Mohon tunggu...
Gaya Hidup

Cerita Prabowo dan Pengemudi Buggy Soeta

3 September 2018   15:31 Diperbarui: 3 September 2018   15:57 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yay Monday Happy People...

Hari pertama diminggu ini yang akan jadi awal persembahan kita untuk negeri kita, no matter what your way, no matter what your style.

Btw, how your Monday so far? Kalau aku sih happy, but kepikiran. Weekend kemarin denger langsung sebuah cerita yang melegakan, walau menyakitkan. Pak Prabowo cerita tentang pengalamannya saat berada di air port baru-baru ini. Cerita bapak saat seorang pengemudi buggy bandara Soeta menujukkan kesadarannya berbangsa.

Dia adalah seorang pemuda berusia sekitar 19-20 tahun kata pak Prabowo. Ketika itu buggy boy ini mengucapkan selamat pada pak Prabowo.

Selamat pak ya, maju pak ya. Bawa perbaikan pak, kita sudah capek pak dibawah.

 Itu membuat pak Prabowo tersentuh, Kemudian bapak bertanya, gimana menurut kamu?

Pak kita dijajah pak.

Seorang pengemudi buggy car bandara merasa negaranya dijajah. Sebuah ungkapan nurani putera bangsa Indonesia yang tentu sebagian dari kita akan bilang, betul, aku setuju. Rakyat kan tidak bodoh, kitakan tidak bodoh. Lagi, tentukan kita bisa lihat dan rasakan sendiri.

Pertanyaannya adalah, jika anak 19 tahunan ini saja bisa menyuarakan realitas yang ia lihat dan rasa, apa kabar elite bangsa kita. Kalau kata pak Prabowo, bila elite tidak melihat bahwa kita memang dijajah, memang hatinya sudah beku. Tidak punya insting.

Ramai sekali elite bahkan cendikiawan dan yang mengaku cendikiawan, bilang, enggak kok, rakyat gembira kok. Ekonomi kita baik kok. Tapi silahkan para elite itu tanya pada pemuda itu.

Ok, kenapa aku bilang tadi cerita ini melegakan? Karena secara pribadi aku lega, ada anak muda dengan kesadaran bernegara dan melek realitas dan mendapat anugerah menyarakan langsung isi hatinya pada presiden Republik Indonesia selanjutnya. Tahu bagaimana kondisi bangsanya dan hebat karena sudah keluar dari pembutaan media mainstream yang bila kita malas maka tujuan mereka tercapai.

Malas cari tahu, malas turun dan melihat langsung apa yang bangsa ini derita. Faktanya, teman kita si buggy boy yang tamatan SMA ini saja mengerti masalah Indonesia. Sekarang, no matter what who you are, memahami bangsa kita dan kondisi nyatanya adalah fardu ain. Apakah kesadaran itu sudah mulai ditegakkan?

Jawabnya sudah, as you can see, even emak-emak yang biasanya nempel banget image ga ngerti politik, taunya sinetron doang aja sudah menentukan sikap bahwa kita butuh perubahan lewat pemimpin yang tidak menghianati realitas. Mungkin emak-emak sadar karena sudah banyak yang main sinetron didunia nyata. Ssssssttthh.. lagi  mau soting. If you know what I mean.

Then, kenapa sekaligus menyakitkan? Karena kondisi yang anak itu sampaikan adalah nyatanya kita sekarang. Kita tidak sedang baik-baik saja, ditambah lagi pucuk tertinggi negeri ini gemar sandiwara dengan itu. Mengkhianati realitas, menghianati intelektualitas. Dan kalau kata Pak Prabowo elite dan cendikiawan yang melakukan itu akan dikutuk oleh sejarah.

Bagus ko, baik kok, maju kok, berani-beraninya ngomong semetara masih ada sauadara kita yang kelaparan, masih aja ada saudara kita yang untuk air bersih saja susah, dan masih banyak dari kita yang mau berpendapat aja dikekang, masih aja anak bangsa yang mau diskusi malah dpresekusi. Apa itu tujuan kita bernegara setelah 73 kali upacara kemerdekaan?

Pak kami dijajah pak. Kata-kata pemuda itu pada pak Prabowo mewaliki aku dan banyak anak Indonesia diluar sana yang memilih tidak cengeng dan menikmati tipu daya karena terlalu memuja.

Rasanya aku pengen ada disana dan lihat moment yang menurut ku jadi salah satu yang tercatat dalam sejarah keasadaran yang muda, tak hanya untuk dia dan sekarang, tapi kesadaran itu menyumbang apa yang adik-adik kita,anak-anak ki.ta nanti dimasa depan nikmati dan hadapi sebagai Indonesia Aseli. Yang bila kita tetap melanjutkan system ini membuat Indonesia terus lemah dan terus miskin, sebuah kondisi yang tidak pantas di alami bangsa sekaya kita.

Gitu deh. Kalau ada yang penasaran sosok the buggy boy ini, like me, ntar kalau di Soeta naik buggy tanyain,  mas yang pernah nyetirin pak Prabowo bukan? Kalau nemu ajak tos dulu, kita satu gelombang.

See ya happy people...

2019 Prabowo Presiden     

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun