"Seperti disiram air comberan, ditodong senjata, hingga digampar ajudan karena bersikukuh mewawancarai narasumber yang memang enggan diwawancarai.”
Ia tak segan untuk mengayomi wartawan junior di tempatnya bekerja dengan berpesan “Jika lagi menulis ya menulis saja. Jangan pikirkan membuat judul terlebih dahulu."
"Tulis saja sampai selesai, kemudian edit, baru lanjutkan dengan sematkan judul.”
Tentang reportase, sebagai kekayaan tulisan feature, ia pernah berujar, “Anda ke lokasi rasakan apa yang orang-orang rasakan, lihat apa yang anda lihat, dan dengar apa yang anda dengar. Lalu tulis!”
"Dan pesan lainnya, “Tulisan anda itu dibaca tukang becak, kuli, dan jenis pekerjaan yang sama dengan mereka.”
Buku-buku almarhum yang saya miliki yaitu, Merasa Pintar, Bodoh Saja tak Punya, Laki-Laki yang Tak Berhenti Menangis, Aleppo, dan Laki-Laki Memang Tidak Menangis, Tapi Hatinya Berdarah, Dik.
Buku berjudul "Aleppo: Memoar Pendek tentang Hidup yang Panjang" merupakan tulisan-tulisan status Cak Rusdi –sapaan akrab dari teman-temannya-- di akun facebooknya yang belum utuh dan berurutan.
Kemudian oleh Penerbit Buku Mojok disaring, disatukan bab per bab sesuai tema dan dibukukan sehingga menjadi tulisan menarik yang dapat dibaca sekali duduk dan meninggalkan kesan mendalam bagi pembaca.
Dalam buku ini Cak Rusdi menampilkan perjalanan hidup dan pribadi seperti apa adanya. Tiada yang ditutupi dan memoles diri untuk pencitraan supaya dikatakan sebagai orang baik.
Karena di kalangan keluarga dan teman-teman, Cak Rusdi adalah orang baik dengan segala kelebihan dan kekurangan. Tipe orang yang buka kulit tampak isi.