"Kalau pesanan konsumen banyak, alhasil kedai tak sempat dibuka tapi serabi sudah terjual," tambahnya.
Bahkan, pada bulan puasa Ramadhan mereka, kata Rial jumlah permintaan Serabi, melambung tinggi. Maka, usaha mereka harus memproduksi serabi lebih banyak lagi.
"Untuk berbuka puasa, di bulan Ramadhan permintaan serabi meningkat. Kami malah harus memasak serabi sampai 200 loyang," paparnya.
Kata Rial, usaha mereka juga kerap disinggahi para pejabat teras di kabupaten itu. Misalkan, ketika Bupati Labuhanbatu dijabat HT Milwan, kemudian ketika Bupati Tigor Panusunan Siregar. "Dan, serabi kita sering dipesan bapak-bapak itu," imbuhnya.
Mereka juga, tambah Rial berencana melakukan ekspansi usaha tersebut. Ancang-ancang, target buka lokasi usaha baru diincar titik strategis di kota Rantauprapat. "Ada kok, niat mengembangkan usaha. Ya, ke kota Rantauprapat," tandasnya.
Supardi Sitohang, Kepala Bagian Administrasi dan Keprotokoleran Setdakab Labuhanbatu mengaku pernah mencicipi serabi tersebut.
Menurut dia, citarasa serabi itu tak kalah bersaing dengan panganan sejenis. Bahkan, untuk surabi-surabi yang ada di luar Labuhanbatu. "Rasanya cukup nikmat. Sangat menarik," katanya.
Maka, tak heran ketika melintas di Negeri Lama, dia juga tak lupa membeli serabi itu untuk dibawa pulang ke Rantauprapat selaku oleh-oleh. "Sering juga warga membawa serabi itu sebagai oleh-oleh," ujarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H