Mohon tunggu...
Fajar setiono
Fajar setiono Mohon Tunggu... Buruh - copywriter

Selalu bersyukur atas apa yang kita dapatkan.Jangan pernah menyerah sebelum kita mendapatkan apa yang kita inginkan.Selalu semangat dan pantang menyerah!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta yang Salah, Tapi Tetap Indah

30 September 2024   11:03 Diperbarui: 30 September 2024   11:04 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dini duduk di tepi jendela kamarnya, memandang hujan yang perlahan jatuh ke bumi. Hatinya terasa berat. Dua orang yang ia cintai, dua hati yang ia sayangi, tapi keduanya salah. Bukan mereka yang seharusnya menjadi tempat hatinya berlabuh.

Pertama ada Raka, sahabatnya sejak kecil. Mereka tumbuh bersama, saling mengerti tanpa perlu bicara. Semua orang menyangka mereka akan menjadi pasangan, tapi Dini tahu ada yang tidak beres. Raka adalah tempat yang aman, tapi tak ada gairah, tak ada getaran cinta yang semestinya. Dan yang kedua, ada Dani, lelaki yang datang tiba-tiba dalam hidupnya. Dani penuh kejutan, tapi juga penuh misteri. Dini mencintai spontanitasnya, tetapi semakin dekat, semakin terasa ada sesuatu yang disembunyikan.

"Apa aku salah?" gumam Dini pada dirinya sendiri. Hujan semakin deras. Perasaan ini begitu rumit. Ia mencintai dua orang yang salah. Raka baik dan selalu ada, tapi hatinya kosong. Dani penuh tantangan, namun dia terlalu sulit dipahami, seolah ada tembok yang memisahkan.

Di tengah kebimbangannya, sebuah pesan singkat masuk ke ponsel Dini.

"Raka kecelakaan. Segera ke rumah sakit." Pesan dari seorang teman. Dini tersentak. Tanpa pikir panjang, ia berlari menuju mobilnya, melaju di bawah hujan menuju rumah sakit. Sepanjang perjalanan, bayang-bayang Raka muncul. Dia tak pernah benar-benar merasakan cinta yang utuh untuk Raka, tapi tetap saja, pikiran kehilangannya membuat hatinya hancur.

Sesampainya di rumah sakit, Dini langsung disambut wajah-wajah tegang. Raka terbaring di ranjang ICU, dengan napas yang tersengal-sengal. Kondisinya kritis. Raka memandang Dini dengan mata sayu, lalu tersenyum lemah.

"Dini...," katanya pelan.

Air mata Dini tak tertahan. "Raka, jangan tinggalkan aku."

Raka tersenyum lagi, kali ini lebih lemah. "Aku tahu kamu nggak mencintaiku seperti aku mencintaimu. Dan nggak apa-apa. Yang penting aku bisa menjaga kamu selama ini."

Tangis Dini pecah. Semua perasaan yang selama ini dipendamnya tumpah. "Aku sayang kamu, Raka. Jangan pergi."

Tapi nyawa Raka tidak tertolong. Beberapa menit kemudian, suara detak jantung di monitor terhenti, menandai kepergian Raka untuk selamanya. Ia pergi dengan damai, meninggalkan kesedihan yang mendalam di hati Dini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun