Mohon tunggu...
Muhammad Fakhriansyah
Muhammad Fakhriansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Jakarta

Muhammad Fakhriansyah adalah mahasiswa semester akhir di program studi Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Jakarta. Sejak Februari 2021 menjadi kontributor tetap Tirto.ID. Tulisannya berfokus pada sejarah kesehatan Indonesia dan sejarah politik internasional. Penulis dapat dihubungi melalui: fakhriansyahmuhammad27@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berhaji di Masa Pandemi

31 Juli 2020   12:44 Diperbarui: 24 April 2022   23:12 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap kapal yang mendekati pelabuhan akan mengibarkan bendera kuning yang menjadi tanda untuk berhati-hati. Pengibaran bendera tersebut menandakan terdapat kolera atau penuakit menular lain yang mematikan dan menular menjangkiti penumpang kapal tersebut. Sehingga, diperlukan penanganan yang khusus dan ketat terhadap kapal tersebut hingga sampai di Kamaran

 Dari pemaparan di atas, dapat kita pelajari bahwa perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat lain dapat menyebarkan penyakit. Perjalanan dari satu ke tempat lain atau hanya singgah sekalipun seringkali berada di tempat-tempat mewabahnya suatu penyakit. 

Pernyataan tersebut dapat menjadi alasan bahwa perjalanan orang dari satu ke tempat lain pada titik dan kondisi tertentu dianggap membahayakan orang lain. Ditambah lagi ketika ribuan bahkan jutaan orang berkumpul di tempat dan waktu yang sama, misalkan dalam perayaan Ibadah Haji.

Sebetulnya, setiap ada rute dagang atau rute yang sifatnya jaringan perdagangan dan komersil disitulah berpotensi jadi jalur potensial penyebaran wabah. Langkah pemerintah Arab Saudi yang membatasi haji dan langkah pemerintah Indonesia yang membatalkan haji adalah kebijakan yang tepat. 

Sudah seharusnya memori “peradaban” terkait penyakit dan kesehatan dilihat sebagai dasar kebijakan dan sudah seharusnya juga negara-negara yang beberapa kali terkena wabah, merespon pandemi lainnya dengan baik karena memiliki memori kolektif yang kuat.

Referensi

Jaelani, Gani Achmad. (2017). “Islam dan Persoalan Higiene di Hindia-Belanda”, Jurnal Sejarah Masyarakat Sejarawan Indonesia, 1: 63-81.

Tagliacozzo, Eric. (2014). “Pilgrim Ships and the Frontiers of Contagion: Quarantine Regimes from Southeast Asia to the Red Sea” Histories of health in Southeast Asia: perspectives on the long twentieth century, edited by Harper and Amrith, Bloomington: Indiana University Press,, pp. 47–60.

F.E Peters. (1994). The Hajj: The Muslim Pilgrimage to Mecca and The Holy Place. United Kingdom: Princeton University Press.

Diskusi webinar Leiden Lecture Series yang diselenggarakan Universitas Leiden dan UIN Jakarta dengan topik “Pilgrimage in The Time of Pandemic” dengan pembicara Prof. Oman Faturahman (Guru besar filologi UIN Jakarta) dan Yanwar Pribadi (Dosen UIN Banten)

Penulis adalah Muhammad Fakhriansyah. Saat ini ia menjalani pendidikan di program studi pendidikan sejarah Universitas Negeri Jakarta. Tulisannya berfokus pada kajian sejarah kesehatan di Indonesia. Selain itu,  ia menjadi pemimpin redaksi di komunitas History Agent Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun