Kasus lain dari reaksi alergi tipe III yang perlu diketahui menyebutkan bahwa imunisasi/vaksinasi yang menyebabkan alergi sering disebabkan serum (imunisasi) terhadap Dipteri atau tetanus. Gejalanya disebut degan Syndroma sickness, yaitu :
* fever
* Hives/urticaria
* arthritis
* protein in the urine.
Reaksi Alergi Tipe IV {Cell-Mediated Hypersensitivities (tipe lambat)}
Reaksi ini dapat disebabkan oleh antigen ekstrinsik dan intrinsic/internal ("self").
Reaksi ini melibatkan sel-sel imunokompeten, seperti makrofag dan sel T.
Ekstrinsik : nikel, bahan kimia
Intrinsik: Insulin-dependent diabetes mellitus (IDDM or Type I diabetes), Multiple sclerosis (MS), Rheumatoid arthritis, TBC
Makrofag (APC) mengikat allergen pada permukaan sel dan akan mentransfer allergen pada sel T, sehingga sel T merelease interleukin (mediator kimia) yang akan menyebabkan berbagai gejala.
Diagnosa
Setiap reaksi alergi dipicu oleh suatu alergen tertentu, karena itu tujuan utama dari diagnosis adalah mengenali alergen. Alergen
bisa berupa tumbuhan musim tertentu (misalnya serbuk rumput atau rumput liar) atau bahan tertentu (misalnya bulu kucing). Jika bersentuhan dengan kulit atau masuk kedalam mata, terhirup, termakan atau disuntikkan ke tubuh, dengan segera alergen akan bisa menyebabkan reaksi alergi. Pemeriksaan bisa membantu menentukan apakah gejalanya berhubungan dengan allergen apa penyebabnya serta menentukkan obat yang harus diberikan. Pemeriksaan darah bisa menunjukkan banyak eosinofil (yang biasanya meningkat).Tes RAS (radioallergosorbent) dilakukan untuk mengukur kadar antibodi IgE dalam darah yang spesifik untuk alergen individual. Hal ini bisa membantu mendiagnosis reaksi alerki kulit, rinitis alergika musiman atau asma alergika. Tes kulit sangat bermanfaat untuk menentukan alergen penyebab terjadinya reaksi alergi. Larutan encer yang terbuat dari saripati pohon, rumput, rumput liar, serbuk tanaman, debu, bulu binatang, racun serangga, makanan dan beberapa jenis obat secara terpisah disuntikkan pada kulit dalam jumlah yang sangat kecil. Jika terdapat alergi terhadap satu atau beberapa bahan tersebut, maka pada tempat penyuntikkan akan terbentuk bentol dalam waktu 15-20 menit. Jika tes kulit tidak dapat dilakukan atau keamanannya diragukan, maka bisa digunakan tes RAS. Kedua tes ini sangat spesifik dan akurat, tetapi tes kulit biasanya sedikit lebih akurat dan lebih murah serta hasilnya bisa diperoleh dengan segera.
DISKUSI
Reaksi alergi atau hipersensistivitas terbagi menjadi 4 tipe, yaitu :
Tipe I (reaksi cepat) yang terjadi segera setelah terpapar alergen. Tipe ini diperantarai oleg Ig E yang terikat pada permukaan sel mast atau basofil dan menyebabkan dilepaskannya mediator kimia seperti bradikinin, histamine, prostaglandin.
Tipe II diperantarai Ig G, reaksi yang menyebabkan kerusakan pada sel tubuh oleh karena antibodi melawan/menyerang secara langsung antigen yang berada pada permukaan sel.
Tipe III merupakan reaksi alegi yang dapat terjadi karena deposit yang berasal dari kompleks antigen antibody berada di jaringan.
Tipe IV dapat disebabkan oleh antigen ekstrinsik dan intrinsic/internal ("self"). Reaksi ini melibatkan sel-sel imunokompeten, seperti makrofag dan sel T.
Reaksi alergi dipicu oleh suatu alergen tertentu, karena itu tujuan utama dari diagnosis adalah mengenali alergen. Alergen bisa berupa tumbuhan musim tertentu (misalnya serbuk rumput atau rumput liar) atau bahan tertentu (bulu kucing). Jika bersentuhan dengan kulit atau masuk ke dalam mata, terhirup, termakan atau disuntikkan ke tubuh, dengan segera alergen akan bisa menyebabkan reaksi alergi. Pemeriksaan bisa membantu menentukan apakah gejalanya berhubungan dengan allergen apa penyebabnya serta menentukkan obat yang harus diberikan. Pemeriksaan darah bisa menunjukkan banyak eosinofil (yang biasanya meningkat).Tes RAS
(radioallergosorbent) dilakukan untuk mengukur kadar antibodi IgE dalam darah yang spesifik untuk alergen individual.
KESIMPULAN