Mohon tunggu...
Fajriah Nur Kholifah
Fajriah Nur Kholifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kepribadian Tokoh Utama dalam Film Sejuta Sayang Untuknya : Kajian Psikoanalisis Sigmund Freud

6 Januari 2022   16:07 Diperbarui: 6 Januari 2022   22:16 2117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                 Berdasarkan hasil pencarian yang yang sudah penulis lakukan, penelitian mengenai psikologi tokoh pada film Sejuta Sayang Untuknya belum pernah dilakukan. Namun, penelitian tentang analisis psikologi tokoh utama pada objek film yang berbeda dengan pendekatan psikoanalisis pernah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu. Beberapa penelitian terdahulu diantaranya sebagai berikut.

                 Penelitian yang dilakukan oleh Triek Wahyuda Saputri, Martono, dan Agus Wartiningsih (2019), dengan judul penelitian yakni "Psikologi Tokoh Mira dan Maudy dalam Film 'Me Vs Mami' Karya Odi C Harahap, yang terbit pada Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa Vol. 8, No. 6. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mendeskripsikan kepribadian  dari tokoh Mira dan Maudy yang tercermin dalam id, ego, dan superego. Pada penelitian tersebut penulis menggunakan pendekatan psikoanalisis Sigmund Freud. Objek data yang digunakan adalah film 'Me Vs Mami'. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi documenter dan peneliti sebagai instrument kunci. Adapun teknik analisis data dilakukan dengan menganalisis dan menginterpretasikan data berdasarkan id, ego, dan superego. Hasil dari penelitian ini yaitu dimenghasilkan data berupa kepribadian dari tokoh Mira yang tercermin dalam id, ego, dan superego adalah keras kepala, peduli, bertanggung jawab, emosional, penyayang. Sementara karakter Maudy dilihat dari id, ego, dan superego yaitu hati-hati, perfeksionis, bertanggung jawab, peduli, keras kepala, penyayang dan emosional.

            Selain itu, penelitian dengan pendekatan yang sama juga pernah dilakukan oleh Nur Fuziah Fatawi dan Salysa Nurwidiya (2019), dengan judul "Analisis kepribadian Tokoh Utama pada Film 'The Miracle Worker' (Kajian Psikoanalisis Sigmund Freud). Penelitian tersebut terbit pada Jurnal Al-Fathin Vol.2 Edisi 2. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mendeskripsikan psikologi tokoh utama pada film 'The Miracle Worker' dengan fokus kajian id, ego, dan superego. Pada penelitian tersebut penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif yang dipaparkan secara deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik catat dan interpretasi secara deskriptif dengan penafsiran dan uraia mengenai data yang sudah terkumpul. Adapun metode analisis datanya menggunakan metode reduksi data, penyajian data, dan pengambilan kesimpulan.

            Hasil dari penelitian tersebut yaitu berupa Id, ego, dan Superego dari tokoh utama yang Bernama Hellen Keller. Id pada diri tokoh yaitu kesal sebab ada keinginan yang begitu besar dalam dirinya untuk melakukan hal-hal seperti manusia pada umumnya seperti mendengar, memiliki mata, dapat berbicara, tapi itu semua tidak dapat ia lakukan sehingga ia merasa kesal. ring meluapkan amarah, sulit diatur, nakal, manja, tidak sopan. Sedangkan Superego pada diri Hellen yakni sikap pantang menyerah, terus mencoba ketika diajarkannya lewat sandi tangan, dan cerdas karena dapat langsung menirukan.

b) Landasan Teori

Teori Psikoanalisis Sigmund Freud

               Sigmund Freud merumuskan sebuah teori yang dikenal dengan teori psikoanalisis. Penggunaan teori ini untuk menyampaikan berbagai gejala kejiwaan atau psikologis dibalik gejala bahasa dan juga menelusuri ke dalam batin atau kejiwaan untuk mengetahui lebih jauh mengenai asal usul manusia yang unik ini sebagai sesuatu yang merangsang. Freud mengungkapkan bahwa kehidupan jiwa mempunyai tiga tingkat kesadaran, yaitu sadar (conscious), bawah sadar (preconscious), dan tidak sadar (unconscious). Alam sadar adalah apa yang seseorang sadari pada saat tertentu, penginderaan langsung, ingatan, persepsi, pemikiran, fantasi, dan perasaan yang seseorang miliki. Kemudian, alam bawah sadar yaitu apa yang disebut dengan saat ini dengan "kenangan yang sudah tersedia" (available memory). Sedangkan bagian terbesar dan paling aktif adalah alam tidak sadar (unconsciuous mind). Dalam bagian ini mencakup segala sesuatu yang tidak kita sadari, namun mendorong perkataan, perasaan, dan tindakan kita. Freud juga menyampaikan bahwa struktur kepribadian pada manusia mengandung tiga komponen, yakni id (tidak sadar), ego (tidak sadar, pra sadar, sadar), dan superego (tidak sadar, prasadar, sadar).

1) Id, id adalah sumber dari segala energi psikis. Dimana jiwa seorang bayi yang baru lahir ke dunia ini hanya terdiri dari id. Id berisi impuls-impuls yang berasal dari kebutuhan biologis sehingga seluruh tingkah laku bayi dikendalikan oleh impuls-impuls tersebut. Id dalam kepribadian manusia dianggap sebagai bagian yang paling primitif dan orisinal yang mana id merupakan 'gudang' penyimpanan kebutuhan-kebutuhan yang mendasar pada diri manusia, seperti makan, minum, istirahat, agresivitas ataupun rangsangan seksualitas. Insting-insting dalam id ini dapat bekerja secara bersamaan dalam situasi yang berbeda yang berfungsi untuk mempengaruhi perilaku seseorang. Misalnya: seseorang dapat saja marah dan berperilaku agresif terhadap kekasih yang dicintainya. Dalam hal ini, Freud mempercayai bahwa pada id terdapat dorongan yang mencari ekspresi pemuasan dalam realitas eksternal. Id termasuk dalam sistem yang tidak disadari. Seperti; amoral, tidak terpengaruh oleh waktu, tidak mempedulikan realitas, tidak menyensor diri sendiri, dan dapat bekerja atas dasar prinsip kesenangan (pleasure principle). Dalam cara kerjanya id membutuhkan sistem lain yang dapat menghubungkannya dengan realitas. Oleh sebab itu, muncullah sistem baru dalam jiwa yaitu ego yang mana sumber energi dari ego ini berasal dari id itu sendiri.

2)Ego, ego memiliki tujuan dalam rangka membantu manusia mengadakan kontrak dengan realitas atau kenyataan. Fungsi utama dari ego yakni menerjemahkan id dan menghadapi realitas. Misalnya, seorang bayi merasa lapar maka untuk memuaskan rasa laparnya ini si bayi harus belajar menyesuaikan antara bayangan tentang makanan dengan makanan yang sesungguhnya. Dalam hal ini egolah yang berperan dengan cara membedakan antara objek yang ada pada pikiran dan objek yang ada pada dunia nyata. Ego bekerja berdasarkan prinsip realitas. Ego juga bekerja untuk mengorganisasikan aspek-aspek id dan memberi arah bagi impuls-impuls individu. Menurut Freud, ego memiliki fungsi untuk memilih rangsangan yang harus dipuaskan, bagaimana, dan kapan memuaskannya. Selain bekerja atas dasar prinsip realitas ego juga bekerja atas dasar proses berpikir sekunder sehingga dalam menghadapi realitas ego menggunakan logika. Maka dari itu, antara id dengan ego jelas berbeda. Jika id dikuasai oleh prinsip kesenangan, sementara ego dikuasai oleh prinsip kenyataan (reality principle), yang dimaksud kenyataan ini adalah apa yang ada.

3) Superego, superego merupakan sistem moral dari kepribadian. Pada sistem ini mengandung nilai-nilai sosial, norma-norma budaya, serta tata cara yang telah diserap ke dalam jiwa. Superego ini adalah perkembangan dari ego yang sewaktu-waktu dapat melepaskan diri dari ego. Karakteristik superego sama dengan id, artinya bahwa superego tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat, tidak memiliki sensor diri, dan memiliki energi sendiri. Superego juga mengabaikan realitas. Namun, dalam hal fungsinya superego berbeda dengan id. Jika id berprinsip mencari kesenangan sedangkan superego mencari kesempurnaan (perfection). Freud dalam bukunya menjabarkan bahwa superego ini sebagai proses internalisasi individu tentang nilai-nilai moral yang ada pada masyarakat. Nilai-nilai moral tersebut diperoleh seorang individu melalui orang tuanya, yakni berupa perilaku-perilaku apa saja yang pantas untuk dilakukan dan perilaku apa saya yang tidak pantas untuk dilakukan dalam situasi tertentu. Superego memiliki sifat positif dalam mengontrol dorongan-dorongan id pada individu, tetapi ia juga memiliki implikasi yang negatif. Contohnya, ada seorang anak yang ditekankan oleh orangtuanya bahwa seks itu adalah sesuatu yang menjijikan dan tabu untuk dilakukan. Sehingga akibatnya, ketika dewasa sang anak ini menjadi takut untuk mendekati lawan jenisnya dan ia tidak dapat membentuk hubungan yang lebih dekat dengan siapapun. Maka dari itu, superego pun seperti halnya id bersifat irasional. Sehingga, apapun yang dituntut oleh superego harus dipenuhi secara sempurna dan jangan berlebihan. Karena setiap hal apapun yang dilakukan secara berlebihan akan memberikan dampak yang tidak baik.

C. METODE PENELITIAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun