Mohon tunggu...
Fajrin Bilontalo
Fajrin Bilontalo Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Gorontalo

Membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Saling Hujat dalam politik Pilkada, Suatu tanda Kurangnya Pendidikan Demokrasi

2 November 2024   00:11 Diperbarui: 2 November 2024   00:20 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: Beju

Di tengah pesta demokrasi seperti Pilkada, para pasangan calon dan tim suksesnya umumnya memaparkan visi, misi, dan program unggulan untuk meyakinkan pemilih. 

Namun, sering kali panggung politik ini diwarnai dengan aksi saling hujat antar tim pasangan calon. Masyarakat pun tak jarang dibuat bingung dan kecewa, karena apa yang seharusnya menjadi ajang kompetisi ide dan gagasan malah berubah menjadi arena konflik pribadi. 

Fenomena ini tak sekadar masalah politik, tetapi juga berkaitan erat dengan etika, moralitas, dan psikologi massa yang telah dikaji oleh banyak filsuf.

Mengapa ini terjadi? Berikut beberapa pemikiran yang dapat menggambarkan fenomena ini, disertai pandangan para filsuf yang relevan:

1. Strategi Menciptakan Polarisasi

Filsuf Jerman Georg Wilhelm Friedrich Hegel berpendapat bahwa konflik atau pertentangan adalah proses dialektis yang diperlukan untuk mencapai perkembangan ide atau perubahan sosial. Namun, dalam konteks politik, polarisasi yang berlebihan justru memecah belah dan memperkeruh demokrasi. 

Hegel mengatakan dalam bukunya Phenomenology of Spirit, bahwa dialektika seharusnya mengarah pada sintesis atau penyatuan ide, bukan perpecahan atau permusuhan yang destruktif.

Sayangnya, di masa kini, banyak tim kampanye menggunakan konflik sebagai strategi, bukan untuk mencari kebenaran, melainkan untuk memperkuat basis pendukung mereka dengan mengadu emosi massa.

2. Ketidakmampuan Memaparkan Program Secara Detail

Plato dalam The Republic menyatakan bahwa politik seharusnya dijalankan oleh mereka yang memiliki kebijaksanaan dan pemahaman mendalam mengenai keadilan dan kebenaran. Namun, ada juga, kandidat atau timnya kurang memiliki pemahaman yang cukup mendalam mengenai program yang mereka tawarkan, sehingga saling hujat menjadi "jalan pintas" untuk menarik perhatian masyarakat dan menyembunyikan kelemahan program.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun