Sapu Lidi Hilang
Dua minggu sapu lidi di rumah saya hilang. Telah dicari ke sekeliling rumah tapi belum ditemukan. Akibatnya, karpet yang biasa terbentang di ruang tamu harus dilipat sementara waktu supaya debu tidak banyak debu.
Kan bisa beli sapu lidi yang baru? Saya setuju usul ini yang sampai sekarang belum dilakukan dan tak mau membuat alasan. Karena sudah jelas salah tapi masih bikin alasan, Â malu, kan?
Coba bayangkan, tiga buah lidi membersihkan debu dari karpet yang berukuran lebar. Mungkin kah sanggup? Tiga buah lidi saja tak mampu membersihkan debu.
Baca juga : Mengingatkan Kembali Filosofi Ketupat
Lalu saya kumpulkan seluruh lidi yang banyak itu kemudian diikat bagian atas untuk dijadikan sapu lidi. Disapulah karpet dan mampu membersihkan debu-debu di karpet itu. Yeah, berhasil! Â
Eh, tahu kan kegunaan sapu lidi? Kan sapu lidi digunakan untuk membersihkan halaman, lantai dan jalan raya. Nah, betul sekali. Dan sapu lidi merupakan ciri khas peralatan rumah tangga Indonesia.
Baca juga : Mencari Penyesuaian Makna dengan Membuat Sapu Lidi Sendiri
Lalu apa filosofi sapu lidi? Setiap orang memiliki pendapat masing-masing, bukankah begitu? Ada tiga filosofi sapu lidi versi saya, boleh berbeda pendapat, kan?
Pertama, ketika lidi banyak dikumpulkan dan menjadi sapu lidi sehingga berhasil membersihkan debu, bukankah begitu?
Dan sapu lidi lemah ketika dipisah-pisahkan dan kuat ketika disatukan, setuju kah? Ingatkan pepatah "Bercerai kita runtuh, bersatu kita teguh."
Kedua, sapu lidi dibuat untuk membersihkan kekotoran. Tidak ada jaminan bahwa batin seseorang terus-menerus bersih dan tidak kotor.
Untuk membersihkan batin yang kotor itu maka seseorang mesti berbuat kebaikan. Perbuatan baik akan "menyapu" batin kotor karena perbuatan buruk dan jahat yang dilakukan.
Karena batin seseorang bagaikan cermin yang jika tidak dibersihkan akan kotor. Semakin batin sering dibersihkan maka kan mudah seseorang berbuat baik, bukankah begitu?
Ketiga, Ingatkah pernyataan Aristoteles bahwa manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon)? Pernyataan yang bermakna bahwa kodrat manusia untuk hidup bermasyarakat dan berinteraksi dengan orang lain.
Betapapun hebat, pintar dan kaya seseorang takkan sanggup hidup sendiri tanpa orang lain. Iya, kan? Di lain sisi perubahan besar yang ingin dilakukan seseorang tanpa mengikutsertakan dan bekerjasama dengan orang lain mustahil tercapai, bukankah begitu?
Baca juga : Mahasiswa dalam Analogi Sapu Lidi
Untuk itu jika ingin terjadi suatu perubahan mutlak melibatkan orang lain dan bekerjasama. Dan bukankah semakin banyak kepala akan muncul banyak ide yang dapat dieksekusi bersama-sama. Sepakat, kah?
Ini seperti tiga buah lidi tiada mampu membersihkan halaman yang luas namun akan mampu dibersihkan halaman luas itu ketika setiap lidi digabung menjadi sebuah sapu lidi, kan sudah jadi sapu lidi? Â
Keempat, banggalah dan pertahankan jati diri seperti sapu lidi yang merupakan ciri khas peralatan rumah tangga Indonesia. Hidup Indonesia!
Curup
23 September 2020
JR
[Ditulis untuk Kompasiana.com]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H