Namun, Abdurrahman bin Muawiyah Ad-Dakhil membangun kerajaannya sendirian, didukung pemikiran dan tekadnya yang kuat. Kisah lelaki ini istimewa dan tidak ada duanya. Lelaki yang diusir, diburu kepalanya, dan dicari keberadaannya di setiap tempat. Namun, ia sanggup melewati semua bahaya dan kesulitan itu.
Ia mendirikan kerajaan sendirian, menguasai seluruh daratan Andalusia, bahkan sanggup menumpas 25 kali pemberontakan. Semangat macam apa ini? Kekuatan macam apa yang dimiliki lelaki itu?"
Inilah pengakuan dari seorang Abu Ja'far Al-Manshur. Meskipun Abdurrahman Ad-Dakhil adalah lawan politiknya, ia tetap bersikap adil dengan mengakui kehebatan Ad-Dakhil dan membiarkan Islam berjaya di timur dengan Kekhalifahan Abbasiyyah dan berjaya di barat dengan Keemiran Umayyah.
Wafat
Abdurrahman Ad-Dakhil hidup selama 59 tahun. Sembilan belas tahun di antaranya ia lalui di Damaskus dan Irak sebelum kejatuhan Kekhalifahan Bani Umayyah, enam tahun dalam pelarian menghindari Bani Abbas dan perencanaan memasuki Andalusia, lalu 34 tahun memegang kekuasaan dan kepemimpinan di negeri Andalusia. Ia akhirnya meninggal dunia di Cordova dan dimakamkan di sana pada Jumadil Ula 172 H (Oktober 788 M) dan kepemimpinan Andalusia digantikan oleh anaknya, Hisyam I Ar-Ridha.
Demikianlah kisah Abdurrahman Ad-Dakhil Sang Elang Quraisy, seorang pemuda yang dengan kehebatan dan kecerdasannya mampu menyatukan kekuasaan Andalusia yang sedang terpecah-pecah dan membuat Islam bersinar di tanah Eropa selama berabad-abad.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H