Mohon tunggu...
Jamalludin Rahmat
Jamalludin Rahmat Mohon Tunggu... Penjahit - HA HU HUM

JuNu_Just Nulis_

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidikan Kesadaran Kritis

17 Mei 2019   21:52 Diperbarui: 17 Mei 2019   22:48 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Illustrated by socioviews.com)

Pendidikan ikut ambil bagian juga dalam pelanggengan proses 'dehumanisasi' tersebut.

Ideologi pendidikan dalam tiga kerangka yang didasarkan pada kesadaran ideologi masyarakat.

Pertama. Kesadaran magis. Suatu kesadaran masyarakat yang tidak mampu mengetahui kaitan antara satu faktor dengan faktor lainnya.

Umpama pada kasus kemiskinan yang menimpa masyarakat miskin ia dilihat karena faktor di luar manusia bukan dilihat karena terkait dengan sistem politik, budaya dan ekonomi yang sengaja direkayasa.

Kedua. Kesadaran naif. 'Aspek manusia' menjadi akar penyebab masalah masyarakat. 

Kemiskinan itu terjadi karena kesalahan masyarakat itu sendiri yang malas, tidak berjiwa wirausaha. Sistem dan struktur yang diterapkan penguasa sudah benar untuk memberantas kemiskinan.

Ketiga. Kesadaran kritis. Sumber masalah bukan pada manusianya tapi lebih kepada sistem dan struktur sebagai sumber masalah. 

Kesadaran kritis melatih murid mampu mengenali sebab terjadinya 'ketidakadilan' yang dibuat oleh sistem dan struktur yang ada, kemudian mampu melakukan penguraian atas apa yang terjadi (analisa) bagaimana bekerjanya sistem dan struktur itu serta bagaimana mengubahnya untuk keselamatan masyarakat (transformasi sosial).


Menutup tulisan ini akan lebih baik kiranya direnungkan kata-kata dibawah ini.


"belajar dari realitas atau pengalaman, yang dipelajari bukan "ajaran" (teori, pendapat, kesimpulan, wejangan, nasehat, khotbah, pidato dan lainnya) dari seseorang, tetapi keadaan nyata masyarakat atau pengalaman seseorang atau sekelompok orang yang terlibat dalam keadaan nyata tersebut.

Akibatnya, tidak ada yang merasa pengetahuan seseorang lebih tinggi dari yang lainnya (otoritas pengetahuan). Keabsahan pengetahuan seseorang ditentukan oleh pembuktiannya dalam realitas tindakan atau pengalaman langsung, bukan pada retorika atau "kepintaran omong" belaka. (penutup buku).

JR
Curup
17.05.2019.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun