Islam pertama kali diturunkan kepada bangsa Arab dan dalam waktu relatif singkat Islam menyebar ke berbagai penjuru wilayah. Islam yang dibawa oleh bangsa Arab kemudian mendominasi peradaban dari Asia, Afrika, hingga Eropa. Namun dalam sejarahnya, selain bangsa Arab, bangsa Persia merupakan bangsa yang juga banyak memberikan sumbangsihnya terhadap perkembangan Islam.
Persia merupakan salah satu elemen peradaban Timur yang berlokasi di Iran sekarang. Iran terletak di daerah lembah Mesopotamia, sebuah kawasan dengan peradaban yang maju. Selain Iran, mereka juga berdomisili di negara-negara sekitarnya seperti Irak, Afghanistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan.
Setelah ditaklukan umat Islam pada masa Khalifah Umar bin Khatthab, Persia termasuk salah satu bangsa yang memiliki pengaruh kuat terhadap perkembangan peradaban Islam dan pengaruh mereka terus eksis hingga beberapa abad.
Selama masa kekuasaan Bani Umayyah, bangsa Persia belum memperlihatkan perannya dalam membangun peradaban Islam, hal itu karena mereka cenderung dianggap sebagai masyarakat kelas dua oleh orang-orang Bani Umayyah, bahkan mereka diperlakukan layaknya hamba sahaya.
Bangsa Persia mulai terlibat dalam bidang politik dan pemerintahan Islam pada masa Kekhalifahan Abbasiyyah, di mana merekalah yang mendukung dan berperan besar dalam mendirikan kekhalifahan ini. Orang-orang Persia ini berpandangan bahwa dengan membantu mendirikan pemerintahan yang baru ini, mereka akan menjadi orang yang berpengaruh dan memiliki kedudukan strategis di dalamnya.
Abbasiyyah sendiri merupakan nama yang dinisbatkan kepada Abbas bin Abdul Muthallib, paman Rasulullah SAW. Masa pemerintahan Bani Abbas berlangsung sejak tahun 132 H sampai tahun 656 H. Berdirinya kekhalifahan Abbasiyyah tidak bisa lepas dari peran bangsa Persia, yang mana pada masa inilah mereka mulai memainkan perannya.
Gerakan Bani Abbas dipimpin oleh Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthallib sejak tahun 98 H. Pada tahun 103 H ia mengirimkan dua belas utusan ke Khurasan untuk melakukan propaganda di sana dan mengajak masyarakat tanpa menjelaskan siapakah pemimpin tertinggi (imam) mereka.
Khurasan dipilih sebagai pusat propaganda umum karena kondisinya yang tidak stabil, karena banyaknya perselisihan antara kaum Qaisiyah dan kaum Yamaniyah. Juga karena letak geografisnya yang dekat dengan wilayah-wilayah di balik dua sungai (Eufrat dan Tigris) yang banyak dihuni bangsa Persia dan kaum Mawali (umat Islam non-Arab). Selain itu, karena lokasinya yang jauh dari pusat pemerintahan Bani Umayyah
Salah satu tokoh Persia yang paling berjasa mendirikan Kekhalifahan Abbasiyyah adalah Abu Muslim Al-Khurasani, yang merupakan bekas sahaya Isa bin Ma'qil Al-Ajali. Ia bertemu dan berinteraksi dengan imam gerakan Bani Abbas pada tahun 125 H dan kemudian putranya, Ibrahim bin Muhammad. Abu Muslim pun memegang kendali kepemimpinan pihak Abbasiyyah di Khurasan pada tahun 128 H dan mampu menggabungkan Arab Yamaniyah ke dalam barisannya.
Pada tahun 129 H, Abu Muslim menerima surat dari imam yang berisi instruksi untuk melakukan propaganda secara terang-terangan. Pada saat bersamaan, gubernur Khurasan yakni Nashr bin Sayyar sedang disibukan oleh konflik internal yang melanda negeri.
Bentrokan pertama antara kekuatan Bani Umayyah dengan Bani Abbas berlangsung di Khurasan. Dalam bentrokan ini Abu Muslim dapat mengalahkan kekuatan Nashr bin Sayyar. Khalifah Bani Umayyah, Marwan bin Muhammad, mengirimkan utusan untuk mencari Ibrahim bin Muhammad yang menetap di Hamimah. Ia diborgol dan dibawa ke Damaskus, lalu dipenjarakan.
Kepemimpinan Bani Abbas kemudian beralih ke saudaranya, yaitu Abdullah bin Muhammad atau yang lebih dikenal dengan Abul Abbas As-Saffah.
Pada tahun 131 H, Abu Muslim dapat menguasai keadaan sehingga Nashr bin Sayyar melarikan diri dan meninggal dunia. Dengan demikian, seluruh Khurasan tunduk kepada Abu Muslim. Tahun 132 H, kekuatan Abu Muslim memperoleh kemenangan melawan kekuatan Irak, lalu ia bergerak ke arah Kufah sembari mengkampanyekan Bani Abbas.
Kekhalifahan Abbasiyyah pun resmi berdiri dengan khalifah pertamanya yakni Abul Abbas As-Saffah. Pada awal pemerintahannya, As-Saffah menghadapi berbagai upaya pemberontakan, namun semua itu dapat dipadamkan dengan bantuan Abu Muslim Al-Khurasani dan sekelompok keluarga serta kerabatnya. Ini membuat pengaruh Abu Muslim semakin meluas di wilayah timur.
Namun khalifah kedua Bani Abbas, Abu Ja'far Al-Manshur, menganggap Abu Muslim yang merupakan salah satu pilar Abbasiyyah sebagai bahaya yang harus segera dimusnahkan. Sejak dulu Abu Ja'far sakit hati kepadanya; ia tidak mau ada partner dalam pengaruh dan kekuasaannya. Abu Ja'far pun melakukan tipu muslihat hingga akhirnya dapat membunuh Abu Muslim.
Pada masa-masa selanjutnya, atas jasa mereka, orang-orang Persia menjadi orang yang dimuliakan oleh para khalifah Abbasiyyah. Mereka pun diberi kedudukan penting di pemerintahan. Demikianlah sejarah singkat bangsa Persia yang mampu menyumbangkan peran bagi berdirinya Kekhalifahan Abbasiyyah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H