Mohon tunggu...
Jamalludin Rahmat
Jamalludin Rahmat Mohon Tunggu... Penjahit - HA HU HUM

JuNu_Just Nulis_

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Makna di Balik Lukisan

27 Februari 2020   23:17 Diperbarui: 28 Februari 2020   16:32 1379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lukisan bertemakan “Never Say Never” karya Uji “hahan” Handoko menggambarkan kaitan seni dan kekuatan pasar. Idealis seniman dengan karya yang dibuat kadangkala meluruh pada pengaruh dan permintaan pasar. Di lukisan ini bagaimana berkuasanya pengaruh pasar disimbolkan dengan mata uang Yen Jepang, Euro Eropa dan Dollar Amerika Serikat yang ada di tengah lukisan.

Illustrated by picuki.com
Illustrated by picuki.com
Era modern bak pedang bermata dua. Ada kebaikan dan keburukan tergantung siapa yang memegang gagang pedang. Sebelum era modern, seni sesuatu yang sangat dimuliakan dan dihormati. Seni biasanya hadir pada perayaan-perayaan keagamaan atau tradisi. Kekuatan pasar tak mampu menakar sebuah karya seni pun mempengaruhinya sehingga menjadi alat kepentingan. Ini berbeda di era modern kala sebuah karya seni mesti menyesuaikan dan dipengaruhi secara dominan oleh kekuatan pasar.

Tuangan kanvas lukis berjudul “D.O.A” karya Riyan “The Popo” mengucapkan terima kasih sang anak kepada almarhum sang ayah. Sebuah karya yang menampilkan cerita dalam lima bagian peran yang dilakoni sang ayah kepada anaknya. Sang ayah yang pada mulanya “cuek” dengan kemampuan melukis mural di dinding oleh Riyan sehingga apa pun yang dibuat Riyan maka sang ayah akan menghapusnya.

Hingga suatu ketika setelah sang ayah meninggal, Riyan membersihkan rumah dan tanpa sengaja melihat klipingan dari berbagai majalah dan koran yang memuat tulisan tentang kemahiran dan mengapresiasi karya lukis mural Riyan. Kliping itu merupakan perbuatan sang ayah yang selama ini tiada Riyan ketahui.

Illustrated by kertaslawas.wordpress.com
Illustrated by kertaslawas.wordpress.com
Lukisan D.O.A merupakan kesadaran reflektif berbalut etis-estetis akan peran ayahnya yang merupakan kritikus sekaligus pembimbing dalam pembentukan sudut pandang karya Riyan. Riyan digelari sang pelukis mural dinding yang kental aroma kritik sosial.

Seni lukis dengan beragam bentuknya bukan hanya tentang gambar yang mati tapi ada makna di sebalik gambar dan pemilihan judul lukisan itu. Ia bisa sebuah kesadaran puncak dari manusia kepada Tuhan. Ia juga bisa kritik sosial yang terjadi kala itu. Ia juga bisa berupa pencarian terdalam. Pun seni bukan selalu tentang dominannya sisi keindahan (estetis) sehingga melupakan nilai-nilai kebaikan dan keburukan (etis).

Jamal Rahmat

Curup

27.02.2020

#sebuahsketsa     

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun