Mohon tunggu...
Fajar Billy Sandi
Fajar Billy Sandi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

I'm a hidden king of rock and roll

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

#13 A Week at the Movies: Membunuh 2 Tuhan, Bernyanyi "Zou Bisou Bisou," dan Menginap di Hotel Berhantu

31 Maret 2012   14:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:12 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulan Maret, pada tanggal 30, adalah hari perfilman nasional. Kabar baik bahwa di trimester pertama tahun 2012, industri film Indonesia memperlihatkan geliat yang positif. Ketika bukti nyata, film-film Indonesia seperti The Raid, Kebun Binatang, dan Modus Anomali berhasil menembus festival besar internasional. Maret juga menandakan kembali normalnya pendistribusian film-film impor, beberapa di antaranya sudah tayang dengan tanggal yang sama persis dengan tanggal tayang di Amerika. Minggu terakhir di bulan Maret ini saya sangat senang karena akhirnya serial Mad Men tayang kembali untuk musim kelimanya, juga senang bahwa Maret ini juga tulisan saya berhasil masuk lembaran Kompasiana Freez hari Kamis (29/03/12) kemarin (terima kasih Kompasiana :D). Film-film yang saya tonton minggu ini tidak terlalu banyak, tapi temanya masih cukup beragam. Ada beberapa rencana untuk lebih banyak menonton di BFN namun batal karena tidak adanya waktu. Selamat berkahir pekan dan selamat menonton! (FBS)

The Raid: Redemption (2011) A- ketika pertama kali menonton, B untuk kali kedua

[caption id="attachment_172007" align="aligncenter" width="639" caption="Ray Sahetapy in The Raid: Redemption (© 2011 - Sony Pictures Classics. All rights reserved.)"][/caption] Directed by Gareth Evans Starring: Iko Uwais, Ray Sahetapy, Joe Taslim, Donny Alamsyah, Yayan Ruhian Akhirnya minggu ini saya berkesempatan menonton The Raid: Redemption secara utuh. Sebelumnya, di November 2011 saya sudah menonton film ini di iNAFFF11, namun terlewat di sepuluh menit pertama (baca ulasan lengkap di sini dan di sini). Ternyata saya tidak terlalu kelewat banyak. Yang jelas hampir sepuluh menit pertama adalah struktur awal cerita, ada sedikit titik mula konflik yang dibahas mengenai hubungan Rama (Iko Uwais) dan keluarganya. 10 menit pertama itu seperti tidak terlalu krusial untuk diewatkan. Karena setelah itu, adegan langsung bergulir cepat mengenai penyerangan atas gembong narkoba Tama (Ray Sahetapy). Satu trademark yang saya suka dari penjahat ala The Raid, sebelum membunuh tawanannya, Tama harus makan mie instan Indomie dulu biar afdol. Sepertinya sudah banyak yang membahas tentang The Raid: Redemption di Kompasiana, sebab film ini ibarat menjadi trending topic, film Indonesia di awal tahun 2012 yang berhasil rilis serentak di belahan dunia lain selain Indonesia. Ada sedikit kejanggalan ketika kali kedua saya menonton The Raid: Redemption. Jujur, untuk kali pertama, saya kagum dengan film ini. Cepat, berani, sadis, dan laki-laki. Namun, kali kedua menontonnya, terasa datar saja, tidak ada yang spesial, seperti ada kepingan yang hilang. Bukan berarti bahwa The Raid: Redemption adalah film yang jelek. Mungkin pada kali pertama saya kagum bahwa ada film Indonesia yang seperti ini. Namun pada kali kedua merasa sudah terbiasa. Jadi efek "wah"-nya sudah tidak muncul. Antusias penonton masih tetap sama, masih tepuk tangan ketika film diputar, baik pada saat iNAFFF11 maupun ketika dirilis untuk komersil. Saya tidak bisa menyangkal bahwa memang penonton Indonesia takjub melihat ada film Indonesia seperti ini. Sempat ramai dibicarakan mengenai keluhan para penonton lain yang merasa terganggu ketika ada orang tua yang membawa anak di bawah umur untuk menonton The Raid: Redemption. Ini adalah film yang tingkat sadisnya hmpir muncul di setiap adegan, sehingga kurang pantas untuk ditonton anak-anak. Bahkan di Amerika sendiri pun, rating untuk film ini adalah R atau Restricted. Inilah bukti bahwa pengawasan sensor di Indonesia masihlah sangat lemah. Sudah capai saya marah-marah tentang hal sensor ini (pernah saya bahas di sini).

Harus kita akui bahwa The Raid: Redemption memang fenomenal. Bahkan Roger Ebert sendiri pun harus membuat tulisan lain (baca di sini) untuk membentengi dirinya atas kritikan orang banyak karena membenci film ini. Kalau belum menonton film ini, coba tonton. Kapan lagi bisa menonton film Indonesia tanpa embel-embel esek-esek pocong di dalamnya. (trailer di sini)

Corman's World: Exploits of a Hollywood Rebel (2011) A

[caption id="attachment_172008" align="aligncenter" width="629" caption="Corman"]

1333202204634801685
1333202204634801685
[/caption] Directed by Alex Stapleton Starring: Roger Corman, Martin Scorsese, Quentin Tarantino 'Corman's World: Exploits of a Hollywood Rebel' is watching a mayhem; mayhem of change, mayhem for the love of movies. Roger Corman telah membuat ratusan film, namun sayangnya film-film tersebut adalah film kelas B yang penuh ledakan, wanita telanjang, dan darah palsu. Beberapa filmnya juga sudah mendapat predikat cult-classic. Tapi jangan diremehkan kualitasnya, justru film-film kelas B itulah yang telah mempengaruhi film blockbuster Hollywood seperti Jaws dan Star Wars atau film motor semacam Easy Rider. Mungkin bisa dikatakan, bila Roger Corman tidak membuat film tersebut, maka tren film musim panas tidak akan ada. Roger Corman jugalah yang menjadi mentor bagi generasi emas di Hollywood seperti Coppola, Scorsese, Demme, Tarantino, Cameron, de Niro, Nicholson, dan lain-lain. Film-film yang dihasilkan oleh Corman adalah The Wild Angels, Bloody Mama, The Raven, dan lain sebagainya. Corman tidak pernah memenangkan Oscar, namun di tahun 2011 ia menerima Academy Honorary Awards. Inilah tanda bahwa Corman adalah salah satu orang yang berpengaruh terhadap industri film Hollywood. Pada acara tersebut, Corman berkata "So I say to you, keep gambling, keep taking chances." Salah satu sosok yang inspiratif dan luar biasa. Cari film ini. (trailer di sini)

Mad Men: A Little Kiss (2012) A-

[caption id="attachment_172009" align="aligncenter" width="608" caption="Don Draper (Jon Hamm) in Episode 1-2 (Ron Jaffe/AMC)"]

1333202278394707015
1333202278394707015
[/caption] Akhirnya, pasca "libur" selama lebih dari 17 bulan, SCDP kembali membuka jasa periklanan lagi. Yes, 'Mad Men' is back. And it's better than ever. Mad Men adalah salah satu serial terbaik saat ini. Ketika laki-laki adalah laki-laki dan perempuan hanyalah sebatas rok dan isinya. Saya merasa perlu menyinggung sedikit mengenai episode baru serial Mad Men di musim kelimanya. Episode yang berjudul A Little Kiss menandakan bahwa Don Draper & Co benar-benar kembali ke televisi. Sekarang semuanya telah memiliki kehidupan baru; Don telah menikahi Megan, sang sekretaris, SCDP telah menjadi perusahaan periklanan yang besar, Joan sudah memiliki bayi, Roger Streling masih brengsek, rasisme dan seksisme masih terjadi. Ya, karena ini adalah serial yang membahas kehidupan Amerika di era 60-an. Tentu intriknya sangat jauh berbeda dengan sekarang. Penantian panjang tersebut terbayar. Mad Men muncul dengan awal yang baik, konflik mulai bermunculan. Don Draper masih menjadi Don Draper, the ultimate dapper-douchebag. Highlight episode ini tentu saja ketika Megan menyanyikan lagu Zou Bisou Bisou di pesta ulang tahun Don (lihat di sini) dengan versi yang lebih menggoda dan seksi (that leg!). Ah, saya tidak sabar menunggu setiap minggu untuk menonton episode terbaru Mad Men. Tonton serial ini.

The Innkeepers (2011) B+

[caption id="attachment_172010" align="aligncenter" width="639" caption="Still of Pat Healy and Sara Paxton in The Innkeepers (© 2011 - Magnolia Pictures)"]

13332023671393225989
13332023671393225989
[/caption] Directed by Tai West Starring: Pat Healy, Sara Paxton, Kelly McGillis Sudah lama saya tidak menonton film horor yang bagus. Dan sepertinya The Innkeepers menjanjikan hal tersebut. Bercerita tentang Clair (Paxton) dan Luke (Healy) yang sedang menjaga hotel Yankee Pedlar Inn di hari-hari terakhirnya sebelum hotel tersebut tutup. Ternyata di hotel tersebut menyimpan sebuah misteri tentang kematian Madeline O'Malley dan arwahnya masih menghantui tempat tersebut. Sontak, hal ini membuat dua karyawan hotel ini penasaran dan mulai mencari-mencari "sosok" Madelin O'Malley. The Innkeepers berbicara tentang konsep bertemu makhluk halus atau spirit dan kontak yang terjadi dengan manusia. Alur yang dibuat memang agak lambat, bahkan sosok sang hantu sendiri agak jarang terlihat. Tapi ketegangan berhasil dibangun oleh West, sutradara muda yang mempunyai masa depan cerah di film dengan genre horor. Ketakukan dibangun dari kesendirian dua pemain utamanya. Jujur, saya lebih takut dengan horor psikologis daripada horor hantu. The Innkeepers memang tidak sedalam The Shining, tapi tetap menghantui. Ingat, jangan takut bila kita sudah ditunjukkan "sosok" asli hantu, bila awalnya adalah penasaran dan mengusik keberadaan mereka. (trailer di sini)

Wrath of the Titans (2012) B

[caption id="attachment_172012" align="aligncenter" width="639" caption="Still of Liam Neeson and Sam Worthington in Wrath of the Titans (Photo by Warner Bros. Pictures � © 2012 Warner Bros. Entertainment Inc. and Legendary Pictures Funding, LLC)"]

13332024301911817850
13332024301911817850
[/caption] Directed by Jonathan Liebesman Starring: Sam Worthington, Rosamund Pike, Liam Neeson, Ralph Fiennes, Bill Nighy, Edgar Ramires, Toby Kebbell Sequel ini sebenarnya tidak terlalu penting menurut saya. Berkat kesuksesan komersil dari remake Clash of the Titans di tahun 2010 (film aslinya di tahun 1981 dengan teknologi jauh lebih minimalis malah lebih bagus) dan menghasilkan internet viral dengan quote "release the Kraken," membuat Warner Bros merasa cukup yakin dengan sequel ini. Masih dengan keyakinan yang sama bahwa Dewa atau Tuhan tidak hidup abadi, Wrath memang menampilkan cerita yang lebih besar. Perseus (Worthington), sang manusia setengah dewa, sekarang sudah hidup damai dengan sang anak, Helius. Perseus tiba-tiba mendapati kunjungan tak langsung dari Zeus (Neeson), dewa segala dewa yang juga merupakan ayah Perseus. Zeus meminta tolong lagi kepada Perseus untuk menyelamatkan dunia, sebab akan ada bencana besar lewat monster Kronos yang mampu menghancurkan peradaban umat manusia. Kembalilah Perseus bertualang demi menyelamatkan keluarganya sendiri dan dibantu yang lainnya seperti Anromeda (Pike), Agenor (Kebbell), dan Hephaestus (Nighy). Wrath diisi dengan pengkhianatan para dewa, mulai dari Ares (Ramires), sang dewa perang yang ternyata berbelot untuk lebih menguasai dunia, hingga Hades (Fiennes) yang ternyata masih memiliki hati. Film ini sebenarnya diisi oleh para jago akting, tapi sayang berkat naskah yang tumpul, para aktor ini hanya menjadi tempelan. Premisnya sebenarnya masih sama seperti Clash, hanya penggantian monster saja. Bila di Clash adalah Perseus Vs. Dewa-dewa Vs. Kraken, sedangkan di Wrath adalah Perseus Vs. Dewa-dewa Vs. Kronos. Tapi yang saya bilang tadi, film ini lebih besar dan lebih lucu ketimbang film sebelumnya. Juga teknologi3D-nya jauh lebih baik. Bila di film pertama teknik konversi 3D sangat parah dan gambar yang dihasilkan blur. Sedangkan di film kedua 3D-nya jauh lebih baik, walaupun masih membingungkan dan 3D hanya sebagai alat pengeruk uang. Nilai tinggi yang saya suka dari Wrath adalah kehadiran Bill Nighy, aktor veteran Inggris yang memang jago melucu. Karakter Nighy, Hephaestus, dewa terbuang yang dulu membuat senjata para dewa, berhasil mengolok-olok film ini sendiri. Jangan lupa juga bahwa kita bisa melihat visualisasi neraka menurut kcamata Hollywood. Wrath sangat kacau, banyak adegan klise, dan berlebihan. Tapi itu semua membuat film ini menjadi gila dan menyenangkan. Walaupun tetap tidak lebih baik dari film pertamanya, Wrath tetap menghibur. (trailer di sini)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun