Aku tak pernah bertanya pada si Mbak wajah pucat pasi.Â
Entahlah tidak ada pertanyaan pasti karena aku kadang tak peduli.Â
Dia hanya duduk disana di depan rumah di teras depan.Â
Naik diboncengan lalu jika sudah bosan menghilang dengan tawa yang sendu.Â
Aku beri nama dia Mbak Sendu saling hapal dengan suara yang terluka.Â
Sendu, pada tawa yang dingin di rambatnya suara.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H