Lagi, dunia menangis karena daun itu jatuh lagi, Â
Bahkan ketika itu telah menjadi takdir ilahi. Â
Apalah daya manusia, hanya insan lemah yang terbatas, Â
Namun tetap, air jatuh di pipi, membasahi jiwa yang rapuh. Â
Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian, Â
Sejak dilahirkan, mereka disambut tawa dan sukacita, Â
Namun di hari perpisahan, tangis membelah udara, Â
Seolah-olah kehilangan adalah luka yang tak terelakkan. Â
Aku anggap ini suatu kewajaran, Â
Karena manusia, makhluk yang dikaruniai cinta dan rasa. Â
Mereka mencintai, mereka merindu, Â
Maka ketika kehilangan, hati mereka terbelah pilu. Â
Manusia diciptakan dengan hati, Â
Dari hatinya mengalir suka dan duka, Â
Tergantung pada situasi yang melingkupinya, Â
Dan kehilangan orang tercinta, Â
Adalah duka yang paling dalam. Â
Namun begitulah jalan hidup yang telah ditentukan, Â
Mereka yang pergi lebih dulu menghadap Sang Pencipta, Â
Meninggalkan kita dengan kenangan dan doa, Â
Dan kita, yang tertinggal, terus berjalan, Â
Menggendong perasaan rindu yang tak bertepi, Â
Berharap suatu hari nanti, kita semua akan bersatu kembali, Â
Di tempat yang abadi, di pangkuan kasih-Nya yang sejati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H