Mohon tunggu...
Film Pilihan

Film untuk Dewasa Ditonton Anak-anak?

24 April 2019   00:25 Diperbarui: 24 April 2019   00:59 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Industri hiburan di Indonesia sendiri sudah banyak berkembang, mulai muncul karya-karya anak bangsa dari film, lagu, game yang sedikit demi sedikit di akui oleh dunia. Tetapi di Indonesia sendiri kadang muncul masalah-masalah "lucu" di industri hiburan kita. Dari sekian banyak aspek yang ada ada satu hal yang terlihat kecil dan sepele, apa itu?

Rating, Masih banyak orang tua kita buta dan tidak tahu menau masalah rating.

Film Sudah masuk ke Indonesia  1900-1920-an jelas sudah tidak asing lagi bagi kita. Berbagai genre ada di film seperti horror, Komedi, cinta dan masih banyak lagi. Namun film mempunyai beberapa kategori usia dari anak-anak sampai dewasa. Agar film dapat ditargetkan ke penonton yang sesuai dengar umur mereka jadi dibutuh kan nya suatu lembaga yang mengatur rating untuk sebuah film.

Di indonesia sendiri ada Lembaga Sensor Film yang bisa disingkat LSF.

LSF membagi kode rating ke beberapa kategori

  • SU    (semua umur).
  • A      (Anak-anak 3-12 tahun).
  • BO-A    (Bimbingan orangtua dan Anak-anak).
  • BO        (Bimbingan orangtua untuk anak dibawah 13 tahun).
  • BO-SU (Bimbingan orangtua dan semua umur).
  • R      (Remaja 13-16 tahun).
  • D      (Dewasa).

Untuk Kategori dewasa masih dibagi menjadi dua kategori lagi yakni : 

17+ Film yang diperuntukan bagi penonton 17 tahun ke atas saja

21+ Film yang diperuntukan bagi penonton 21 tahun ke atas saja

Salah satu tugas LSF adalah melakukan sensor terhadap adegan-adegan yang tidak layak tayang . Jadi sudah dipastikan kalau film-film yang sedang tayang di bioskop kesayangan anda itu sudah lolos sensor.

Sementara game mulai masuk ke Indonesia di tahun 90-an di mana era console sepert nitendo, sega. Dan mulai marak game online di tahun 2000-an.

Sebelum Game Rating System atau IGRS dibuat di Indonesia, kita bisa melihat rating sebuah game dari system rating bernama ESRB (Entertainment Software Rating Board).

sumber: polygon.com
sumber: polygon.com
IGRS kurang lebih hampir mirip dengan ESRB, namun karena ESRB terbentuk lebih lama dan semua game yang ada sekarang di atur ratingnya oleh ESRB jadi disini akan menampilkan kategori rating yang dibuat oleh ESRB.
  • Early Childhood (ec) :
  • Dikhususkan untuk anak usia 3 tahun ke atas. Tidak ada kontet yang berbahaya didalamnya.
  • Everyone (E) :
  • Siapapun yang berusia 6 tahun ke atas. Sedikit mengandung kekerasan ringan, kartun.
  • Everyone 10+ (E10+) :
  • Hampir mirip dengan rating everyone, tetapi unsure kekerasan sedikit lebih berat tapi masih dalam batas normal.
  • Teen (T) :
  • Sedikit lebih kasar dari E10+ dan biasanya muncul dalam genre game pertualangan.
  • Mature (M) :
  • Anak berusia dibawah 17 tahun dilarang membeli dan memainkan game ini karena banyak unsure kekerasan yang berlebih didalamnya.
  • Adult Only (Ao) :
  • Hanya seseorang yang berusia 18 tahun keatas yang bisa boleh memainkannya, di berbagai Negara terkadang mewajibkan ber umur 21 tahun jika ingin bermain game rating Ao.
  • Rating Pending (RP) :
  • Biasanya hanya game yang belum rilis yang diberi rating ini.

Sekarang kalian sudah tahu bahwa film dan game tidak bisa di nikmati untuk segala umur. Namun kenapa di Indonesia, Negara tercinta kita ini masih muncul beberapa berita yang viral di internet seperti, "seorang ibu marah-marah ke petugas bioskop karena film deadpool menampilkan adegan tidak senonoh", atau "Game ini dicekal karena muatan hal negatif".

Disini siapa yang salah ? Pemerintah atau miskin nya literasi kita yang bersamaan dengan didikan yang setengah -- setengah ?.

Well to be fair, keduanya sama -- sama punya masalah. Di pihak pemerintah sendiri terutama Lembaga Sensor Film sendiri terlalu ikut campur dalam menyensor dalam suatu film.

Disini yang dirugikan adalah orang-orang perfilman yang sudah berusaha membuat mahakarya tapi karena ada beberapa adegan yang dipotong, bisa mengurangi makna yang akan disampaikan oelh film tersebut. Padahal kalau film tersebut sudah di labeli rating untuk Dewasa, sudah jelas tidak perlu disensor berlebihan.

Kenapa Film Dewasa tetap Disensor oleh pihak LSF?

Masalah itu berkaitan dengan didikan orang tua yang tidak mengerti masalah rating. Sudah banyak kejadian disekitar kita, kadang mereka dengan enteng nya membawa keluarga mereka untuk menonton film yang berpotensi menampilkan unsur kekesaran didalamnya.

Padahal jika dibandingkan dengan tayangan televisi pada saat ini atau pada zaman now yang harusnya lebih dikritisi, di rating, dipotong dan di cekal, sinetron yang tersaji pada tayangan televisi lebih cocok untuk hal tersebut, karena banyak diantara nya yang tidak menunjukan adegan -- adegan yang tidak sesuai rating penayangan usia apalagi pada saat itu adalah jam disaat anak -- anak menonton televisi mereka dan mempelajari sesuatu dari apa yg mereka lihat pada saat itu. 

Akibat dari tayangan yang tidak sesuai asupan untuk anak -- anak ini mengakibat kan beberapa generasi yang bertingkah tidak sesuai umurnya karena hasil dari tayangan -- tayangan sinetron yang muncul di beberapa stasiun tv.

Contohnya ketika pada saat remaja remaja yang pernah viral beberapa waktu lalu, yaitu remaja -- remaja wanita yang berkelahi hanya untuk memperebutkan satu bocah laki -- laki yang harus nya pada masa itu mereka menikmati masa pendidikan dengan benar, belum saatnya mereka mengenali hal -- hal yang menyangkut soal pria dan wanita. 

Padahal mereka juga akan mempelajari nya pada saat waktu nya tiba dan itupun hanyalah soal reproduksi manusia bukannya embel -- embel percintaan yang dicontohkan di tayangan sinetron televisi tersebut, yang membuat mereka bertingkah lebih buruk daripada orang utan.

Jadi menurut anda siapakah yang harus disalahkan atas kejadian -  kejadian ini ? kenapa dia bisa bertingkah seperti itu dan mempunyai tutur yang bukan sesuai umurnya ? sudah mengerti bukan ? apa yang dia lihat, itu yang dia pelajari.

Begitu pula juga dengan game. Di Indonesia, terutama kalangan orang tua masih menganggap game hanya untuk anak-anak, memang pada jaman dahulu industri game hanya dibuat untuk kalangan anak-anak, tetapi anak-anak pada jaman itu beranjak dewasa, begitupula industri game nya pun akhirnya mulai banyak merilis game-game yang memang diperuntukan untuk orang dewasa.

Lalu apa solisinya? Apa harus dibiarkan seperti ini terus?

Mulai dari sekarang lebih kritis lah dengan masalah rating, hanya karena poster film atau game tersebut di isi pahlawan atau gambar kartun, bukan berarti anda bisa mengaggap ini untuk anak-anak. Dengan kamajuan teknologi yang pesat di jaman ini, siapa sih yang tidak bisa membuka google?.

Hanya butuh kurang dari lima menit, anda sudah bisa mengatahui film atau game ini apakah layak untuk anda dan keluarga anda konsumsi. Anda hanya perlu menelusuri lebih jauh sedikit untuk mengetahui rating dari sebuah film ataupun game tersebut seperti contohnya melihat trailer, youtube, review, dan juga Rating di web -- web yang tersedia. 

Setelah tahu rating sebuah film atau game janga lupa tetaplah bimbing anak karena mereka masih belum bisa mencerna secara rinci apa yang mereka lihat dan masih memiliki tanda tanya dan penjelasan yang dibutuhkan dalam masa pertumbuhan.

Film yang semua orang tahu tentu ada dampak postif dan negatif. Sementara untuk sekarang game lebih banyak disorot negatif nya saja, padahal kalau dengan bimbingan yang tepat game pun bisa jadi tempat anak untuk belajar dan berprestasi. Apalagi pada masa ini kita semua memakai serba digital yang melakukan apapun serba online atau daring. Jadi menurut anda masalah tentang penempatan rating ini salah siapa ? kita sendiri kah ? masyarakat lain ? organisasi lembaga sensor itu sendiri ?,  Atau

Apakah kita harus menyalahkan pemerintah dengan masalah ini ? atau presiden ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun