Mohon tunggu...
Fajar Wicaksono
Fajar Wicaksono Mohon Tunggu... -

Penggemar Bus. K-Popers, Khususnya Inspirit. Fotografer Freelance.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Leicester City, Juara dan Harmoni

28 April 2016   06:15 Diperbarui: 29 April 2016   00:09 1842
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ke-4 pemain Leicester City yang merayakan kemenangan setelah menghadapi Swansea. Atas Perkenan : Getty Images

Setelah Jamie Vardy harus terhenti menjelang sisa-sisa pertandingan akhir Liga Inggris akibat kartu merah saat melawan West Ham United yang menghasilkan skor seri, Leicester City tetap membara setelah menumbangkan Swansea 4-0 di laga Fixture ke-35 Liga Primer Inggris pada Ahad (24/04) lalu.

Gol berhasil diciptakan oleh Riyad Mahrez (’10), assist Leonardo Ulloa (’40) (’60) dan Marc Albrighton (’85).

Sebelumnya, mereka juga berhasil menaklukkan Swansea di kandang mereka, 3 – 0.

Iya, Leicester City. Publik Britania Raya dan juga Indonesia menantikan mereka untuk mendapatkan gelar juaranya, di tengah kondisi keuangan yang serba pas-pasan. Berbeda dengan tim Big 4 di Inggris (atau tim Britania Raya secara umum) yang mapan secara finansial dan memiliki sponsor dari perusahaan atau manufaktur konglomerat, termasuk tim kesukaan saya Manchester United.

Leicester City juga memastikan untuk masuk ke zona Liga Champions Eropa tahun depan. Jika merujuk pada sistem baru Liga Champions Eropa musim 2015/2016, prediksi saya Leicester City akan masuk dalam tim secara acak ke dalam pot 1, yaitu liga domestik yang berhasil masuk 7 posisi puncak liga terbaik Eropa. Sedangkan Tottenham, Arsenal, Man. City (kecuali ia juara UCL musim ini) dan Manchester United harus berjuang untuk mendapat jatah melalui playoff .

Jika menggunakan sistem terbaru (diterapkan pada musim 2018/2019), Leicester harus lolos secara selektif melalui 14 pertandingan dengan sistem seed. Lalu berkesempatan mendapatkan 16 tiket untuk masuk ke fase grup.

Secara infografis, Leicester berada sekitar 163 km dari utara pusat Kota London dan ditempuh 2,5 jam. Kurang lebih sama dengan jarak antara Bekasi dengan Tasikmalaya atau Jatilawang (Banyumas) dengan Simpang Tiga Ring Road Selatan Yogyakarta.

Semangat dan kekompakan pemain didukung dan disokong oleh peracik khasnya, Claudio Ranieri. Semangat yang terus disokong dan didukung membuat kemenangan sering datang padanya.

Ranieri selalu pintar meracik strategi untuk memenangkan setiap pertandingan. Ranieri tidak menggunakan emosi atau amarah untuk membimbing anak asuhnya. Ranieri bilang bahwa Ranieri selalu memberikan kepercayaan pada anak asuhnya untuk selalu memberikan yang terbaik dengan kerja kerasnya.

Dengan hasil kerja kerasnya, tak heran Riyad Mahrez, Jamie Vardy, N’Golo Kante dan Wes Morgan merupakan 4 pemain yang tahun ini masuk formasi Starting XI dalam seleksi PFA Team of The Year selama 1 musim ini. PFA sendiri merupakan asosiasi pengamat pesepakbola profesional kelas dunia dengan tim analisis yang tak main-main. PFA menganggap bahwa Leicester City dan 4 pemain ybs bermain sangat konsisten dan stabil selama semusim terakhir. Akhirnya, PFA memilih Riyad Mahrez menjadi pemain terbaik di Liga Primer Inggris musim ini.

Keinginan Leicester City sekadar hanya bisa lolos dari zona degradasi (dari musim lalu) berubah haluan menjadi sang juara. Selama 35 pertandingan ini, Leicester City berhasil memperoleh 76 poin dengan selisih 35 gol positif.

Dengan analisis amatiran ini, secara amatiran mengungkapkan saya sependapat dengan Ranieri. Dengan mengatur dan mengolah emosi dan tidak memberikan amarah dalam setiap ujian yang dihadapi Ranieri ke anak-anak asuhnya. Secara pribadi, saya malu, canggung dan salut luar biasa dengan Ranieri. Sama seperti apa kata nasehat ayah saya ketika saya menghadapi masalah. Secara pribadi, saya masih bermasalah terhadap emosi yang labil.

“Masalah harus kita rangkul. Tapi jangan selesaikan masalah dengan cara yang salah. Jangan juga hadapi masalah dengan emosi”, tutur ayah saya.

Di buku Happiness Inside milik Pak Gobind Vashdev, beliau juga mengatakan seperti ini.

“Setiap Peristiwa yang terjadi adalah sifatnya Netral, tak bernilai apa-apa.

 Kita-lah yang memberi label baik atau tidaknya, boleh atau tidaknya, pantas atau tidaknya, sopan atau tidaknya dan seterusnya dalam setiap peristiwa yg kita hadapi. Semua tergantung dalam diri kita. Apakah positif atau tidak.

 Orang yang selalu memilih untuk melihat dunia dari sisi keindahan adalah orang yang beruntung, mereka tidak terpengaruh oleh keadaan dan tidak menyalahkan situasi yang ada."

Dengan segala permasalahan Leicester City dari keuangan yang serba pas-pasan dan hampir menyentuh zona degradasi, dalam inti timnya selalu menyikapi dengan positif dan tidak membawa oleh hawa nafsu atau emosi dalam kebutuhan Ranieri, sang peracik.

Ke depan, Leicester akan menghadapi Manchester United, Everton dan Chelsea di sisa-sisa pertandingan Liga Primer Inggris, dengan sisa performa yang masih optimal.

Semoga saja, Louis van Gaal mengucap kata salut luar biasa pada Leicester City, saat ia menghadapi tim mereka Sabtu depan dalam hasil skor manapun.

Apa yang dilakukan Ranieri, Sama seperti Pak Jokowi. Tenang dan tidak terbawa emosi.

Semoga juara itu terus ada dalam Leicester City.

Karena, emosi belum tentu bisa menyelesaikan masalah.

Terus berjuang. Leicester City.

Salam, Penggemar Bus dan K-Popers.

Fajarbuslovers.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun