Saya lahir dan besar di sebuah kota kecil di timur Jawa Barat, 31 satu tahun silam. Ada banyak hal yang saya rindukan dari kota kelahiran saya ini, kuliner nya, suasananya, dan jalan jalan kecil yang biasa saya lalui untuk menuju pusat kota. Dulu saya tinggal di daerah gang siaga Kelurahan Purwawinangun, kebiasaan dari kecil lebih suka jalan kaki jadi untuk sekedar mampir atau sewa-pinjam novel dan komik di Toko Buku Fajar di dekat alun alun Kuningan ya jalan kaki.Â
Yang kebetulan nama toko nya sama dengan saya. Sehingga jika ada yang bertemu saat disana, terkadang di kira toko nya punya saya hanya karena namanya sama. Seingat saya toko buku ini sudah tutup, koreksi jika saya salah ya.Â
Kuningan tidaklah terlalu banyak berubah, bahkan selepas 13 tahun saya meninggalkannya. Memang ada beberapa jalan baru yang dibangun di pelbagai penjuru wilayah untuk makin mengembangkan ekonomi, tetapi Kuningan masih saja nyaris sama seperti ingatan-ingatan yang masih terasa di pikiran. Serasa seperti baru kemarin dan hanya tambah ramai dan riuh untuk beberapa lokasi saja.
Akan ada selalu keinginan untuk kembali kesana dan bernostalgia, juga sekedar melepas rindu dengan teman teman yang masih disana, karena sebagaian teman saya sama-sama merantau dan ya kemudian pindah menjadi warga baru di perantauan. Ada satu pilihan tempat menginap yang sangat saya rekomendasikan karena letaknya strategis mudah dijangkau dan bergengsi.
Pilihan saya di Hotel Grand Cordela AS Kuningan,kenapa memilih Nginep di Cordela karena selain sangat startegis juga dekat ke seluruh area wisata di Kuningan, karena hanya 10 menit saja waktu yang kamu tempuh dengan berjalan kaki jika ingin pergi ke Alun alun  kota atau mesjid Syiarul Islam. Lokasinya tepat di jalan utama yang menghubungkan Kota Cirebon dan Tasikmalaya. Dilalui dari 6 rute angkutan umum di kota Kuningan, Ada ATM , dekat Pasar Tradisional ataupun Swalayan. dan tentu saja Kuliner-kuliner yang bahkan sudah terbayang dan menguras air liur saya.
Salah satu hal wajib bagi saya dan menempati list pertama menikmati kuliner yang kamemeut bagi saya adalah menikmati Sorabi haneut di pagi hari, mengapa menikmati panganan ini menjadi nomor satu, selain karena cita rasanya tidak seperti kue serabi beras di daerah sunda lainnya, Rasa dengan taburan dari Dage atau Oncom yang memang di bumbui pedas, serabi dengan tambahan telur juga serabi polos yang jika dimakan bersama pia-pia alias bakwan/bala-bala adalah satu wujud penyaluran emosi.Â
Karena di zaman saya muda dulu saat esde sarapan adalah panganan ini, apalagi jika beli langsung sambil siduru atau memanaskan tubuh di depan tungku. Dari lokasi hotel pun ada yang berjualan antara puku 5 pagi sampai 7 hanya berjarak 30 meter kurang tidak sampai 3 menit bahkan, dari pintu masuk hotel ke arah utara sedikit.
Romantisme saya dengan bumbu kacang adalah menikmatinya utuh tanpa rasa manis lain, termasuk menikmati Batagor, Somay dan Baso Tahu saya selalu menikmati nya hanya bumbu kacang dengan sambal, lidah orang kan beragam kan? heheheh. Disini kamu bisa menikmati nya di Kupat Tahu Mirasa juga Kupat Tahu Mie Iroh kedua nya legendaris sih menurut saya. Tag saya jika kamu pergi kekuningan dan menikmati salah satunya.
Sama sama dengan oncom/dage sebagai isian dan singkong parut sebagain luarannya tetapi ada perbedaan yakni entah kenapa singkong parut untuk Combro lebih lembut sedangkan Gemet bertektur keras dan kasar. Tapi jurtu karena keras nya itu lho yang bikin nagih, apalagi dengan isiannya yang pedas, karena menurut saya teksturnya hanya bisa ditemukan di Kuningan saja.Â
Menurut sejarah nya Tahu yang bisa di beli di sepanjang jalan Veteran , setelah perepatan Jagabaya arah Cigadung ini di perkenalkan oleh Orang Tionghoa yang saat itu mengikuti ekpedisi Laksamana Chengho, sesaat setelah berlabuh di Cirebon sebagian tentaranya ada yang tidak ikut melanjutkan perjalanan, Salah satunya bernama Huang Lam Ping yang akhir nya menanam kedelai, lalu memprosesnya sendiri kemudian memperkenalkan tahu yang kini di kenal dengan Tahu Lamping.Â
Disepanjang jalan ini akan menemukan kios kios yang bersampingan yang berjualan Tahu, wah jika pagi saat SMA dulu karena pasti lewat rute ini Pramuka - Kadugede, akan ada bau yang kurang sedap ketika lewat karena pengantaran sisa sisa produksi tahu untuk pakan ternak. Tetapi saat siang setelah pulang sekolah, hemn aroma tahu yang baru di goreng akan membuat kamu ingin cepat pulang untuk segera makan siang dirumah, yah walau belum tentu dengan tahu juga lauknya.Â
Nah yang Kelima adalah menikmati bubur Khas Kuningan dimana buburnya kental dan di hidangkan dengan kuah sop ayam dengan irisan daging ayam tentunya. Bubur ini lumrah di Kuningan, karena daerah lain biasanya berkuah kari ayam dan agak lembek. Kemudian List yang ke enam adalah menikmati Nasi Lengko yaitu nasi dengan irisan tahu,tempe, tauge dan tetimun yang di siram dengan sambal kacang juga kecap. Nah untuk hidangan ini romantisme saya dengan bumbu kacang harus benar benar di hadiri oleh rasa kecap sebagai orang ketiga. Tapi jujur enak dan nagih serta murah. Selain di kuningan nasi Lengko juga bisa ditemuai di daerah Cirebon.
List yang ketujuh adalah Oleh oleh khas kuningan yakni Opak Bakar, Gemblong / Ketempling dan Tape Daun Jambu, Opak bagi sebagian orang jawabarat di buat dari ketan dan singkong, Lumrahnya yang Ketan disebut opak ketan dan dengan proses duatnya di bakar dan Opak singkong juga disebut Beca, bukan kendaraan yang beroda tiga ya, yang dibikin dari singkong lalu digoreng . Adapula Tape Ketan yang di bungkus daun dan di fermentasi yang dikenal dengan Tape Ketan yang juga jadi oleh-oleh wajib jika berkunjung ke Kuningan.
Untuk Gemblong kadang disebut juga ketempling, itu juga cemilan yang berbahan dasar singkong. Ada yang bentuk nya piih dengan rasa oncom atau original adapula yang aga gembung tengahnya, tetapi keduanya sama sama kriuk dan cocok di nikmati bersama Mie Kuah ataupun baso, apalagi jika dinikmati saat hujan turun maka akan menambah cita rasa dan tentunya memperkuat kenangan kenangan yang biasanya hadir dikala tetesan air itu turun dari langit.
Oya tiap tahun juga ada kegiatan sapu gunung Ciremai yang bertujuan membersihkan areal jalan setapak menuju puncak Gunung Ciremai yang biasa dilalui pendaki, karena biasanya mash ada orang-orang yang mendaki tapi tidak memperhatikan lingkungan dengan membuang sampah sembarangan. Kegiatan mendaki saat tahun baru ataupun saat 17 Agustus biasanya ada juga tentu di sesuaikan dengan cuaca dan keadaan sekitar. Oya selalu perhatikan Alam ya karena kita hidup bergantung dengan alam. Jangan sampai merukask alam ya teman teman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H