Mohon tunggu...
Fajrin Bilontalo
Fajrin Bilontalo Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ia Tak Terlihat, Namun Ia Ada, Akankah Adam Smith Pemenangnya?

30 September 2024   22:50 Diperbarui: 1 Oktober 2024   01:53 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam ini, angin berhembus lembut, membawa kesejukan ke dalam ruang terbuka, di mana beberapa pemuda asyik berbincang.

Dari sudut kedai kopi dengan meja kayu sederhana, secangkir kopi susu menemani mereka dalam diskusi mendalam mengenai teori ekonomi Invisible Hand Adam Smith dan relevansinya dalam dunia politik.

"Ia tak terlihat, namun ia ada," ucap Andi Taufik, seorang mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIN Kabupaten Gorontalo, memulai pembicaraan. "Teori Invisible Hand Adam Smith ini biasanya kita temukan dalam pembahasan ekonomi, tapi malam ini aku ingin membawa kalian melihatnya dari sudut pandang politik."

Man'uth, salah satu teman diskusinya, tersenyum kecil sambil menyeruput kopi. "Invisible Hand, ya? Itu teori tentang bagaimana pasar bisa mengatur dirinya sendiri tanpa campur tangan langsung, kan? Tapi bagaimana teori ini bisa masuk ke dalam ranah politik?"

Andi mengangguk pelan, meyakinkan. "Iya, Invisible Hand pada awalnya memang bicara soal ekonomi pasar bebas. Adam Smith percaya bahwa ketika setiap individu mengejar kepentingan pribadinya, tanpa sadar mereka ikut berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Namun, jika kita melihatnya lebih luas, politik juga tidak jauh berbeda. Ada kepentingan pribadi, ada ambisi, ada permainan kekuatan---dan semua itu, meskipun tidak terlihat jelas, tetap menggerakkan dinamika politik."

Beju, salah satu teman mereka yang lebih banyak diam, akhirnya ikut berbicara. "Jadi, kau ingin bilang bahwa perebutan kekuasaan di politik sama seperti pasar bebas dalam ekonomi? Bahwa di balik setiap gerakan, ada kepentingan tersembunyi yang bekerja?"

Andi tersenyum lebar. "Persis! Lihat saja bagaimana kekuatan-kekuatan di politik bekerja. Para politisi menjual visi dan misi mereka, mencoba memenangkan hati rakyat, seperti pedagang yang menawarkan produk di pasar. Di satu sisi, ada yang kita lihat di permukaan---kampanye, janji-janji, dan debat politik. Tapi di sisi lain, ada kekuatan tak terlihat yang menggerakkan semuanya: kepentingan pribadi, koalisi politik, pengaruh kelompok-kelompok besar, dan bahkan tekanan dari pihak luar."

Man'uth yang selalu kritis langsung menyahut. "Tapi ada juga yang main di belakang layar, seperti oligarki, lobi-lobi politik, atau bahkan kelompok-kelompok yang punya pengaruh besar tapi tak terlihat oleh masyarakat. Apakah mereka juga bagian dari Invisible Hand ini?"

Andi setuju. "Benar. Mereka adalah bagian dari kekuatan tak terlihat itu. Seperti dalam ekonomi, di mana pasar diatur oleh permintaan dan penawaran tanpa campur tangan langsung pemerintah, politik juga diatur oleh kepentingan-kepentingan yang sering kali tidak terlihat oleh masyarakat. Para pemain besar di balik layar ini memainkan peran penting dalam menentukan siapa yang berkuasa."

Beju yang tampaknya makin tertarik dengan diskusi ini bertanya lebih lanjut, "Jadi, kalau begitu, apakah kita bisa melihat Invisible Hand dalam politik lokal kita, seperti di Gorontalo?"

Andi mengangguk antusias. "Tentu saja! Lihat saja dalam pemilu lokal atau nasional. Ada banyak kekuatan yang tidak terlihat di balik layar. Ada para pengusaha yang mendukung calon tertentu, ada tokoh masyarakat atau ulama yang memberikan dukungan politik. Semuanya tidak selalu tampil di depan publik, tapi mereka mempengaruhi siapa yang akhirnya menang dan siapa yang kalah."

Man'uth menambahkan, "Dan kita, sebagai masyarakat, mungkin hanya melihat permukaannya saja---kampanye, debat, dan janji-janji. Padahal di balik itu semua, ada banyak Invisible Hand yang bekerja menggerakkan dinamika politik tanpa kita sadari."

Seiring malam semakin larut, diskusi di warkop semakin dalam. Meski kopi hampir habis, obrolan mereka masih terus mengalir. Mereka membahas bagaimana dalam politik, seperti dalam ekonomi, sering kali kepentingan-kepentingan tersembunyi yang menentukan jalannya peristiwa.

"Pada akhirnya," kata Andi sambil menyesap kopi terakhirnya, "politik, seperti pasar, diatur oleh kekuatan-kekuatan tak terlihat. Jika kita bisa menyadari hal ini, kita akan lebih kritis dalam melihat setiap gerakan politik, baik lokal maupun nasional."

Man'uth setuju, "Ya, mungkin kita bisa memahami politik lebih baik dengan melihatnya sebagai pasar kepentingan, di mana semua orang berusaha mengejar tujuan mereka sendiri. Dan seperti Invisible Hand dalam ekonomi, semua gerakan itu akhirnya berujung pada keseimbangan, atau kadang, kekacauan yang tidak kita lihat secara langsung."

Malam ini, diskusi di kedai kopi tersebut membuka mata mereka. Teori Invisible Hand Adam Smith, yang awalnya hanya tentang ekonomi, ternyata juga relevan dalam dunia politik. Kepentingan pribadi, ambisi, dan kekuatan yang tidak selalu tampak di permukaan, semuanya berperan dalam menggerakkan roda kekuasaan.

"Siapa sangka, teori ekonomi bisa menjelaskan banyak tentang politik?" ucap Beju sebelum mereka beranjak pulang. "Dan mungkin, itulah yang perlu kita pahami lebih dalam tentang dunia di sekitar kita---bahwa sering kali, yang tidak terlihat justru yang paling menentukan."

Malam semakin larut, namun warkop masih dipenuhi dengan suara obrolan dan tawa. Diskusi mereka tentang teori Invisible Hand dan politik meninggalkan kesan mendalam bahwa di balik setiap kekuasaan, selalu ada tangan-tangan yang tidak terlihat, menggerakkan peristiwa, tanpa kita sadari.

Penulis: Fajrin Bilontalo 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun