Nah, yang menuliskan ini maka ia akan mengemukakan apa yang ia ketahui dan alami menurut pendapatnya sendiri (perspektif). Apakah boleh, bolehlah!
Beda perspektif akan menambah informasi atau pengetahuan orang lain dan disinilah penulis yang "melawan arus" sangat diperlukan karena ia memiliki sudut pandang tulisan yang berani berbeda dari kebanyakan orang lain.
+ Ingat, Dik. Yang ikut arus itu cuma sampah dan bangkai.
- Sepakat dedeq, eh Dik, Bang.
Kedua. Semakin seseorang sering menulis (plus membaca, menelaah, berpikir kritis) maka ia akan semakin cakap menulis dalam kondisi apapun dan tulisannya bernas.
Coba bandingkan orang yang sedari kecil memiliki bakat sepakbola namun kala dewasa malas latihan dengan orang yang tak berbakat sepakbola namun sering latihan sepakbola.
Siapakah yang akan lebih hebat? Tentu, orang yang sering latihan, disiplin dan ulet akan hebat karena bakat akan padam karena kemalasan, tak disiplin dan enggan ulet.
Seperti itu juga menulis yang harus sering dilakukan (dilatih) terus-menerus supaya mahir menulis. Seperti peribahasa "Alah bisa karena biasa."
+ Mau lagi contoh, Dik?
+ Pernah lihat pisau berkarat dan tumpul kan Dik?
- Pernah Bang.