Aku memutuskan untuk ke Lembang, menenangkan diri sejenak di Biara Suster-suster Karmel. Siapa tahu dengan suasana biara dan kompleksnya yang tenang membuat perasaanku akan normal kembali. Aku pun berangkat ke Kota Kembang dan Langsung menuju Lembang untuk rehat selama seminggu.
Ketika memasuki kompleks rumah retret para suster pertapa itu, hatiku merasakan damai. Aku mendaftarkan diri, menyimpan tas dan perlengkapan lainnya di kamar yang telah ditunjukkan suster. Suster yang menjadi penerima tamu memberikan petunjuk kepadaku bahwa di situ ada gua Maria, jika ingin berdoa sejenak di sana.
Aku pun penasaran dan memutuskan untuk ke Gua Maria sebelum mandi dan makan malam. Ketika memasuki pelataran masuk ke taman yang ada Gua Maria-nya, di hadapan mataku terhampar  mawar-mawar berbunga pink yang sedang mekar dan menyebarkan aroma harum mewangi. Sambil melangkah perlahan-lahan menuju Gua Maria di pojok taman, pandangan mataku tiada henti menikmati kembang-kembang mawar di sepanjang sisi jalan setapak yang kutelusuri. Aku pun memutuskan untuk berhenti sejenak memetik salah satu kembang mawar terbesar yang letaknya agak jauh dari jalan setapak. Aku berusaha untuk menghindari goresan duri-duri mawar untuk mencapai mawar tersebut.
[caption id="attachment_180924" align="aligncenter" width="454" caption="Mawar Cinta Yang Mempertemukan Kami (dok.pribadi)"]
Di tengah perjuanganku untuk meraih mawar tersebut, terdengar suara dehemen dari belakangku. Aku menoleh sejenak dengan penuh perasaan malu dan bersalah karena mungkin saja itu deheman dari tukang kebun. Namun yang kulihat berdiri di belakangku tidak bertampang tukang kebun.
"Bolehkah aku yang mengambilkan kembang mawar itu untukmu?" pria asing itu menawarkan bantuannya. Karenan terpana, aku pun bingung mau menjawab apa. Tanpa menunggu persetujuanku, ia pun melangkahi ranting-ranting mawar di sampingku dan dengan sigap memetik kembang yang dimaksud dan membawanya keluar dari taman menuju jalan setapak, tempat di mana aku telah menanti dengan perasaan gundah gulana.
Sambil memegang kembang di tangannya ia mengawali perkenalannya. "Terimalah mawar perkenalan dariku. Namaku Sisko. Aku sudah dua hari retret pribadi di sini. Boleh aku tahu siapa namamu?" Dengan malu-malu aku pun menerima mawar pemberiannya dan memperkenalkan diriku.
[caption id="attachment_180925" align="aligncenter" width="423" caption="Ia Mempersuntingku dengan Sekembang Mawar Cinta (dok.pribadi)"]
Sejak perkenalan itu, aku menjadi dekat dengan Sisko dan pada akhir retret, ia pun mengungkapkan rasa cintanya kepadaku. Ia meminangku dengan sebuah kembang mawar berwarna pink. Dalam hati aku bermazmur kepada Tuhan: "Terima kasih, Engkau telah mengabulkan doaku, Tuhan. Terima kasih Bunda Maria yang memberikan petunjukkmu melalui mawar-mawar, rosa, dalam pengelihatanku di kala novena."
Yah, besok aku akan menikah dengan Sisko, pria pilihan Tuhan untukku. Aku telah berjanji untuk menjadikannya yang pertama dan terakhir dalam hidupku. Lamat-lamat terucap "janji suci" di dalam lubuk hatiku:
"Ada getar yang terucap Di nubari polosku Terpancar seucap janji Dari mulutku yang suci *** Ku tak percaya sukma Tuk gapai bintang yang tergantung Diambang batas usaha Namun semua masih misteri *** Imaji yang bekerja Menggenggam kronos jadi kairos Semua pun berlalu (tapi) Bagai angin yang bertiup (jadi) *** Mataku tak terpejamkan Teringat akan sebuah janji Yang membengkak menjadi paradoks Bertimbun menetaskan dilema *** Aku akan tetap menerimamu Apa pun kondisi fisikmu Aku menikah dengan hatimu dan bukan dengan wajahmu" *** Terima kasih Tuhan & Ratu Rosari
[caption id="attachment_180926" align="aligncenter" width="518" caption="Mawar Cinta Kami Berdua (Dok.Pribadi)"]