Khalifah Bani Abbas yang berpusat di Baghdad pernah mengirimkan pasukannya untuk mengambil wilayah Andalusia dan memasukkannya ke dalam wilayah kekuasaannya. Namun, usaha mereka pada akhirnya gagal. Khalifah Abbasiyyah pun membiarkan Andalusia dipegang oleh Bani Umayyah, bahkan memuji kehebatan Abdurrahman Ad-Dakhil yang berhasil menyatukan kembali wilayah Andalusia dan menjulukinya Shaqr Quraisy atau Elang Quraisy.
Suatu hari, Khalifah kedua Daulah Abbasiyyah, Abu Ja'far Al-Manshur, bertanya kepada para sahabatnya, "Beri tahu aku, siapa itu Elang Quraisy?"
Mereka seketika menjawab, "Anda, wahai Amirul Mukminin, orang yang telah menundukkan kerajaannya, meredakan kerusuhan, dan membasmi musuh-musuhnya."
Al-Manshur berkata, "Kalian belum menjawab apa pun."
Mereka menebak, "Muawiyah?"
Al-Manshur menjawab, "Bukan."
Mereka menebak lagi, "Jika demikian, ia pasti Abdul Malik bin Marwan."
Al-Manshur berkata, "Bukan juga."
Mereka pun bertanya, "Lalu, siapakah ia, wahai Amirul Mukminin?"
Al-Manshur menjawab, "Ia adalah Abdurrahman bin Muawiyah yang dengan siasatnya berhasil meloloskan diri dari lorong-lorong gelap dan tebasan pedang, melewati istana, menyeberangi lautan, masuk ke negeri asing, menduduki kota demi kota, membentuk pasukan, mendirikan kembali kerajaan setelah sempat runtuh dengan tekad kuat dan organisasi yang bagus.
Semua itu dilakukannya sendirian. Muawiyah berkuasa lewat kendaraan Umar dan Utsman yang menyingkirkan kesulitannya. Abdul Malik lewat baiat yang diberikan kepadanya. Dan, Amirul Mukminin (Al-Manshur) lewat desakan keluarga dan kesepakatan pendukungnya.