Hari-hari setelah itu terasa hampa. Dini masih memikirkan Raka dan penyesalan yang terus menghantui. Di sisi lain, Dani semakin menjauh. Hubungan mereka yang tadinya penuh gairah, kini terasa hambar. Dani tidak lagi menjadi sosok yang ia bayangkan.
Sampai suatu malam, di tengah kegelapan, Dini bermimpi. Raka datang, tersenyum lembut seperti biasanya.
"Dini, jangan terus larut dalam kesedihan. Aku bahagia sekarang. Aku hanya ingin kamu tahu, cintaku untukmu tak pernah sia-sia. Tapi hidupmu belum selesai. Lepaskan aku dan lanjutkan hidupmu."
Dini terbangun dengan perasaan lega yang belum pernah ia rasakan. Raka telah pergi dengan cinta yang ikhlas. Meski selama ini ia merasa mencintai dua orang yang salah, kenyataannya, cinta Raka yang tulus adalah pelajaran yang paling berharga. Ia harus belajar mencintai diri sendiri sebelum mencintai orang lain.
Beberapa bulan kemudian, Dini bertemu seseorang yang baru, seorang lelaki yang tidak ia duga akan masuk ke hidupnya. Lelaki itu sederhana, tapi ia mampu membuat Dini tertawa dan merasa nyaman, sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Raka telah pergi, Dani adalah pelajaran, tapi cinta yang sesungguhnya datang di saat Dini paling tidak menduga. Dan akhirnya, meski ia sempat tersesat dalam cinta yang salah, ia menemukan kebahagiaan dan ketenangan untuk dirinya sendiri.
Tumbal cinta? Mungkin itu adalah hati Raka yang rela mengorbankan dirinya, memberi cinta yang ikhlas meski tak pernah terbalas. Namun dari pengorbanan itu, Dini akhirnya bisa menemukan cinta yang benar.
Tamat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H