Mohon tunggu...
Sinar Fajar
Sinar Fajar Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Seorang penulis sialan yang mencari keberuntungan Visit now; http://fajhariadjie.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mata Kolam; Kamar Lelaki Impoten ( 4 )

24 Juni 2017   09:34 Diperbarui: 24 Juni 2017   09:46 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Iwin memicingkan matanya. Merasa penasaran dan menyadari ada sesuatu yang disembunyikan, ia mendorong-dorongku, memaksaku menyingkir, dan berupaya menjangkau gagang pintu. Karena ia lebih kuat, ia berhasil menyingkirkanku dari depan pintu. Ia membungkuk dan menempatkan padanya di depan lubang kunci sebagaimana aku mengintip tadi. Merasa terpukul, ia menatapku.

"Bajingan!" umpatnya padaku.

Sambil mendesis, aku menempelkan telunjuk di atas bibirku. Dengan suara yang lebih terkontrol, Iwin bilang, "Pintar sekarang. Mentang-mentang tak ada Ibu kos kamu bawa perempuan kemari."

 "Jangan pikir macam-macam," bisikku menyanggah. "Ini hanya kebetulan."

"Kebetulan ini malam tahun baru dan kebetulan juga Ibu kos pergi ke Bogor."

 "Ini tidak seperti yang kamu pikirkan," ucapku mencoba menenangkan. "Ini seperti bidadari yang dikirimkan oleh bintang jatuh."

Pastilah perumpaanku itu terdengar lucu di telinga Iwin dan aku merasa bodoh mendengar tawanya. Sisa dini hari itu aku habiskan dengan menceritakan kembali insiden bodoh itu. Tanpa ada rasa prihatinnya sama sekali, ia tergelak-gelak lucu, bahkan hingga perutnya terasa melilit. Dikarenakan hujan deras dan ia harus bergegas mencari tempat berteduh, ia tak sempat mengetahui siapa orang yang tercebur kolam ini dan kini ia baru sadar lelaki itu adalah aku.

"Sungguh aku merasa rugi tidak melihatmu tenggelam." Kemudian sambil mencondongkan tubuhnya padaku, ia menggodaku dengan tatapan jahil. "Terus sudah berbuat apa saja dengan perempuan itu?"

"Kau tahu aku ini lelaki baik-baik," aku merasa tersinggung.

"Aku percaya," ia masih saja cengengesan seperti orang yang telah mempersiapkan jebakan berikutnya. "Lelaki impoten mana mungkin berani jantan pada seorang perempuan."

" Sialan!" aku dorong ia hingga jatuh tersungkur ke belakang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun