Mohon tunggu...
Fajrin Bilontalo
Fajrin Bilontalo Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dari Warkop Ke Wawasan, Kekuatan Seni dalam Menghadapi Politik yang Terpecah

29 September 2024   07:07 Diperbarui: 29 September 2024   07:12 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seni sebagai Tempat Perlindungan

"Kopi memang bikin rileks," celetuk salah satu dari kami yang dari tadi hanya diam mengamati diskusi. Dia lalu melanjutkan, "Mungkin seperti seni, ya? Ketika politik bikin pusing, seni bisa jadi tempat kita berlindung sejenak."

Seketika, kami semua tertawa kecil, tetapi ada kebenaran dalam pernyataannya itu. Di tengah kebisingan politik yang sering memecah-belah, seni menawarkan ruang untuk merenung. Di warkop ini, kami bukan hanya berbicara tentang politik, tapi juga tentang bagaimana seni bisa menjadi cara kita menenangkan pikiran dan mengingat kembali apa yang sebenarnya penting dalam hidup---keindahan, hubungan antar-manusia, dan makna yang lebih dalam.

Kesimpulan dari Warkop

Malam itu, di tengah suasana warkop yang akrab dan hangat, diskusi kami berakhir dengan kesimpulan yang sederhana: seni memiliki kekuatan besar dalam membentuk cara kita melihat dunia, termasuk dalam konteks politik. Seperti yang dikatakan David Brooks, seni bukan hanya refleksi dari keadaan sosial-politik, tetapi juga kekuatan yang mampu menjembatani perbedaan, membangkitkan empati, dan menawarkan ruang perlindungan di tengah kebisingan.

"Jadi, meskipun politik di Gorontalo kadang memanas," ujar salah satu dari kami saat diskusi hampir selesai, "seni bisa jadi tempat kita semua berkumpul lagi, sama-sama menikmati makna di baliknya."

Kami mengangkat cangkir kopi terakhir, sebagai tanda bahwa diskusi di warkop ini tak hanya tentang politik, tapi juga tentang menemukan harmoni di tengah segala perbedaan---sebuah seni tersendiri yang patut kita hargai.

Penulis: Fajrin Bilontalo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun