Ini soal bagaimana musik dianggap sebagai pendidikan atau hanya sebagai hiburan_Djut Nyak Deviana Daud Syah_Pendiri Institut Musik Daya Indonesia
Tonggak Hari Anak Nasional (HAN)
Tanggal 23 Juli diperingati sebagai Hari Anak Nasional yang ke-35. Landasan hukum Hari Anak Nasional (HAN) lewat Kepres Nomor 44 Tahun 1984 yang diteken oleh Presiden Soeharto 4 hari sebelum perayaan.
Di hari penyelenggaran HAN Soeharto berujar "... dari Istana Negara ini, saya ingin menyampaikan ucapan selamat kepada seluruh anak Indonesia. Bergembiralah dan tumbuhlah menjadi anak-anak yang sehat, cerdas, taat kepada orang tua, patuh kepada bapak dan ibu guru, takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Cinta kepada Tanah Air kalian yang indah dan luas ini,"
Tujuan diperingati Hari Anak Nasional yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan anak secara keseluruhan dan dilaksanakan secara berjenjang mulai dari level pusat hingga daerah.
Dibentuklah Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada 20 Oktober yang berisfat independen untuk melindungi anak-anak Indonesia sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 36/1990, 77/2003 dan 95/2004 yang menjadi dasar hukum dibentuknya lembaga ini.
Lebih jauh lagi di masa Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada Kabinet Indonesia bersatu jilid kedua Kementerian Pemberdayaan Perempuan berganti nama menjadi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Merujuk kepada Undang-Undang No 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak bahwa yang dimaksud dengan anak adalah orang yang belum berusia 18 tahun tahun dan yang termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Tonggak Hari Anak Nasional (HAN) yang digagas Soeharto dan diperingati sampai kini serta adanya lembaga independen KPAI, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak belum menjamin bahwa perlindungan kepada anak-anak dari kekerasan, eksploitasi, penganiayaan dan penculikan telah dilakukan dengan baik.
Kekerasan dan Eksploitasi Anak
Berdasarkan catatan Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia, jumlah kekerasan terhadap anak di tengah kehidupan masyarakat terus meningkat. Sebanyak 52-58% pengaduan yang diterima didominasi kasus kekerasan seksual. Selebihnya sekitar 48% merupakan kasus kekerasan dalam bentuk lain umpama penganiayaan, penculikan, dan eksploitasi anak. Bahkan sebagian besar kasus kekerasan dilakukan oleh orang-orang terdekat. (Sumber dari www.cnnindonesia.com)
Ada beberapa kata yang perlu digaris bawahi yaitu "kekerasan" yang oleh kbbi.web.id diartikan dengan perihal (yang bersifat, berciri) keras, perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain, paksaan.
Jadi kekerasan terhadap anak yaitu perbuatan seseorang atau sekelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya si anak atau kerusakan fisik.
Kedua, kata "eksploitasi" yang berarti pemanfaatan untuk keuntungan sendiri, pengisapan dan juga pemerasan. Di perempatan jalan lampu merah biasa ditemui anak-anak yang sengaja "diisap" oleh orang-orang tertentu untuk mendapatkan uang bahkan ada anak yang sakitnya sengaja dipelihara dan diletakkan dipinggir jalan supaya orang berbelas kasihan dan memberikan donasi.
Anak-anak sangat rentan menjadi objek kekerasan dan eksploitasi karena usia yang belum matang. Juga secara psikologis anak-anak memiliki ketergantungan kuat kepada orang dewasa.
Lalu apa hubungannya nasib lagu anak-anak dengan kekerasan dan eksploitasi. Begini kekerasan dan eksploitasi tidak selalu berbentuk fisik, ragawi dan kasat mata tapi ia juga berkaitan dengan psikis dan ruhani si anak.
Di era tahun 90-an banyak lagu anak-anak bermunculan dari pencipta lagu seumpama AT Mahmud, Ibu Sud dan, Pak Kasur, SM. Mochtar dengan judul lagu Burung Kutilang, Kasih Ibu, Kring Sepeda, Pelangi dan sebagainya. Lirik lagu anak-anak yang dibuat kala itu berisi tentang pendidikan dan pesan moral. Pun lagu anak-anak itu membuat mereka peka dengan lingkungan, berbagi bersama teman, menyayangi orangtua dan lingkungannya.
Di pucuk pohon cempaka
burung kutilang berbunyi
bersiul, siul sepanjang hari
dengan tak jemu jemu
mengangguk angguk sambil berseru
trilili lili lilili
Sambil berlompat lompatanparuhnya slalu terbuka
digeleng gelengkan kepalanya
menentang langit biru
tandanya ia suka berseru
trilili lili lilili
Aku hendak kepekan mau beli ikan
kumasak dengan santan untuk ayah makan
ini ikan tenggiri siapa yang punya
aku hendak membeli murahkan harganya
ini uang setali jangan ikat lagi
Hari sudah tinggi
Bunga didalam tamanku
merah putih kuning ungusetiap hari ku
Atau lagu "Kasih Ibu"
Kasih ibu,
kepada beta
tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi,
tak harap kembali,
Bagai sang surya, menyinari dunia.
Tapi kini terasa jauh berbeda, anak-anak lebih mengenal lagu-lagu orang dewasa yang secara psikologis berdampak kepada mereka yaitu patah hati diputus pepuja hati, sering mendegar kata cinta dengan lirik lagu cium dan peluk maka mereka akan melakukan hal itu bahkan berakibat kepada tutur kata si anak dan moralitas.
Nasib lagu anak-anak ditelan oleh lagu dewasa yang liriknya jarang memperhatikan aspek psikologis pendengar (terkhusus anak-anak). Â
Lagu dewasa berjudul "Keong Racun"
Reff:
Dasar kau keong racun
Baru kenal eh ngajak tidur
Ngomong nggak sopan santun
Kau anggap aku ayam kampung
Kau rayu diriku kau goda diriku kau colek diriku
Eh ku takut sekali
tanpa basa basi kau ngajak happy happy
Eh kau tak tahu malu
Tanpa basa basi kau ngajak happy happy
Mulut kumat kemot
Matanya melotot
Lihat body denok
Pikiranmu jorok
Mentang-mentang kokay
Ku dianggap jablay
Dasar koboy kucai
Ngajak check-in dan santai
Sorry sorry sorry jack
Jangan remehkan aku
Sorry sorry sorry bang
Ku bukan cewek murahan
JR
Curup
23.07.2019
Taman Bacaan
kbbi.web.id
kapanlagi.com
Mansour Fakih, Roem Topatimasang, Toto Rahardjo. Pendidikan Popular: Pendidikan untuk Rakyat. REaD Books. Yogyakarta. 2001
tirto.id
wikipedia.org.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI