Mohon tunggu...
Fajrin Bilontalo
Fajrin Bilontalo Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Gorontalo

Membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Saling Hujat dalam politik Pilkada, Suatu tanda Kurangnya Pendidikan Demokrasi

2 November 2024   00:11 Diperbarui: 2 November 2024   00:20 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandangan ini sejalan dengan Plato yang beranggapan bahwa ketidakmampuan dalam memaparkan gagasan adalah tanda dari keterbatasan visi politik yang harus dihindari dalam pemerintahan.

3. Pengaruh Media Sosial

Jean Baudrillard, seorang filsuf Prancis, dalam bukunya Simulacra and Simulation, berpendapat bahwa media telah menciptakan "realitas simulasi" yang memanipulasi persepsi publik. Hujatan yang beredar di media sosial menjadi "simulasi" dari kebenaran, di mana citra pasangan calon dibentuk bukan oleh fakta, melainkan oleh persepsi yang dibangun melalui narasi-narasi negatif.

Media sosial pun mempercepat penyebaran konten yang berisikan hujatan karena lebih menarik perhatian dibandingkan program positif yang membutuhkan analisis. Baudrillard menyebut fenomena ini sebagai "hiperrealitas," di mana orang cenderung mempercayai yang mereka lihat di media daripada kenyataan yang sebenarnya.

4. Tuntutan Politik Praktis

Machiavelli dalam The Prince menyatakan bahwa seorang pemimpin yang efektif harus siap melakukan tindakan apapun yang diperlukan untuk mencapai tujuannya. "Tujuan menghalalkan cara" adalah prinsip yang sering digunakan oleh tim sukses untuk meraih kemenangan, termasuk dengan mengorbankan etika dan moralitas. Machiavelli menegaskan bahwa politik sering kali bersinggungan dengan kebutuhan praktis yang mengharuskan politisi berani bersikap pragmatis.

Pandangan ini kemudian menjadi dasar tindakan saling menjatuhkan dalam politik, di mana setiap pihak merasa harus menggunakan segala cara untuk mengamankan kepentingannya.

5. Kurangnya Edukasi Demokrasi

John Stuart Mill dalam On Liberty menekankan pentingnya edukasi bagi publik dalam memelihara kebebasan. Menurutnya, demokrasi hanya akan berhasil apabila warga negaranya memiliki pendidikan yang baik mengenai etika dan hak asasi.

Mill percaya bahwa keterbukaan terhadap perbedaan pendapat tanpa adanya kebencian adalah esensi dari masyarakat yang maju. Ketika demokrasi tidak didukung oleh pemahaman yang cukup, kompetisi politik dapat dengan mudah bergeser menjadi permusuhan antar individu. Inilah yang membuat edukasi politik sangat penting untuk menghindarkan Pilkada dari sikap saling hujat dan permusuhan.

Menata Kembali Ruang Demokrasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun