“Gambar nomor 5 itu gambar saya pak, tetapi tidak seperti penjelasan bapak.”
“Owh, Saudara tidak terima dengan penjelasan saya tidak apa-apa, silakan dijelaskan.”
“Gambar itu gambar matahari pak, tetapi saya tidak bermaksud menggambar lambang partai.”
“Lantas apa maksudnya?”
“Matahari adalah simbol cahaya. Keindahan di dunia ini apapun bentuknya tidak akan berarti apa-apa tanpa adanya cahaya yang menerangi.”
Semua mahasiswa tiba-tiba diam tak bergerak tanpa suara. Dosen yang tadinya berdiri membawa lukisan pun meletakan kertas-kertas tersebut lalu duduk. Kelas menjadi hening. Seisi kelas berusaha mencerna dan meresapi perkataan A mahasiswa kritis dan pemberani itu. A pun kemudian melanjutkan perkataannya.
“Gunung, sawah, dan pohon atau apa pun yang Bapak dan teman-teman anggap sebagai keindahan itu tidak akan benar-benar indah tanpa adanya cahaya. Karena itulah cahaya memegang peranan penting dalam kehidupan ini. Dan di balik itu ada cahaya di dalam cahaya. Ini yang tidak boleh kita lupakan.”
A mengakhiri penjelasannya. Kelas menjadi hening sesaat. Kemudian Mr. Y berkata
“Ternyata mengandung filosofi yang luar biasa. Benar-benar kreatif. Waktunya habis. Sampai jumpa pertemuan yang akan datang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H