Mohon tunggu...
Ahmad FajrianHidayat
Ahmad FajrianHidayat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Orang bawah tapi bukan rendahan

Sukanya yang berbau hiburan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

K-Pop: Agen Dan Struktur Membentuk Fenomena Global

14 Desember 2024   22:58 Diperbarui: 14 Desember 2024   22:58 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: iniKpop
Sumber: iniKpop

"K-Pop". Mungkin sudah tidak asing lagi dengan nama itu, terutama untuk kalangan prempuan. K-pop atau musik pop Korea adalah genre musik yang memadukan elemen pop, R&B, hip-hop, dan musik dansa elektronik sehingga menciptakan suara unik yang memikat pendengar di seluruh dunia.


Masuknya K-Pop pertama kali di Indonesia ialah diawali dengan adanya tayangan drama korea dengan judul Endless love pada tahun 2000-an dan membuat banyak masyarakat Indonesia mengenal dengan budaya korea (Anwar, 2018). Setelah sukses mendapatkan banyak penggemar di Indonesia, selanjutnya muncul boygroup dan girlgroup yang juga masuk ke tanah air dan menjadikan banyak masyarakat sebagai penggemar K-Pop.


Fenomena K-Pop ini mengingatkan saya pada teori Agency-Structure. Menurut
Giddens, agen adalah aktor individu kemudian bertransisi menjadi agency (keagenan) dalam konteks teori strukturasi. Agency menyangkut tindakan yang dilakukan oleh individu, yaitu
peran individu. Apapun yang terjadi tidak akan menjadi struktur jika individu tidak
mencampurinya. Sedangakn sistem (struktur) ialah hubungan yang berulang-ulang (reproduced) antara aktor (individual) atau aktor kolektif.


Aktor mempunyai dua kesadaran: diskursif dan praktis. Diskursif adalah kemampuan untuk melukiskan tindakan dalam kata-kata. Praktis adalah keterlibatan aktor yang dianggap benar tanpa mengungkapkan dengan kata-kata tentang apa yang mereka lakukan (Ritzer & Goodman, 2003: 507). 

Idola K-Pop memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk fenomena K-Pop. Mereka tidak hanya sebagai penyanyi dan penari, tetapi juga sebagai model peran bagi penggemar. Melalui bakat, penampilan, dan kepribadian mereka, idola K-Pop mampu menarik jutaan penggemar di seluruh dunia. Penggemar K-Pop adalah agen aktif dalam membentuk fenomena ini. Mereka menciptakan konten, menyebarkan informasi, dan membentuk komunitas online yang sangat kuat. Penggemar juga memberikan dukungan finansial yang signifikan kepada industri K-Pop melalui pembelian album, merchandise, dan tiket konser (Putri, 2023).


Aspek-aspek ini terjadi karena adanya individualitas dan keunikan setiap individu yang terlibat dalam fenomena K-Pop. Idola K-Pop memiliki bakat dan kepribadian yang berbeda-beda, sedangkan penggemar memiliki preferensi dan minat yang beragam. Interaksi antara idola dan penggemar inilah yang menciptakan dinamika yang unik dalam fenomena KPop. 

Industri musik Korea Selatan telah membangun sistem pelatihan idola yang sangat terstruktur dan efisien. Sistem ini memungkinkan perusahaan rekaman untuk menghasilkan idola yang memiliki keterampilan yang sangat baik. Globalisasi telah membuka peluang bagi K-Pop untuk menyebar ke seluruh dunia. Internet dan media sosial telah memudahkan penggemar untuk mengakses musik dan konten K-Pop.


Itu terjadi karena adanya struktur sosial yang lebih besar yang membentuk dan
membatasi tindakan individu. Industri musik Korea Selatan menyediakan sumber daya dan infrastruktur yang diperlukan untuk memproduksi musik K-Pop, sedangkan globalisasi menciptakan pasar yang lebih luas untuk produk budaya Korea Selatan.


Bourdieu menawarkan integrasi agen-struktur melalui konsep habitus dan field.
Habitus dan field (arena/lingkungan) adalah sebuah upaya Bourdieu untuk mengembalikan peran aktor yang sebelumnya dinilai mati di tangan para strukturalis, termasuk Levi-Strauss
dan Althusser. Dalam kasus K-Pop, idola dan penggemar sebagai agen bertindak dalam konteks struktur industri musik Korea Selatan dan globalisasi. Mereka menciptakan konten dan membentuk komunitas dalam kerangka yang telah ditetapkan oleh struktur sosial.


Contoh, seorang idola K-Pop yang memiliki bakat menyanyi dan menari yang luar biasa (agen) dapat menjadi terkenal secara global karena adanya dukungan dari industri musik Korea Selatan (struktur) dan akses ke pasar global melalui internet (struktur).


Fenomena K-Pop merupakan hasil dari interaksi yang kompleks antara individu dan struktur sosial. Individu-individu seperti idola dan penggemar memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk fenomena ini, tetapi tindakan mereka juga dibatasi dan dimungkinkan oleh struktur sosial yang lebih besar.


Secara konsep, K-Pop merepresentasikan sebuah industri musik yang sangat terorganisir dan memiliki pengaruh global yang signifikan. Secara makna, K-Pop menjadi simbol budaya populer Korea Selatan dan identitas nasional bagi banyak penggemarnya. Dalam konteks sosial budaya, K-Pop telah membentuk komunitas penggemar yang sangat
kuat dan beragam di seluruh dunia.

Ritzer, Geroge & Goodman, J. Douglas (2003). Teori Sosiologi Modern. Jakarta:
Prenada Media.

Shafwa, Ailsa Fitri, Arief Sudrajat (2023). Analisis Modernisasi Budaya K-Pop
Terhadap Kehidupan Sosial Mahasiswa Kota Surabaya.

 Ramadhania, AlmiraFidia, Idfi Setyaningrum, Cynthia Yohanna Kartikasari (2023).
Pola Perilaku Konsumen Terhadap Keputusan Mengikuti Event K-Pop.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun