Jawaban dari ibu penjual sayur dan kesatria itu bertolak dari pengalaman nyata keseharian mereka yang kemudian oleh Socrates diajak berdialog.
Sebab menurut Socrates, manusia dalam hati dan pikiran sudah mengetahui secara benar apa itu kebaikan namun belum terdefinisikan secara utuh dan dilakukan di hidup sehari-hari.
Maka mempergunakan "teknik kebidanan" Socrates menolong orang-orang untuk 'bersalin' mengeluarkan dari batin dan pikirannya sehingga melahirkan apa itu sebenarnya kebaikan? Siapakah saja orang yang dianggap baik?
Orang berbuat baik itu darimana sumbernya? Mengapa orang berbuat baik? Kapan kebaikan itu dianggap baik? Bagaimana bentuk berbuat baik dan cara berbuat baik?
Hasil dari "teknik kebidanan" adalah etika dan edukasi. Socrates mengajak orang untuk memperhatikan dan memuaskan jiwa dengan hidup beretika pun dengan dialog orang-orang merenungi supaya sadar tujuan hidupnya.
Barangkali inilah jalan filosof yang berdayakan akal untuk berpikir rasional, perenungan kritis, bertanya mendalam dan melihat lebih luas pesoalan-persoalan masyarakat.
Mengubah kehidupan manusia ke yang lebih baik, filosof akan bertaruh nyawa ke liang kubur, dipenjara berpuluh tahun, dianggap gila karena berbeda pemahaman, diasingkan ke tempat antah berantah, dikucilkan lingkungan.
Inilah jalan pemikir kebebasan (filosof) yang dilalui karena penguasa yang anti kritik dan ditelanjangi bau busuk kekuasaannya.
Pun adakalanya filosof dengan kebebasan berpikinya itu untuk tercerahkannya masyarakat memakan waktu yang panjang, daya tahan usia dan tenaga sampai perubahan terjadi.
Dua keadaan itu mengiringi jalan kebebasan berpikir filosof sebab filosof merekam beragam realitas bukan apa yang tampak kasat mata tapi ke jantung akar persoalan.