Menurut beberapa pengamat, absensi dalam debat tidak selalu berdampak buruk pada popularitas kandidat. Profesor George Lakoff, ahli linguistik kognitif, berpendapat bahwa citra publik seorang kandidat sangat dipengaruhi oleh framing dan media.
Ketidakhadiran dalam debat, dalam beberapa kasus, justru bisa menjadi taktik efektif jika kandidat merasa bisa lebih mengendalikan narasi melalui media lain. Darlene S. Bowser, seorang pengamat komunikasi politik, menambahkan bahwa debat hanyalah salah satu strategi kampanye. Dalam situasi tertentu, ketidakhadiran dapat menjadi taktik yang diperhitungkan jika kehadiran mereka di arena debat tidak menawarkan keuntungan yang signifikan.
Kesimpulan Berdasarkan Landasan Teori dan Filosofis
Berdasarkan pandangan filosofis dan teori-teori politik, ketidakhadiran calon Bupati dan Wakil Bupati ataupun calon Walikota dan Wakil Walikota dalam debat kandidat dapat dilihat sebagai bagian dari strategi politik yang terencana. Langkah ini bisa menjadi cara untuk menjaga citra, menghindari risiko, dan mengarahkan fokus ke metode kampanye yang lebih efektif.
Namun, dari sisi etis, absensi ini bisa mengurangi transparansi dan kepercayaan publik terhadap kandidat, karena debat kandidat adalah sarana penting untuk menilai kapasitas dan komitmen mereka secara langsung. Pada akhirnya, masyarakat yang bijak akan mampu menilai sikap kandidat yang memilih absen dalam debat dan mempertimbangkan dampaknya terhadap kualitas kepemimpinan mereka.
Penulis: Fajrin BilontaloÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H