantamkan liwetnya kedalam mulutnya yang mulai merah pedas. "kalau makan itu dengan tangan kanan, tangan kiri itu buat yang selain makan atau minum!" tandas kakek.
Memang. Diantara keluarga dan sanak saudaranya, hanya Maikel yang orang blasteran. Jadi wajar kalau budaya luar itu ada pada dirinya. Khususnya barat. "Kalau makan dengan tangan kiri itu perbuatan syetan!" ujar kakek. "Jadi sekarang ini yang makan siapa kek, Maikel atau syetan?" tanya Maikel. "emang kamu mau disebut syetan?" tanya kakek.
Maikel lalu berhenti makan dan hanya diam. Meskipun terlihat dari raut wajah yang kepedasan akibat ledakan sambel goang. Kakek bertanya "kenapa kamu berhenti makan?". Maikel berkata "Cuma ingin ngetes kemampuan syetan aja kek, gimana rasa pedasnya sambel goang kakek, biar syetan kepedesan. Kan Maikel tadi pake tangan kiri makannya, berarti yang makan syetan dong, biari tau rasa dia kepedesan!". "boa edan!" pungkas kakek.
Refleksi atas sabda Rasulullah SAW
"Apabila seseorang diantara kamu makan atau minum, hendaklah menggunakan tangan kanannya. Karena, syetan makan dan minum dengan tangan kiri."(HR. Muslim)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H