Namun hal tersebut sangat ditentang oleh Jeng Yah yang memiliki tekat kuat untuk membuat saus racikannya sendiri, rasa penasaran yang menguasai dirinya untuk masuk pintu biru ( ruang saus ) yang memiliki daya tarik sendiri di serial Gadis Kretek ini. Suatu hari ia berhasil mendapatkan kunci dari ruang saus tersebut berkat bantuan Soeraja, kemudian ia membuat racikan sausnya sendiri menggunakan campuran bunga mawar yang ia campurkan dengan beberapa bahan pelengkap untuk menyempurnakan saus racikannya sendiri. Namun sayangnya ia dipergoki oleh salah satu pegawai laki -- laki yang meracik saus sehingga ia diusir dan sangat ditentang untuk masuk dan membuat racikan saus lagi, bahkan ruangan tersebut dibersihkan menggunakan dupa untuk menghilangkan bau asam dari perempuan yang dipercaya bisa membuat racikan saus menjadi tidak enak dan kehilangan cita rasanya.
Namun Jeng Yah tidak pantang menyerah dan tetap berusaha untuk membuat racikan kreteknya sendiri yang sangat memiliki cita rasa perempuan terlihat dari campuran yang ia gunakan yaitu bunga mawar sebagai representasi dari tangan perempuan. Usaha yang Jeng Yah lakukan pun membuahkan hasil atas bantuan dari Soeraja yang membujuk pak Idroes ( Rukman Rosadi ) untuk mencoba kretek hasil racikan Jeng Yah yang membuat pak Idroes berubah pikiran dan menyukai kretek hasil racikan Jeng Yah. Semua usaha dan tekad yang dimiliki Jeng Yah kemudian membuahkan hasil yang sangat manis yaitu kretek buatannya disetujui oleh pak Idroes sebagai produk baru dari kretek Merdeka yaitu kretek gadis.
Setelah kretek racikan Jeng Yah diluncurkan di publik banyak orang menyukai serta kagum akan cita rasa unik yang dihasilkan dari kretek racikan Jeng Yah ini, dan pada tahun 1960 Dasiyah menjadi satu--satunya perempuan yang berhasil membuat racikan saus kretek yang sangat disukai banyak orang. Di mana berkat kegigihan dan rasa ambisius Dasiyah dapat membuat dirinya memiliki kesetaraan antara peracik saus lainnya. Bisa kita ambil kesimpulan bahwasannya kita tidak bisa memandang seseorang dari gendernya, baik laki -- laki maupun perempuan memiliki hak yang sama untuk melakukan apa yang mereka inginkan. Dan Dasiyah mampu mematahkan stigma bahwa hanya laki -- laki sajalah yang bisa meracik saus yang bercita rasa dan sangat dinikmati banyak kalangan di kala itu.
Namun patriarki masih eksis berkembang di zaman sekarang, sebagai salah satu contoh yaitu adalah ketika anak perempuan merokok akan dipandang buruk dan nakal oleh kebanyakan orang, sedangkan apabila anak laki-laki yang merokok maka akan dianggap wajar dan biasa saja. Hal ini juga menunjukan bahwa kesetaraan gender di Indonesia belum sepenuhnya terealisasikan dan masih memiliki tempat di hati kebanyakan orang, kesetaraan gender seharusnya bisa diberlakukan dalam kehidupan sehari-hari tanpa memandang hal yang mereka inginkan, setiap manusia memiliki hak untuk dirinya sendiri dalam berbagai aspek.
Jangan biarkan diri kita terbelenggu dalam kebudayaan patriarki yang akan menjatuhkan harga diri kita dan menghalangi hal-hal yang ingin kita lakukan untuk membuat pribadi yang lebih baik. Jangan mau ketika kita dianggap hanya bisa mengurus rumah tangga saja, buktikan pada dunia bahwa kita bisa menjadi apapun yang kita mau dengan semua tekat dan usaha yang kita lakukan untuk meningkatkan value yang ada di diri kita, tegaskan pada orang sekitar untuk menghargai satu sama lain sesama masyarakat di Indonesia, perlakukan lah sesama sesuai dengan hak yang mereka miliki tanpa melakukan diskriminasi, perlakukanlah semua gender dengan sama rata agar memiliki kehidupan yang lebih baik dan tenteram.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H