Lukisan bertemakan “Never Say Never” karya Uji “hahan” Handoko menggambarkan kaitan seni dan kekuatan pasar. Idealis seniman dengan karya yang dibuat kadangkala meluruh pada pengaruh dan permintaan pasar. Di lukisan ini bagaimana berkuasanya pengaruh pasar disimbolkan dengan mata uang Yen Jepang, Euro Eropa dan Dollar Amerika Serikat yang ada di tengah lukisan.
Tuangan kanvas lukis berjudul “D.O.A” karya Riyan “The Popo” mengucapkan terima kasih sang anak kepada almarhum sang ayah. Sebuah karya yang menampilkan cerita dalam lima bagian peran yang dilakoni sang ayah kepada anaknya. Sang ayah yang pada mulanya “cuek” dengan kemampuan melukis mural di dinding oleh Riyan sehingga apa pun yang dibuat Riyan maka sang ayah akan menghapusnya.
Hingga suatu ketika setelah sang ayah meninggal, Riyan membersihkan rumah dan tanpa sengaja melihat klipingan dari berbagai majalah dan koran yang memuat tulisan tentang kemahiran dan mengapresiasi karya lukis mural Riyan. Kliping itu merupakan perbuatan sang ayah yang selama ini tiada Riyan ketahui.
Seni lukis dengan beragam bentuknya bukan hanya tentang gambar yang mati tapi ada makna di sebalik gambar dan pemilihan judul lukisan itu. Ia bisa sebuah kesadaran puncak dari manusia kepada Tuhan. Ia juga bisa kritik sosial yang terjadi kala itu. Ia juga bisa berupa pencarian terdalam. Pun seni bukan selalu tentang dominannya sisi keindahan (estetis) sehingga melupakan nilai-nilai kebaikan dan keburukan (etis).
Jamal Rahmat
Curup
27.02.2020
#sebuahsketsa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H