Mohon tunggu...
Fajrul Alfien
Fajrul Alfien Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Bahasa Indonesia

Saat ini sedang hobi belajar.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hal-hal yang Sering Ditanyakan Ikhwal Kurikulum

19 Maret 2024   07:30 Diperbarui: 19 Maret 2024   07:33 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tulisan ini akan menguraikan beberapa pertanyaan tentang kurikulum, seperti definisi, konsep kurikulum dalam perspektif siswa belajar aktif, hubungan kurikulum dan pembelajaran, urgensi keterampilan pengembangan kurikulum bagi pendidik, konsep pengembangan kurikulum, dan aksioma pengembangan kurikulum. Semua pertanyaan tentang kurikulum tersebut akan dijawab oleh penulis dengan mengutip pendapat dari berbagai macam sumber atau referensi. Selamat membaca!

A. Pengertian Kurikulum

Pendapat pertama dikemukakan oleh Daniel Tanner dan Laurel Tanner (1975) yang menyatakan bahwa kurikulum adalah pengalaman belajar yang direncanakan dan dipandu serta hasil belajar yang diharapkan, dirumuskan melalui rekonstruksi sistematis pengetahuan dan pengalaman di bawah naungan sekolah, untuk pertumbuhan kompetensi sosial pribadi siswa yang berkesinambungan dan disengaja. Istilah kurikulum mempunyai banyak definisi yang berbeda seperti halnya proses pengembangan kurikulum yang mempunyai banyak pendekatan alternatif. Kurikulum secara umum didefinisikan sebagai rencana yang dikembangkan untuk memfasilitasi proses belajar mengajar di bawah arahan dan bimbingan sekolah, perguruan tinggi atau universitas dan anggota stafnya (Winecoff, 1989, p. 1).

Lebih lanjut, Stenhouse (dalam Scott, 2001, p. 8) berpendapat bahwa kurikulum adalah upaya untuk mengomunikasikan prinsip-prinsip dan fitur-fitur penting dari sebuah proposal pendidikan dalam bentuk yang sedemikian rupa sehingga terbuka untuk diteliti secara kritis dan mampu diterjemahkan ke dalam praktek secara efektif. Efektif untuk diterjemahkan ke dalam praktik. Pendapat senada juga dikemukakan oleh Richards (2001, p. 39) yang menyatakan bahwa kurikulum adalah semua kegiatan yang dilakukan anak-anak di bawah naungan sekolah. Hal ini mencakup tidak hanya apa yang dipelajari oleh siswa, tetapi bagaimana mereka mempelajarinya, bagaimana guru membantu mereka belajar, menggunakan materi pendukung apa, gaya dan metode penilaian apa, dan dalam jenis fasilitas apa.

Lebih lanjut Hamalik (2008, p. 91) menyatakan bahwa kurikulum adalah rencana tertulis tentang kemampuan yang harus dimiliki berdasarkan standar nasional, materi yang perlu dipelajari dan pengalaman belajar yang harus dijalani untuk mencapai kemampuan tersebut, dan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pencapaian kemampuan peserta didik, serta seperangkat peraturan yang berkenaan dengan pengalaman belajar peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya pada satuan pendidikan. Beberapa pendapat yang telah dikemukakan ahli tersebut dapat mengerucut pada pengertian kurikulum merupakan sebuah rancangan pengalaman belajar yang dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Dengan demikian, kurikulum harus mencakup dua sisi yang penting, yaitu perencanaan pembelajaran serta bagaimana perencanaan itu diimplementasikan menjadi pengalaman belajar peserta didik dalam rangka pencapaian tujuan yang diharapkan.

B. Konsep kurikulum dalam perspektif pembelajaran siswa belajar aktif  

Prinsip pembelajaran siswa belajar aktif mengandung makna bahwa dalam proses pembelajaran siswa menempati posisi sentral sebagai subjek belajar. Kurikulum dirancang untuk memudahkan, mengarahkan dan menginspirasi siswa agar mereka mampu mencapai pemahaman yang utuh terhadap pengetahuan secara mandiri.  Keberhasilan proses pembelajaran dalam hal ini tidak diukur dari sejauh mana materi pelajaran telah disampaikan guru akan tetapi sejauh mana siswa telah berhasil menguasai materi pelajaran (Budiarti, 2015). Lebih baik lagi apabila materi pembelajaran dikuasai siswa dengan cara beraktivitas mencari dan menemukan sendiri pengetahuan yang ingin dikuasainya.

Salah satu agenda atau poin penting yang terdapat dalam Kurikulum Merdeka ialah pembelajaran berdiferensiasi. Model pembelajaran ini benar-benar menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran. Dalam model ini, guru harus mampu mengidentifikasi pemahaman awal, minat, gaya belajar, dan penguasaan materi siswa serta sekaligus merancangkan metode yang tepat bagi setiap individu untuk memfasilitasi keunikan yang ada di dalam kelas. Hal tersebut dilakukan agar siswa dapat mengikuti proses pembelajaran secara aktif dan mandiri---relevan dengan minat, bakat, dan gaya belajar masing-masing individu.

C. Hubungan antara kurikulum dengan pembelajaran

Kurikulum yang saat ini berlaku dalam sistem pendidikan di Indonesia ialah Kurikulum Merdeka. Kurikulum Merdeka dirancang untuk menyediakan kesempatan belajar sehingga semua siswa dan guru bisa menjadi manusia mandiri, pelajar sepanjang hayat yang mempunyai kompetensi dan karakter yang relevan untuk kehidupan masa depan. Kurikulum Merdeka merupakan hasil dari penyempurnaan atau pengembangan terhadap kurikulum yang berlaku sebelumnya, yaitu Kurikulum 2013.

Jika ditelisik dari teori yang dikemukakan oleh Oliva mengenai macam hubungan antara kurikulum dengan pembelajaran (dualistik, interlocking, konsentrik, dan cyclical), maka Kurikulum Merdeka termasuk dalam kategori cyclical model atau model siklik. Hal tersebut berangkat dari premis bahwa para pengembang kurikulum (baca: para ahli) senantiasa "berinteraksi" atau tanggap terhadap masalah-masalah yang muncul dalam proses belangsungnya pendidikan di sekolah-sekolah.

Anindito Aditomo, Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kemdikbudristek dalam sebuah siniar di akun Youtube Guru Gembul menyampaikan, "hal-hal seperti pemangkasan jumlah materi ajar, fleksibilitas pengaturan jam pelajaran, penghapusan KKM, dan pengadaaan jam khusus untuk pengembangan karakter merupakan hasil dari interaksi antara pengembang kurikulum dengan pelaksana kurikulum". Hasil penyempurnaan yang disusun oleh para pengembang kurikulum selanjutnya diimplementasikan oleh para pelaksana yang dalam hal ini ialah guru-guru di sekolah. Hubungan timbal balik antara kurikulum dan pembelajaran inilah yang kemudian dinamakan cyclical model atau hubungan siklik.

D. Pentingnya calon guru memiliki kompetensi mengembangkan kurikulum

Guru menjadi garda terdepan dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Keberhasilan pendidikan ada di tangan guru. Guru adalah individu yang berhadapan langsung dengan peserta didik di kelas dalam pembelajaran. Keberhasilan implementasi kurikulum perlu ditunjang oleh guru berkualitas yang mampu menganalisis, menafsirkan, dan mengaktualisasikan informasi yang ada dalam dokumen kurikulum ke dalam pembelajaran (Alawiyah, 2013). Bagi guru, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Oleh karena itu, bagaimanapun idealnya kurikulum tanpa ditunjang oleh kemampuan guru untuk mengaktualisasikan dan mengimplementasikannya, maka kurikulum tidak akan bermakna sama sekali dan pembelajaran tidak akan efektif.

Guru memegang peranan yang penting baik di dalam perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum. Dia adalah perencana, pelaksana, dan pengembang kurikulum bagi kelasnya. Peranan guru bukan hanya menilai perilaku dan prestasi belajar murid-murid dalam kelas, tetapi juga menilai implementasi kurikulum dalam lingkup yang lebih luas. Oleh karena itu, seorang guru wajib mengerti dan memahami kurikulum yang berlaku, agar ia bisa mengembangkan dan memaksimalkan fungsi kurikulum sebagai pedoman untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

E. Aksioma pengembangan kurikulum

Tilaar dalam Poerwati (2013, p. 282) menyatakan bahwa kurikulum bukanlah tujuan akhir melainkan sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Hal ini menunjukan bahwa kurikulum memiliki peran strategis dalam pencapaian tujuan pendidikan. Perubahan kurikulum menjadi sebuah keniscayaan dan sesuatu yang perlu dilakukan. Dari masa ke masa, muatan pendidikan terus berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, sosial, budaya, yang semakin maju. Perubahan dan perkembangan kurikulum terus dilakukan di Indonesia mulai dari masa kemerdekaan. Kita mengenal adanya rencana pengajaran, Garis Besar Program Pengajaran (GBPP), kurikulum 84, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Kurikulum 2013, sampai akhirnya sekarang Kurikulum Merdeka.

Perkembangan dan perubahan kurikulum diperlukan untuk mengimbangi berbagai perkembangan di masyarakat yang sangat cepat. Rizali, Sidi, dkk mengungkapkan perubahan kurikulum dalam sistem pendidikan adalah sebuah keniscayaan, bila tidak berubah berarti kita semakin tertinggal (2009, p. 13). Lebih lanjut, Nurhadi dalam Kusnandar (2007, p. 113) mengungkapkan kurikulum sebagai variabel yang mempengaruhi sistem pendidikan, kurikulum harus dapat mengikuti perkembangan di masyarakat. Kurikulum harus komprehenshif dan responsif terhadap dinamika sosial, relevan, tidak overload, dan mampu mengakomodasi keberagaman keperluan dan kemajuan teknologi. Karenanya, perubahan kurikulum menjadi sebuah hal yang wajar.

Boyd (1984) menyatakan bahwa pengembangan kurikulum diperlukan untuk menghadapi dan mengantisipasi keadaan-keadaan berikut. a. Merespons perkembangan ilmu dan teknologi. b. Merespons perubahan sosial di luar sistem pendidikan. c. Memenuhi kebutuhan siswa. d. Merespons kemajuan-kemajuan dalam pendidikan. e. Merespons perubahan sistem pendidikan itu sendiri. Lebih lanjut, Prof. Sarwiji juga menyatakan bahwa pengembangan kurikulum harus dilakukan sebagai respon atas perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) (scientific vision), kebutuhan masyarakat (societal needs), serta kebutuhan pengguna lulusan (stakeholder needs) (Suwandi, 2020).

Daftar Rujukan

Alawiyah, Faridah. 2013. "Peran Guru Dalam Kurikulum 2013". Aspirasi Vol.       4No. 1, Juni 2013 Hal 65-74.       https://jbasic.org/index.php/basicedu/article/view/3172

Budiarti, Yesi. 2015. "Pengembangan Kemampuan Kreativitas dalam         Pembelajaran IPS".     Jurnal Promosi: Jurnal Pendidikan Ekonomi UM     Metro Vol.3.No.1 (2015) 61-72.

Daniel Tanner and Laurel N. Tanner. 1980. Curriculum Development: Theory into Practice, 2nd ed. New York: Macmillan Publishing Co., Inc.

Guru Gembul. (10 Juli 2023). Guru Gembul Nyamperin Kementrian Pendidikan    Nasional:         Bahas Kurikulum Merdeka [video]. Youtube.          https://www.youtube.com/watch?v=rOvhjhEbopo&t=80s .

Hamalik, Oemar. 2008. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Rosda Karya.

Kusnandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan          Pendidikan, (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta, PT Raja         Grafindo Persada. Rizali, Ahmad, Indra Jati Sidi, dan Datria Dharma. 2009. Dari Guru Konvensional Menuju Guru Profesional. Jakarta: PT. Grasindo.

Oliva, Peter V. 1992. Developing the Curriculum. 3 rd Edition. New York: Harper            Collins             Publishers.

Poerwati, Loeloek Endah dan Sofan Amri. 2013. Panduan Memahami Kurikulum             2013, Sebuah Inovasi Struktur Kurikulum Penunjang Pendidikan Masa      Depan. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya.

Richards, Jack C. 2001. Curriculum Development In Language Teaching. USA:    Cambridge University Press.

Scott, David. 2001. Curriculum and Assessment. West Port: Ablex Publishing.

Sukmadinata. 1997. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Rosda Karya

Suwandi, Sarwiji. 2020. "Pengembangan Kurikulum Program Studi Pendidikan     Bahasa (dan    Sastra) Indonesia yang Responsif terhadap Kebijakan          Merdeka Belajar-Kampus       Merdeka dan Kebutuhan Pembelajaran Abad     ke-21". Prosiding Seminar Daring Nasional: Pengembangan Kurikulum Merdeka Belajar Program Studi Pendidikan     Bahasa Indonesia, 21 Oktober            2020. https://ejournal.unib.ac.id/index.php/semiba/issue/view/956/ .

Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. 2009. Kurikulum dan        Pembelajaran. Bandung, Jurusan Kurikulun dan Teknologi Pendidikan            Fakultas Ilmu Pendidikan UPI.

Winecoff, Larry. 1989. Curriculum Development and Instructional Planning.         Bandung: Ditjen Pendidikan Tinggi Depdikbud.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun