"Mbesuk yen wis ana kreta tanpa jaran, Tanah Jawa kalungan wesi, prahu mlaku ing dhuwur awang-awang, kali ilang kedhunge, pasar ilang kumandhange, iku tandane yen tekane jaman Jayabaya wis cedhak", begitulah yang ditulis oleh Jayabaya di Serat Jangka Jayabaya dalam meramalkan masa depan Pulau Jawa.
Serat Jangka Jayabaya sendiri adalah kitab yang berisi ramalan yang ditulis oleh Jayabaya, seorang raja Kediri. Kitab ini cukup diyakini oleh masyarakat Jawa.Â
Salah satu ramalan yang paling terkenal adalah meramalkan soal pemimpin negara Indonesia. Dalam ramalannya sering disebut sebagai Notonogoro yang ditafsirkan sebagai presiden. T
idak hanya itu, ramalan yang cukup terkenal lainnya, yaitu ramalan tentang pulau Jawa. Seperti pada kutipan di atas terdapat kalimat "Tanah Jawa kalungan wesi", yang artinya Pulau Jawa berkalung besi, kemudian ditafsirkan tentang Pulau Jawa yang dibangun rel kereta api dan kereta api membentang sepanjang Pulau Jawa, keduanya dibuat dengan bahan dasar besi.Â
Benar saja, kurang lebih 700 tahun kemudian kereta api dan jalur kereta api pertama di Indonesia yang dibangun di Semarang beroperasi pada 1867 oleh kolonialis Belanda. Dengan adanya kereta api membawa perubahan yang cukup berarti bagi pemerintahan kala itu.
Pembangunan Jalur Kereta Pertama
Pada 17 Juni 1864, Gubernur Jenderal Baron Sloet van den Beele meresmikan pembangunan jalur kereta api pertama di desa Kemijen dengan tujuan Semarang-Yogyakarta. Pembangunan ini didanai sepenuhnya oleh pemerintah kolonial saat itu.
Pembangunan ini lahir karena saat itu Gubernur Jenderal van den Bosch memberlakukan cultuur stelsel yang mengakibatkan bertumbuh pesatnya aktivitas perkebunan.Â
Pesatnya pertumbuhan perkebunan kurang diimbangi dengan ketersediaan transportasi dan infrastruktur yang cukup. Jauhnya jarak antara pelabuhan dan perkebunan.Â