Mohon tunggu...
Fajri Satria Hidayat
Fajri Satria Hidayat Mohon Tunggu... Administrasi - Engineer • Marketer • Researcher

Industrial Engineering - Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Monorel Untuk Jakarta : Sudah Seberapa Jauhkah Perkembangannya?

25 Mei 2014   14:38 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:08 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"kok macet ya?"

"tidak tahu, si komo sedang lewat mungkin".

Percakapan seperti ini sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Sepenggal lirik dari lagu anak-anak tahun 90an ini sebagai gambaran bahwasanya kemacetan di ibukota bukanlah masalah dari kemarin sore. Si komo juga sering dijadikan kelakar sebagai penyebab kemacetan ibukota. Ruas jalan yang selalu padat menjadikan mobilitas menjadi lambat. Sektor transportasi pun memiliki andil dalam hal ini. Hingga sekarang rakyat masih terus berharap dapat ditemukan solusi dalam mengatasi permasalahan kemacetan yang tak kunjung usai.

Pemerintah terus melakukan terobosan dalam sektor transportasi . Salah satunya adalah dengan membangun proyek sistem transportasi Jakarta monorel. Proyek monorel yang digagas Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai salah satu langkah dalam mengatasi kemacetan ini masih belum dikembangkan sesuai dengan rencananya. Dalam sejarahnya, Monorel jakarta ini dicanangkan ketika Bapak Sutiyoso menjabat sebagai gubernur dan kemudian mengalami pasang surut hingga sekarang. Pada pemerintahan Bapak Fauzi bowo, monorel terhenti dengan menyisakan tiang-tiang pancang disejumlah ruas ibukota mahakarya  PT Adhi Karya BUMN dalam bidang PU. Monorel  dilanjutkan kembali pada pemerintahan jokowi pada tanggal 16 oktober 2013. Monorel diharapkan menjadi solusi dan menambah modernisasi dalam bidang transportasi ibukota.

PT Jakarta Monorail (JM) sebagai pengembang dan pengelola terus berbenah diri dan melakukan upaya hingga saat ini karna masih ada beberapa hal yang masih perlu diadakan konsolidasi lanjutan. Dilain hal, Banyak pihak yang menilai ada pencampuran politisasi dalam pembangunan infrastruktur ini sehingga melambatkan pengembangannya. Tentunya ini bukan hal yang diharapkan sebab untuk rakyat apapun yang terbaik harus dilakukan secara matang.

Untuk memberikan penjelasan tentang sejauh mana upaya pengembangan Monorel Jakarta, Pada hari sabtu, 24 mei 2014, Diadakan #kompasiananangkring bersama PT JM di outback steak house, Kuningan City,Jakarta. Diskusi  ini cukup menarik dengan menghadirkan dalam 4 pembicara yang terkait dalam hal ini diantaranya :

Bapak Jhon Aryananda sebagai Dirut PT Jakarta Monorail,Bapak Tjipta Lesmana sebagai Pakar Komunikasi Politik, kemudian Bapak Dharmaningtyas sebagai Pengamat Transportasi, dan Bapak Lukas Hutagalung sebagai Konsultan Bidang Infrastruktur. Diskusi ini dimoderatori oleh Bapak Laksono Hari Wiwoho dan juga disiarkan secara langsung oleh salah satu radio swasta di Jakarta, yakni Motion Radio 97.5 FM (Dokumentasi)

[caption id="attachment_339716" align="aligncenter" width="540" caption=" Dirut PT JM Jhon aryananda menjelaskan perkembangan Jakarta Monorel"][/caption]



Diskusi dengan tema "Jakarta monorail :Persoalan Infrastruktur atau Politik? ini diharapkan dapat memberikan informasidan pencerahan kepada masyarakat tentang perkembangan proyek monorel saat ini. Disamping itu juga diharapkan dapat memberikan klarifikasi tentang berbagai isu yang berkembang ditengah masyarakat.Diskusi ini diawali dengan pertanyaan pembuka yaitu :

Apakah itu monorel dan seberapa penting monorel untuk jakarta?

Bapak Jhon sebagai dirut PT JM mencoba menjelaskan  bahwasanya monorel merupakan transportasi makro berbasis satu jalur, hampir sama dengan comutter line namun dengan kapasitas dan rute yang dibangun  berbeda. Lalu bagaimana kah dengan jalurnya? Jalur monorel akan menghubung beberapa tempat strategis di Ibukota, jadi akan masuk kedalam kota. Keunggulan dari monorel lainnya lebih ringan, lebih flexible, tidak berisik dan tentunya sesuai dengan kondisi Jakarta saat ini yang membutuhkan transportasi umum sebagai alternative pengurangi kemacetan.Pertumbuhan penambahan jumlah kendaraan menunjukan angka 10% pertahun sedangkan pertumbuhan pembangunan jalan yang hanya 0,6%. Monorel diharapkan dapat mengangkut kurang lebih 60.000 penumpang setiap harinya dalam 8 gerbong yang diisi oleh 228 penumpang. Monorel sudah terbukti efisien diterapkan dinegara di dunia salah satunya adalah di Sao Pao (Brazil) dan chongqing (China).

Ide yang bagus dan cukup menarik ya, lalu mengapa proyek monorel masih terhambat perkembangannya?

Masih terhambatnya pembangunan monorel dikarenakan ada beberapa faktor salah satunya adalah dukungan dari pemerintah belum sepenuh hati akan proyek ini. Pada tahun 2005-sekarang terdapat penyesuaian kebijakan pemerintah DKI . Sehingga proyek monorel harus berhenti beberapa saat. Masih ada rasa saling tidak percaya diantara pihak terkait. Perjanjian kerja sama (PKS) masih belum di tanda tangaini oleh pemerintah provinsi Jakarta. Pemerintah provinsi sebagai pemilik kewenangan tentunya diharapkan dapat memberikan dukungan kepada PT JM sebagai swasta yang akan menjalankan proyek ini.PT Jakarta Monorail juga didukung oleh CCCC (China Communications Construction Company) yang merupakan perusahaan konstruksi terbesar di China. PT JM sudah melakukan konsorsium dan mendapatkan dana 1.8 milyar yen dari CCCC. kini sempat terhentinya pembangunan monorel menyisakan tiang-tiang beton yang telah berdiri dengan besi beton yang masih terbuka bagian atas disejumlah ruas ibukota. Masih diperlukan tahapan-tahapan pengkajian yang lama, Semua perencanaan hukum dan bisnis harus dikerjakan secara detail dan bertahap. Pak Lucas menambahkan, seperti umurnya pernikahan yang berumur lama, perlu ada tahapan penjajakan. Begitupula dengan tahapan monorel, hal ini tentunya penting untuk mencegah timbulnya masalah dimasa depan.

Garis besarnya bisa kita katakan seperti ini, Pemerintah membutuh infrastrukur, pemerintah menyediakan lahan, swasta investasikan, dan melakukan pengelolaan, dan tentunya mendapatkan keuntungan secara wajar, monorel tetap milik DKI Jakarta, dikelola oleh PT JM dan resikopun ditanggung oleh PT JM. Masing-masing pihak mencapai tujuannya. Cukup sederhana. Namun dalam perkembangannya ternyata tidaklah sesederhana itu dalam pengembangan monorel ini . Dengan makraknya monore ini,kita tentunya berpikir bahwasanya yang dirugi adalah  PT.JM. tapi jika kita melihat secara luas, rakyatlah yang sbenarnya dirugikan

Dalam pengamatan penulis, Proyek monorel sudah dikemukakan sejak di era Bapak Sutiyoso, kemudian pada periode Bapak Fauzi bowo dihentikan karna dinilai tidak efektif untuk Jakarta sehingga surat jaminan atas dana tidak diturunkan. surat jaminan ini dgunakan dalam menagani dana jika tidak tercapai targetnya. karna suratnya tidak kuncung turun,kemudian terhenti untuk beberapa waktu. PT Ahi Karya dan PT JM terus melakukan kontrak kerjasama dengan pemerintah. Pada masa sekarang, Bapak Jokowi tampaknya legowo terhadap proyek ini dan berniat melanjutkan pengembangan asalkan adanya komitmen keberlanjutan dan ikuti alur kerja yang berlaku, sedangkan Bapak Ahok selaku wakil gubernur terlihat berpendapat bersebrangan. Pak ahok menolak habis-habisan dan seringkali mengutarakan statement kontra terhadap proyek monorel. Pak ahok menilai proyek ini tidak efektif untuk Jakarta dan satu pendapat dengan Bapak Foke. PT JM juga dinilai beliau hanya mencari keuntungan belaka dan PT JM diduga memiliki permasalahan finansial sehingga tidak dapat menyelesaikan secara mandiri sehingga waktunya tertunda pengerjaannya. wah wah bagaimana ini?

Spekulasi yang berkembang ditengah masyarakat akan beberapa hal ditampik oleh oleh PT JM. “Ada yang mengatakan kita sebenarnya tidak punya uang dan mengandalkan Pemprov, ada lagi yang mengatakan kita punya hutang dengan adhi karya. tentunya tidak juga seperti itu, bagaimanapun juga kita melakukan konsorsium dengan berbagai pihak. Perjanjian kerja sama (PKS) yang dilakukan harus dijaga sesuai dengan kesepakatannya. Persyaratan yang diajukan akan kita ikuti alurnya. Sebagai pihak yang diberikan izin, kita tentunya hanya berupaya sebisanya, hanya menunggu. Diizinkan, kita jalankan, tidak diizinkan kita batalkan. Yang dibutuhkan disini hanyalah rasa saling percaya” . Pembatalan terminasi kontrak pada akhir jabatan Bapak Fauzi Bowo dikarenakan PT JM dinilai wanprestasi, padahal jika dilihat bukan hanya PT JM tapi Pemerintah DKI Jakarta sendiri. jika KPS dibatalkan, PEMDA harus membayar 130 milyar kepada PT Adhi Karya dan 70 milyr kepada PT JM. Tentunya ini bukan hal yang diharapkan.

Bapak Dharmaningtyas selaku Pengamat Transportasi mengatakan monorel cukup bagus tetapi kurang efektif karna rutenya tidak terhubung dengan pemukiman penduduk. “Jadi hanya seperti jalur makan siang saja yang berhubungkan tujuan dengan tujuan, bukan asal dengan tujuan. misalnya semanggi dengan kuningan, ini tentunya tidak akan efektif, harus ada perubahan jalur di designnya”. Kemudian PT JM menanggapi sebagai usul yang baik namun kembali menegaskan bahwasanya pembangunan jalur monorel akan terintegrasi dengan sektor transportasi lain tentunya. Akan terintegrasi dengan trans jakarta, commuter line, hingga MRT dan sektor transportasi lainnya. Tidak ada sektor transportasi dijakarta yang dapat berdiri sendiri dan akan  berpadu transportasi yang lain. Pak Tjipta juga menambahkan bahwasanya wacana pemindahan ibukota Indonesia merupakan suatu kebijakan dengan mental pecundang. Permasalahan itu harus dihadapi dan dicarikan solusi yang sesuai untuk rakyat termasuk dalam pengembangan sektor transportasi.

Kompas TV  : Video ilustrasi rencana monorel Jakarta

Megapolitan.kompas.com : Gambar perencanaan monorel dan rute

dari ilustrasi tersebut diketahui bahwasanya rencana monorel menggunakan 2 jalur rute dalam kota yaitu blue line dan green line. Blue line dengan rute dimulai dari Kampung Melayu-Tebet-Kuningan-Casablanca-Tanah Abang-Roxy-Taman Anggrek (Jakarta Barat). sedangkan untuk green line akan dimulai dari Kuningan-Kuningan Sentral-Gatot Subroto-Senayan-Asia Afrika-Pejompongan-Karet-Dukuh Atas-kembali ke Kuningan

Jika dilihat dari segi ekonomi, sepertinya monorel tidak terlaku menguntungkan PT JM alam segi finansial. Harga tiket seharga 9000 rupiah yang ditetapkan dirasa belum dapat menutupi investasi yang ditanamkan.lalu apakah ada sisi lain yang membuat PT JM menilai monorel merupakan suatu prospek yang baik? Ya, bisnis properti berbasis transit-oriented development akan menjadi industri maju di sepanjang jalur dan stasiun monorel, ini memungkinkan beruntung untuk semua. PT JM bisa undang investor dari luar untuk mengembangkan bisnisnya. Kita bisa lihat alam sutera atau daerah bisnis yang lain. Kita akan lihat 10-15 tahun mendatang ini akan menjadi perkembangan yang pesat. Akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Jakarta sendiri.

Lalu bagaimana dengan MRT? Apa bedanya dengan MRT? kenapa monorel tidak dilebur dengan MRT? Bukankah itu akan lebih efektif? Sejumlah pertanyaan ini muncul dari hadirin.

Dan hal ini pun dijawab oleh PT JM bahwasanya dari segi efisiensi daya angkut dan dana, monorel menang dari MRT. Dari segi teknologi dan kepadatan Jakarta,Berbeda dengan MRT, monorel juga lebih ringan, begitupula denga jalurnya juga memiliki konstruksi yang berbeda. Sistem balok lintasan tunggal dan penstabilan roda yg digunakan Monorel berguna untuk meningkatkan keamanan penggunanya. Harga jalur MRT per-km jauh lebih mahal dari monorel, bisa 5 kali lipatnya. Sehingga monorel lebih efisien tentunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun