Kedua, sapu lidi dibuat untuk membersihkan kekotoran. Tidak ada jaminan bahwa batin seseorang terus-menerus bersih dan tidak kotor.
Untuk membersihkan batin yang kotor itu maka seseorang mesti berbuat kebaikan. Perbuatan baik akan "menyapu" batin kotor karena perbuatan buruk dan jahat yang dilakukan.
Karena batin seseorang bagaikan cermin yang jika tidak dibersihkan akan kotor. Semakin batin sering dibersihkan maka kan mudah seseorang berbuat baik, bukankah begitu?
Ketiga, Ingatkah pernyataan Aristoteles bahwa manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon)? Pernyataan yang bermakna bahwa kodrat manusia untuk hidup bermasyarakat dan berinteraksi dengan orang lain.
Betapapun hebat, pintar dan kaya seseorang takkan sanggup hidup sendiri tanpa orang lain. Iya, kan? Di lain sisi perubahan besar yang ingin dilakukan seseorang tanpa mengikutsertakan dan bekerjasama dengan orang lain mustahil tercapai, bukankah begitu?
Baca juga : Mahasiswa dalam Analogi Sapu Lidi
Untuk itu jika ingin terjadi suatu perubahan mutlak melibatkan orang lain dan bekerjasama. Dan bukankah semakin banyak kepala akan muncul banyak ide yang dapat dieksekusi bersama-sama. Sepakat, kah?
Ini seperti tiga buah lidi tiada mampu membersihkan halaman yang luas namun akan mampu dibersihkan halaman luas itu ketika setiap lidi digabung menjadi sebuah sapu lidi, kan sudah jadi sapu lidi? Â
Keempat, banggalah dan pertahankan jati diri seperti sapu lidi yang merupakan ciri khas peralatan rumah tangga Indonesia. Hidup Indonesia!
Curup
23 September 2020