Mohon tunggu...
Fajar Novriansyah
Fajar Novriansyah Mohon Tunggu... Administrasi - Pekerja biasa

Pekerja Purna Waktu Sebagai Staf Adminitrasi di Perusahaan Operator SPBU Swasta berlogo kerang kuning. Menikmati suka duka bertransportasi umum, Karena disetiap langkah kan ada jalan, dimana perjalanan kan temui banyak cerita. S1 Manajemen Universitas Terbuka 2014

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jakarta Itu Dekat di Mata, Jauh di Kaki, tapi Sampai Kok

7 Februari 2024   13:39 Diperbarui: 11 Februari 2024   12:03 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Jakarta. (Foto: Dok. pribadi)

Lulus kuliah jurusan manajemen dari Univeristas Terbuka Jakarta juga kesempatan bagi saya yang tiada tara. Jakarta membawakan saya kultur bekerja keras dan cepat. 

Bangganya saya setalah 3 tahun merantau akhirnya satu KK dengan orang tua saat itu dan kini sudah 12 tahun menjadi warga DKI Jakarta, kemudian juga jika tidak lagi menjadi ibukota bagi saya tidak terpengaruh. 

Mungkin tumbuh drastis Jakarta juga tumbuh bersama kedatangan saya kala pertama meranatau di 2009 dimana jakarta mmebuka rutu koridor 8 yang tahun kemudian membuka korioder 9 dan 10 sampai kini banyak rute yang yang terintegrasi ke berbagai kota tetangga di sekitarnya. 

Sampai tak ketinggalan pernah menikmati Waterway yang memulai rute dari Karet hingga Manggarai yang akhirnya kini hanya tinggal kenangan. Belum lagi daru UMR 1,3 ke angka 5 juta nyaris dalam satu dekade setengah itu sesuatu sekali.

Kebangkitan KRL zaman pak Jonan dari sebelumnya masih beli tiket manual 15 menit sebelum kereta datang dari mulai runkad dengan jadwalnya yang tidak beres belum lagi premanisme dan pedagang asongan saya pernah mengalaminya.

Tapi jadi lumayan kangen sama rute Ekspresnya. Tapi semakin di depan sekarang dengan makin banyak mengangkut pemumpang, pembenahan di semua stasiun belum lagi pembangunan stasiun baru dan integrasi ke LTR, MRT dan Transjakarta. Terkoneksi dengan damai walau dekat di mata jauh di kaki.

 (Foto: Dok. pribadi)
 (Foto: Dok. pribadi)

Masa masa pergi kemana mana naik angkot dan Mentomini, Kopaja, Kopami, dan koantas jaya berbagai rute yang kini telah mengakhir masa masa mengukur aspalnya, menghadapi komplotan copet dan berburu vcd bajakan di glodok dan hiruk pikuk penjaja baju di Bawah tanah terminal Blok M. 

Sekarang banyak tempat terbuka danyak hal hal yang membawa banyak perubahan disini, dan bagganya maish rutin Car Free Day tiap minggu walau sempat stop ketika pandemi melanda. Agak sedih jika sekarang ke area Blok M beberapa tenan telah sunyi dan sepi.

Tanah abang dari yang banjir, macet tiada akhir dan tentu berpetualang dari satu pasar ke pasar lain di dekatnya menjaid tandtanga tersendiri untuk berburu pakaian grosir, jika pakaian trifting tentu senen adalah rajanya,kalau buku bekas ya ke Kwitang dan kue pasar subuh yang murah murah, walau sebagian kini hanya sedang menunggu waktunya karam di makan waktu.

Alasan saya tetap akan tinggal di jakarta selain kesempatan dalam pekerjaan tentunya dengan mudahnya informasi terbarukan yang hadir lebih baik, juga menjadikan saya lebih nyaman walau harga jakarta agak mahal tapi bagi saya tidak terlalu Pricy dibanding kota lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun