pada hujan yang kemudian membubarkan awan mendung
kemudian cahaya matahari yang tertahan berlarian menerobos gelap
tapi masih menyisakan derasnya kerinduan dalam diri.
lumpur yang tersisa dari air hujan yang mengawini tanah
menjadikan genangan genangan yang kadang menyiratkan rindu
seakan menyadarkan lamunan, jika rindu mesti di bayar dimuka.
pernah terekam dalam ingatan melalui telinga kanan dan kiri
seseorang yang berkata jika masa depan itu kita yang usahakan, kita yang cipta
lalu dari sejak itu yang disebut kita bergelut tentang pondasi tentang masa depan
kemudian nyatanya jika masa depan itu hanyalah hadiah bagi orang orang yang ikhlas.
kemarin yang pernah dirasa sia sia, ternyata tak begitu merugi
buktinya apa yang dibangun diatas pondasi itu dibangun sesuai rencana
dengan banyak perubahan dalam perjalannya untuk disebut rumahÂ
rumah adalah tempat kita kembali tempat kita mencerna cerita hari hari
rumah yang kita bangun dengan cinta, kompromi, juga kesempatan.
bersamamu aku sudah pulang di rumah,Â
kutatap sendu wajah manismu pada sebuah figura
lalu berdirilah disini bersamaku menikmati gerimis
ada dua buah jas hujan tembus panjang beserta payung motif polkadot
akan kunjukan indahnya gerimis seperti tertera di undanganku kala jumpa pertama
mari kita kembali menenun senja, merakit bintang dan memanggang matahari.
26 Maret 2022
Pakulonan Barat, Kelapa Dua - Tangerang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H