Mohon tunggu...
Fajar Billy Sandi
Fajar Billy Sandi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

I'm a hidden king of rock and roll

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

#11 A Week at the Movies: Dari Politik, Biopic, Seks, Hingga "Harry Potter and the Woman in Black"

17 Maret 2012   20:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:54 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Minggu ini saya menonton tujuh film (sepertinya program one day, one movie saya sedang berjalan) dan semuanya memiliki beberapa tema sama yaitu politik, biopic, seks, dan diangkat dari buku. Beberapa saya tonton di bioskop, beberapa saya tonton di DVD untuk pertama kali, dan beberapa saya tonton ulang. Selamat hari Minggu dan selamat menonton! (FBS)

Game Change (2012) A [caption id="attachment_169237" align="aligncenter" width="639" caption="Still of Julianne Moore and Ed Harris in Game Change (© 2012 - HBO)"][/caption] Directed by: Jay Roach Starring: Julianne Moore, Ed Harris, Woody Harrelson Saya bukan orang yang suka dengan politik. Hal-hal yang berbau politik hampir selalu saya hindari. Agak sedikit tidak yakin memang bagi saya untuk pertama kali menonton Game Change di HBO, ini film televisi soal politik dan politik Amerika pula, politik Indonesia saja saya sudah malas. Tapi setidaknya Game Change mencoba "mempertontonkan" kepada publik tentang sosok Sarah Palin, yang lebih saya kenal dari lelucon yang disampaikan oleh Tina Fey dalam Saturday Night Live. Game Change bercerita tentang dibalik layar pesta hingar bingar pemilihan presiden Amerika Serikat pada tahun 2008 dan terpilihnya sosok Sarah Palin (Moore) menjadi calon wakil presiden dari pasangan calon presiden John McCain (Harris) dari partai republik. Dunia tahu bahwa kala itu yang menang adalah Obama. Di film yang diangkat dari buku yang berjudul sama karya John Heilemann dan Mark Halperin ini mencoba mengangkat sosok Sarah Palin yang kontroversial, yang kalau boleh dibilang dalam film ini digambarkan sebagai robot yang diatur sedemikian rupa untuk tampil di depan publik. She's kind of an airhead. Kontroversi Palin banyak disorot melalui pasang surut berbagai wawancara yang dia lakukan untuk kampanye juga tentang kehiduapn pribadinya, yang secara mendadak menjadikan sosoknya sebagai politisi/selebritis instan. Palin sendiri menyangkal semua yang terjadi pada buku maupun film ini dan menyatakan tidak tertarik sama sekali untuk menontonnya. Apa yang mebuat film ini lantas menjadi hebat? Kehebatan Julianne Moore ketika memerankan sosok Palin yang begitu mengagumkan sehingga penonton (khususnya rakyat Amerika) dibuat takjub dan percaya bahwa Palin sendiri yang memerankan dirinya di film ini. Bahkan sampai ada sebuah video yang menampilkan frame per frame Palin dan Moore antara kejadian di dunia nyata dan interpretasi di Game Change (lihat di sini). Banyak kritikus yang bilang bahwa Moore sebagai Palin sama seperti apa yang Meryl Streep lakukan ketika berperan sebagai Margaret Tatcher dalam The Iron Lady. Saya sendiri yang tadinya merasa akan mengantuk karena tema politik, tiba-tiba menjadi bersemangat menontonnya. Yang saya saksikan adalah sebuah sejarah, yang Schmidt (juru kampanye McCain-Palin) sendiri akui 100% benar, yang dibuat ulang dan semakin menegaskan kalau politik adalah barang kotor. Politik hanyalah soal uang dan kekuasaan, sangat terlihat jelas bahwa McCain dan Palin sendiri lebih banyak diatur oleh Schmidt (Harrelson), agar panggung yang ditampilkan sempurna. Mungkin temanya hampir mirip seperti apa yang ditampilkan dalam The Ides of March. Because I always believe that politics have always been and will always be a joke and 'Game Change' proofs it brilliantly. Coba para politikus Indonesia tonton film ini. (tariler di sini)

Friends with Kids (2012) B+

[caption id="attachment_169238" align="aligncenter" width="639" caption="Still of Adam Scott, Edward Burns, Maya Rudolph, Jennifer Westfeldt and Chris O"]

13320159281270107727
13320159281270107727
[/caption]

Directed by: Jennifer Westfeldt Starring: Jennifer Westfeldt, Adam Scott, Kristen Wiig, Jon Hamm, Maya Rudoplh, Chris O'Dowd, Edward Burns, Megan Fox Film ini seperti kelanjutan tidak resmi dari Bridesmaids karena 4 pemainnya (Wiih, Hamm, Rudolph, O'Dowd) pernah bermain di film tersebut. Friends with Kids, komedi romantis yang saya kira akan berakhir secara klise ternyata banyak menyuguhkan hal baru. Berpusat pada Jason (Scott) dan Julie (Westfeldt), sepasang sahabat di umur 30-an, yang hidupnya berubah ketika teman-teman mereka menikah dan mempunyai anak. Bahwa mereka yakin pernikahan hanyalah sebuah masalah baru namun ingin sekali mempunyai anak. Hingga akhirnya Jason dan Julie memutuskan untuk "memilik anak" tanpa adanya hubungan pernikahan di antara mereka berdua. Dan dari keputusan ini, munculah masalah-masalah baru yang lebih kompleks. Film ini sangat New York sekali, sangat barat. Kultur modern mereka yang berbeda 180 derajat dengan kultur modern di timur membuat film ini (mungkin) agak sedikit kurang bisa diterima bagi masyarakat timur. Temanya sebenarnya lama, bahwa definisi pria dan wanita tidak akan pernah bisa menjadi teman atau sahabat karena selalu ada seks di antaranya. Scott dan Westfeldt paling bersinar di sini (favorit saya adegan di meja makan ketika malam tahun baru). Friends with Kids juga pembuktian bahwa Megan Fox bukan cuma badan tetapi juga bisa berakting. Banyak dialog menggigit tentang eksistensi manusia modern, terutama soal pernikahan dan anak. Dan pasca menonton film ini, membuat saya penasaran tentang akan seperti apa kehidupan saya di umur 30-an tahun. Coba tonton film ini. (trailer di sini)

Margin Call (2011) B

[caption id="attachment_169239" align="aligncenter" width="640" caption="Still of Kevin Spacey in Margin Call (Photo by Walter Thomson – © 2011 - Roadside Attractions)"]

13320161801871176862
13320161801871176862
[/caption] Directed by: J.C. Chandor Dtarring: Kevin Spacey, Paul Bettany, Jeremu Irons, Zachary Quinto, Penn Badgely, Demi Moore, Stanley Tucci Lagi, film tentang Wall Street dan krisis keuangan di tahun 2008 dibuat oleh Hollywood. Margin Call menceritakan itu semua dan keputusan apa yang paling tepat untuk diambil demi menyelamatkan uang. Sama seperti politik, ekonomi juga sangatlah kotor. Menipu atau ditipu. Bedanya dengan Game Change, saya kurang bisa mengikuti apa yang terjadi di Margin Call. Oke, film ini memiliki jajaran pemain yang berkelas, namun sayang, bagi saya temanya masih terlalu Amerika. Setidaknya film ini membuat sedikit kejutan ketika berhasil masuk menjadi salah satu dari lima nominasi Skenario Asli Terbaik Piala Oscar ke-84 lalu, yang ternyata dimenangkan oleh Midnight in Paris (baca di sini). Mungkin bila Anda mengerti indeks perekonomian atau hal-hal yang berbau Wall Street, Anda akan suka dengan film ini. (trailer di sini)

The Hunchback of Notre Dame (1996) A-

[caption id="attachment_169240" align="aligncenter" width="639" caption="The Hunchback of Notre Dame (© 1996 - Walt Disney Studios)"]

13320163561917454465
13320163561917454465
[/caption] Directed by: Gary Trousdale & Kirk Wise Voice by: Tom Hulce, Tony Jay, Demi Moore, Kevin Kline Ketika melihat-lihat film-film lama, saya tertarik kembali untuk menonton film ini. Salah satu film Disney yang underrated namun masih berkualitas. The Hunchback of Notre Dame masih menyajikan animasi-musikal yang menjadi khas film animasi Disney di era renesansnya. Berkisah tentang Quasimodo (Hulce), si bungkuk yang tinggal dan rutin membunyikan bel-bel di katedral Notre Dame , Paris. Quasimodo merupakan korban dari ketidakadilan hakim Frollo (Jay) atas kaum gipsi. Quasimodo mencoba untuk beradaptasi ketika muncul orang lain seperti sang gipsi Esmeralda (Moore) maupun penjaga keamanan Kapten Phoebus (Kline), yang sama-sama ingin berontak dari rezim ketidakadilan Frollo. Walaupun film animasi, tema-tema yang muncul cenderung tema dewasa seperti keserakahan, ketidakadilan, kebencian, dan hawa nafsu. Karen memang tema itulah yang muncul di cerita aslinya, yaitu novel berjudul sama karya Victor Hugo. Bahkan, pihak Disney pun merubah beberapa hal agar cocok untuk konsumsi anak-anak. Di samping itu semua, The Hunchback of Notre Dame menyuguhakn animasi yang apik dan akurat, terutama untuk arsitektur katredal Notre Dame serta musik-musik indah khas Disney. Saya lebih menikmati film ini sekarang ketimbang menonton pertama kali ketika berumur 7 tahun. Mungkin karena akhirnya sudah mengerti tentang inti permasalahan yang diangkat dari kisah Quasimodo. Coba tonton ulang film ini. (tariler di sini)

The Rules of Attraction (2002) A-

[caption id="attachment_169241" align="aligncenter" width="481" caption="Still of Jessica Biel and Shannyn Sossamon in The Rules of Attraction (© 2002 - Lions Gate Entertainment)"]

1332016552400982123
1332016552400982123
[/caption] Directed by: Roger Avary Starring: James van der Beek, Shannyn Sossamon, Ian Somerhalder, Jessica Biel Menonton film ini seperti menonton Pulp Fiction dengan lebih banyak seks dan narkoba ketika duduk di bangku kuliah. The Rules of Attraction dibagi menjadi tiga cerita, yaitu Sean Bateman (van der Beek) si penjual narkoba, Lauren (Sossamon) si perawan, Paul (Somerhalder) si homoseksual, dan hubungan di antara ketiganya. Roger Avary, yang memang dulu penyumbang cerita untuk Pulp Fiction, mengadaptasi novel berjudul sama milik Bret Easton Ellis (kabar bahwa Avary juga akan mengadaptasi Glamora, juga nobel milik Ellis, ke dalam layar lebar, big YES!). Hasilnya adalah film dengan alur non-linear yang berani mendobrak aturan film konvensional. Inilah tipe film favorit saya. Terlebih saya memang menyukai tulisan-tulisan Ellis yang lain. Bahwa hidup jangan dibuat rumit, just take it easy. Saya rekomendasikan. (trailer di sini)

The Woman in Black (2012) B

[caption id="attachment_169242" align="aligncenter" width="640" caption="Still of Daniel Radcliffe in The Woman in Black (© 2011 - CBS Films)"]

1332016737850247568
1332016737850247568
[/caption]

Directed by: James Watkins Starring: Daniel Radcliffe, Ciaran Hinds, Janet McTeer, Sophie Stuckey Harry Potter and the Mystery of the Woman in Black. Entah kenapa itulah judul yang mungkin lebih pas untuk film ini. The Woman in Black bercerita tentang urban legend fiksi sosok wanita berbaju hitam yang selalu merenggut nyawa anak kecil yang melihatnya. Ini dilakukan atas motif balas sang wanita tersebut tentang masa lalunya. Kebetulan, Arthur Kipps (Radcliffe) sedang datang ke desa tersebut untuk urusan legalitas dan harus terjebak dengan misteri ini. Daniel Radcliffe mencoba peruntungan lain setelah franchise Harry Potter selesai pertengahan tahun lalu. Memang, sebelum seri tersebut habis, Daniel sudah beberapa kali bermain untuk film atau teater lain, seperti December Boys, Equus, My Boy Jack, dan lain sebagainya. Namun entah mengapa, citra Harry Potter susah untuk dihilangkan darinya, terlebih film ini masih menyangkut hal-hal mistis. Daniel harus lebih berani memilih peran yang streotipe, walaupun Harry Potter akan terus melekat di dirinya.

Tentu atmosfir seram berhasil dibangun film ini melalui seting tempat, kostum, tata musik yang mengagetkan, dan suasana mencekam ala film horor pada umumnya. Namun hasilnya tidak ada yang spesial ataupun baru. Mungkin yang paling spesial adalah bahwa Daniel maupun Adrian Rawlins, yang berperan sebagai ayah Harry Potter, memerankan peran yang sama di film The Woman in Black. Adrian untuk film televisi di tahun 1989 dan Daniel untuk film layar lebar di tahun 2012. Bila Anda fans berat Harry Potter, jangan lewatkan film ini. (trailer di sini)

Ed Wood (1994) A

[caption id="attachment_169243" align="aligncenter" width="639" caption="Still of Johnny Depp in Ed Wood (© 1994 - Touchstone Pictures)"]

13320169201824609689
13320169201824609689
[/caption] Directed by: Tim Burton Starring: Johnny Depp, Martin Landau, Sarah Jessica Parker, Patricia Arquette Saya kembali menonton film ini karena trailer Dark Shadows. Tim Burton dan Johnny Depp tidak dapat dipisahkan, keduanya telah menghasilkan banyak mahakarya, salah satunya Edward Scissorhands. Dan Ed Wood mungkin juga salah satu dari mahakarya keduanya. Film ini adalah biopic yang bercerita tentang sutradara terburuk sepanjang masa, Ed Wood ketika membuat tiga filmnya yang memang buruk (namun sekarang sudah menjadi cult-following) yaitu Glen or Glenda, Bride of the Monster, dan Plan 9 from Outer Space. Ed Wood adalah sosok yang falmboyan dan juga gemar memakai pakaian wanita (kali pertama Depp memakai rok wanita dan dilanjutkan di Before Night Falls). Ini adalah film tentang film. Ed Wood adalah pertunjukan tiga lelaki, yaitu Burton, Depp, dan Landau. Bagi Burton, Ed Wood adalah salah satu film dengan aspek personalitas yang kuat. Ed Wood juga adalah panggung bagi Depp sebagai bukti bahwa dia adalah salah satu aktor terbaik masa kini. Dan bagi Landau, Ed Wood adalah penghormatan bagi Bela Lugosi. Walaupun berpredikat buruk, tapi semangat Ed Wood patut untuk dicontoh, dia tidak pernah menyerah. Ed Wood mengidolakan Orson Wells dan berharap bisa seperti dirinya. Ed Wood adalah potret lain tentang sisi gelap dan perpolitikan Hollywood. Jangan pusing untuk menonton film ini dalam gambar hitam putih. Salah satu quote favorit saya adalah ketika Ed Wood menonton pemutaran perdana Plan 9 from Outer Space dan berkata "This is the one. This is the one I'll be remembered for." Mumpung sekarang sedang tren film yang membaha tentang film, seperti The Artist (baca di sini) atau Hugo (baca di sini), coba cari Ed Wood dan tonton langsung. Direkomendasikan. (trailer di sini)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun