Apa yang dikatakan Asep Kambali tersebut bisa benar, apabila generasi millenial musnah akan ingatan sejarahnya, maka ia akan kehilangan ruh nasionalisme di dalam dirinya. Mengingat, di era ini arus teknologi dan informasi begitu besar, sehingga mampu mempengaruhi pemikiran generasi tersebut.Â
Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah ketakutan terhadap hal tersebut. Beragam upaya dilakukan oleh insan manusia yang peduli sejarah untuk membangkitkan rasa cinta terhadap sejarah. Mindset ketidaksukaan terhadap sejarah tertanam di dalam benak generasi millenial karena dalam benaknya sejarah identik dengan tanggal, tokoh, dan hapalan.
Pembelajaran sejarah tidaklah harus serius, dibuat menyenangkan dan mengikuti perkembangan zaman. Di Indonesia di era ini ada banyak platform media sosial mengenai sejarah, salah satunya adalah Majalah Online "Historia" yang menjadi media penghubung sejarah yang ditulis di buku kepada khalayak umum, tentunya dikemas dengan interaktif dan aktratif.
Pembelajaran Sejarah nyatanya harus mengikuti perkembangan zaman, jika dahulu bertamasya sejarah hanya dengan melalui buku sejarah yang tebal dan berkunjung ke museum yang seram. Kini kita harus berinovasi dan bertransformasi melepas dan merubuhkan mindset tersebut. Menghidupkan kembali museum dan membuatnya menjadi interaktif dan kreatif bisa sebagai cara untuk membangkitkan rasa cinta terhadap sejarah.
Untuk dirimu yang membaca tulisan ini, silahkan bertamasya melalui sejarah. Melihat masa lalu sebagai upaya memahami masa kini dan masa depan.
Terima Kasih.
"Dengan sejarah kita belajar jatuh cinta"-Kuntowijoyo dalam bukunya "Pengantar Ilmu Sejarah"