Mohon tunggu...
Fajar Wijaya
Fajar Wijaya Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Jangan Takut Mengonsumsi Minuman Ringan Berkarbonasi

2 Januari 2018   19:04 Diperbarui: 3 Januari 2018   04:04 1623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ditengah cuaca yang panas dan aktifitas yang padat, tidak dapat dipungkiri meminum minuman ringan berkarbonasi yang dingin dan segar dapat mengusir dahaga. 

Minuman ringan sangat disukai karena dapat diperoleh dengan mudah, siap saji, dan praktis. Popularitas minuman ringan di Indonesia terus meningkat, hal ini ditandai dengan tersedianya minuman ini di setiap restoran, depot, warung, bahkan pedagang kaki lima. 

Seiring dengan berkembangnya tren gaya hidup urban modern,kita semakin dihadapkan pada pilihan produk yang semakin beragam, salah satunya adalah minuman ringan berkarbonasi.

Apa sebenarnya arti dari minuman ringan berkarbonasi? Minuman ringan berkarbonasi adalah minuman yang dibuat dengan mengabsorpsi karbon dioksida (CO2) ke dalam cairan dengan tekanan tinggi, sehingga menghasilkan gelembung dalam minuman dengan cita rasa "menggigit".

CO2yang digunakan pada proses karbonasi pada dasarnya sama dengan gas alam yang kita keluarkan saat bernafas dan dihirup oleh tanaman saat proses respirasi. CO2merupakan bahan yang aman digunakan pada produk minuman. Hasil kajian JECFA (Join Expert Committee on Food Additive) menetapkan bahwa ADI (Acceptable Daily Intake) untuk CO2 adalah "not specified".

Hal ini menunjukan tidak adanya risiko mengenai penambahan CO2dalam minuman. Namun, banyak sekali kekhawatiran-kekhawatiran lain yang berkembang di masyarakat yang disebabkan adanya isu-isu sehingga memengaruhi tingkat laku konsumen dalam mengkonsumsi minuman ringan berkarbonasi.

Berikut akan dibahas mengenai komposisi umum dari minuman ringan berkarbonasi. Komposisi minuman ringan terbesar adalah air, sisanya adalah bahan tambahan pangan (BTP)  lainnya seperti gas CO2, zat pewarna, zat pemanis, flavor dan zat pengawet. Untuk lebih jelasnya mari kita lihat satu persatu komposisinya.

Air yang digunakan sebagai bahan baku minuman ringan berkarbonasi harus sesuai standar dari air untuk pengolahan pangan. Air tersebut tentu harus bersifat aman dan mempunyai kualitas yang baik seperti jernih, tidak berbau, tidak berwarna, bebas organisme, alkalinitasnya kurang dari 50 ppm, total padatan terlarut kurang dari 500 ppm dan bebas dari logam berat. Pengolahan air yang baik tentu akan menghasilkan air yang aman dan bermutu.

Bahan pemanis yang digunakan pada minuman ringan berkarbonasi bisa berupa natural main ingredientataupun bahan tambahan pangan yang bersifat alami atau buatan.

Contoh pemanis main ingredientyang digunakan adalah gula pasir, gula cair, sirup jagung dan gula invert. Pemanis main ingredientyang digunakan sudah jelas aman dari segi toksisitasnya selama pengolahan dilakukan dengan GMP (Good Manufacturing Practices) dan SSOP (Sanitation Standard Operational Procedure) yang baik. 

Walaupun aman, penggunaan pemanis main inggredient ini perlu dibatasi karena penggunaan yang tidak terkontrol bisa menyebabkan penyakit diabetes mellitus tipe 2. Oleh karena itu konsumen yang ingin mengkonsumsi minuman ringan perlu melihat dengan jeli berapa kalori yang dihasilkan pada minuman tersebut dengan melihat AKG (Angka Kecukupan Gizi) yang terletak pada kemasan sehingga konsumen bisa membatasi dalam mengkonsumsi minuman tersebut.

Sebagai bahan tambahan pangan pemanis alami, menurut Peraturan Kepala BPOM RI No 4 tahun 2014 terdapat  8 jenis  pemanis alami yaitu sorbitol, manitol, isomalt, glikosida, maltitol, laktitol, silitol dan eritritol. 

Pada BTP alami tersebut selain glikosida steviol,semuanya tidak memiliki nilai ADI (Acceptable Daily Intake) atau ADI not specified. ADI (Acceptable Daily Intake) adalah jumlah maksimum bahan tambahan pangan dalam miligram per kilogram berat badan yang dapat dikonsumsi setiap hari selama hidup tanpa menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan. 

Nilai ADI ini dijadikan patokan oleh konsumen untuk membatasi pengkonsumsian BTP. Untuk BTP yang tidak memiliki nilai ADI, maka penggunaannya dibatasi oleh GMP atau dengan kata lain digunakan dalam jumlah secukupnya untuk menghasilkan efek yang diinginkan. Penggunaan BTP glikosida steviol pada minuman ringan memiliki ADI 0-4 mg/kg.

Sebagai bahan tambahan pangan pemanis buatan, harus diperhatikan bahwa industri minuman ringan tersebut harus menggunakan pemanis buatan yang diizinkan dan digunakan sesuai dosis yang diperbolehkan. Di Indonesia, informasi penggunaan pemanis buatan dalam minuman yang diizinkan harus dicantumkan pada label pangan. 

Hal itu dilakukan agar konsumen dapat melihat dengan jelas pantangan pemanis buatan apa saja yang tidak boleh dikomsumsi untuk gologan tertentu. Sebagai contoh, pemanis buatan dilarang dikonsumsi untuk bayi, anak berusia dibawah tiga tahun, ibu hamil dan atau ibu menyusui. Selain itu minuman ringan yang mengandung pemanis buatan jenis aspartam tidak cocok dikonsumsi oleh penderita fenilketonurinik.

Oleh karena itu, dalam mengkonsumsi minuman ringan sebaiknya konsumen bisa lebih cerdas membaca label pangan mengenai batas maksimum pengkonsumsiannya atau informasi mengenai pantangan terhadap golongan tertentu.

Penggunaan zat pengatur keasaman atau asidulan pada minuman berkarbonasi berguna untuk memberikan rasa asam (pengatur derajat keasaman minuman) ataupun memodifikasi manisnya gula dalam sirup atau minuman. Asidulan yang sering digunakan dalam minuman ringan adalah asam sitrat, asam malat, asam tartarat dan asam fumarat. 

Menurut Peraturan Kepala BPOM Nomor 8 tahun 2013, penggunaan asam sitrat, asam malat, dan asam fumarat nilai ADInya tidak dinyatakan sehingga aman namun untuk asam tartrat, ADI yang dizinkan adalah 0-30mg/kg berat badan.

Dalam pemberian flavor (perisa) ataupun aroma pada minuman ringan juga diatur penggunaanya oleh Peraturan Kepala BPOM.

Zat pewarna yang ditambahkan pada minuman ringan bisa berupa pewarna alami, pewarna identik alami maupun pewarna sintetis. Penggunaan BTP yang alami maupun sintetis di Indonesia diatur dalam Peraturan Kepala BPOM RI No 37 tahun 2013. Pada peraturan tersebut jelas terdapat informasi pewarna apa saja yang diizinkan digunakan dalam bahan pangan dan nilai ADInya.

Zat pengawet yang ditambahkan ke minuman ringan biasanya berupa asam sorbat dan garamnya seperti natrium benzoat dan kalium benzoat. Berdasarkan Peraturan Kepala BPOM RI No 36 tahun 2013, asam sorbat dan garamnya memilik nilai ADI 0-25 mg/kg berat badan.

Berdasarkan Peraturan Kepala BPOM RI No 23 tahun 2016, suatu bahan pangan yang mengandung BTP berupa pemanis buatan, pewarna sisntetis, pengawet, antioksidan dan penguat rasa maka informasinya perlu dicantumkan pada label pangan. 

Hal ini dimaksudkan agar konsumen dapat mengetahui BTP apa saja yang terkandung dalam pangan tersebut sehingga konsumen dapat mengetahui batas konsumsinya berdasarkan ADI.

Jadi intinya konsumen tidak perlu khawatir atau takut dalam mengkonsumsi minuman ringan berkarbonasi apabila konsumen cerdas dalam membaca label pangan pada minuman ringan tersebut dan membatasi konsumsinya agar tidak melebihi AKG yang sudah ditentukan. Selain itu dalam kemasan produk minuman ringan, konsumen bisa mengecek apakah produk tersebut telahmemiliki izin edar yang dikeluarkan oleh BPOM atau tidak. 

Produk minuman ringan yang telah memiliki izin edar dari BPOM sudah dipastikan aman dikonsumsi jika dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan.Selain itu, sebelum membeli minuman ringan konsumen wajib mengecek kondisi kemasan dan masa kedaluwarsanya. Pastikan kemasan pada minuman ringan tersebut masih baik yang berarti tidak ada kebocoran dan tidak ada kerusakan atau kecacatan pada segel. 

Masa kedaluwarsa merupakan batasan waktu yang masih layak dikonsumsi oleh konsumen. Pastikan produk tersebut masih memiliki kedaluwarsa yang cukup lama sehingga produk tersebut terjamin keamanan dan mutunya. 

Oleh Anthony Purwanto & Mochamad Fajar Widjaja

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun