Menulis adalah suatu aktifitas dimana kita menuangkan gagasan yang tadinya hanya berupa konsep maya yang bertransformasi menjadi konsep yang mempunyai bukti otentik. Menulis sendiri bukan berarti apa yang kita tulis haruslah bermanfaat buat orang lain, harus diterima oleh orang lain, dan harus bisa dijual seperti Raditya Dika, Dewi Lestari, dll.Â
Menulis berarti membuat pikiran kita yang tidak bisa terlalu mengingat lama jika itu memang bukanlah sebuah peristiwa yang bersejarah bagi kita. Namun, sayangnya apa yang kita lupakan tersebut, mungkin saja merupakan salah satu penopang peristiwa yang harusnya bersejarah bagi kita, namun tidak terjadi karena kita malah melupakannya.
Pertama kali saya mengenal menulis saat melakukan Praktek Kerja Lapangan di PT Naga Data Teknologi. Pembimbing saya, Slamet Mulyadi, selalu menekankan untuk selalu menuliskan ilmu yang telah kita dapatkan, mau tulisannya berantakan atau tidak yang penting saat kita membaca lagi harus mengerti apa yang kita maksud.Â
Jika orang lain memang tidak mengerti, bukanlah masalah sebenarnya karena tujuannya hanya untuk mengingat lagi jika kita membutuhkan hal tersebut, tetapi jika orang lain mengerti tulisan anda dan mendapatkan pemahaman baru dari tulisan tersebut, disarankan anda untuk semakin sering menulis dan jarang berhenti karena sepertinya anda sudah mendapatkan penggemar tetap.
Saya sempat mengabaikan saran tersebut, dan hanya menganggap bahwa menulis itu susah. Ternyata memang susah, jika menulis untuk hal yang sifatnya disebarluaskan, tapi jika hal tersebut hanya untuk diri sendiri, baru saya sadari bahwa tidak sesulit yang saya bayangkan. Ya, karena memang jika menulis untuk diri sendiri, saya tidak perlu menekankan bahasa apa yang akan kita gunakan.
Seusai PKL, saya melanjutkan kisah hidup saya masih di salah satu SMK kurang ternama yang ada di Kota Bekasi. Di SMK saya benar-benar meremehkan namanya kekuatan menulis, terlebih saat guru mengajar, yang seharusnya kita membuat ringkasan dari penjelasan guru tersebut. Saat itu saya berpikir, ada buku, ada fotokopian, kok masih saja nulis, kuno. Lambat laun, saat berada di tahun terakhir saya merasakan bahwa, menulis sebenarnya adalah proses mengingat kembali. Dapat saya ilustrasikan bahwa menulis bisa menyebabkan beberapa hal,
1. Mengingat lebih jauh
Dengan menulis, sebenarnya kita mencapai tahap lebih jauh dari mengingat, yang awalnya hanya mengingat, oh ya gitu dan bwuz, sekedar angin lewat, menjadi sebuah tahap dimana kita membaca berulang-ulang karena harus menuliskannya yang mau tidak mau kita menjadi mengingatnya. Seperti pepatah, cinta datang karena terbiasa.
2. Melakukan percakapan dengan kertas
Semua manusia pada dasarnya bisa melakukan percakapan dengan kertas, namun ada beberapa yang sadar dan melakukannya, ada yang tidak sadar melakukannya, dan ada yang tidak tahu dan tidak melakukan. Saat menulis, ada sebagian orang yang merasakan seperti mendapat insight atau bisa disebut dengan ilham dari Tuhan Yang Maha Esa.
Mereka merasakan bahwa menulis merupakan salah satu cara untuk memperluas ilmu, karena dengan menulis, mereka mendapatkan hal-hal yang sebelumnya tidak dipikirkan, oh iya ya, kenapa tidak begini, kenapa begitu, kenapa tidak ditambahkan ini, seperti kertas memberikan kita pemahaman melalui beberapa saudara sesama kertas lain yang pernah dituliskan dengan materi yang sama. Mungkin lebih tepatnya karena setiap manusia itu membutuhkan diskusi dengan orang lain, atau bisa kita sebut sekarang dengan benda lain.
3. Arsip data terbaik
Penyimpanan data selalu menjadi hal yang penting dalam hal apapun. Kita lihat bahwa tidak ada yang tidak membutuhkan datanya untuk disimpan sedemikian rupa baiknya. Dengan menulis, sebenarnya kita bisa menyimpan data yang telah kita keluarkan agar selalu tersimpan dengan rapih meski kita tak mengingatnya. Sebagai contoh, dosen saya selalu mengajarkan untuk menulis setiap materi yang diajarkan saat kuliah dan dibuat ringkasannya sesuai pemahaman yang kita punya.Â
Dia menjadi dosen karena hal seperti itu, pernah suatu ketika dia menunjukkan buku catatannya yang sangat sangat usang, kertasnya sudah berwarna kuning, bukan habis diberi air seni, namun layaknya padi, semakin tua semakin kuning. Dia mengajar dengan menggunakan buku tersebut, dengan buku tersebut ia membuktikan bahwa arsip data terbaik untuk diri sendiri bisa dilakukan dengan menulis, dan semua materi yang ia tulis berawal dari Sekolah Dasar.
Menulis untuk diri sendiri bukanlah hal yang rumit, seperti harus mempunyai ejaan yang disempurnakan, tanda baca yang baik, dan hal-hal terstruktur lainnya. Menulis untuk diri sendiri bisa menggunakan gaya kita sehari-hari, baik menggunakan bahasa daerah, gaul, alay, singkat-singkatan, ataupun bahasa kekinian yang dibalik. Jadi, cobalah untuk menulis apa yang anda dapatkan, siapa tau bukan hanya untuk kepentingan pribadi, tulisan anda malah bisa diperluas oleh orang lain dan memberikan kebaikan untuk diri anda.
If there's a book that you want to read, but it hasn't been written yet, then you must write it - Toni Morisson
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H