Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku, Perawan Tua Paling Beruntung Sedunia

5 Juni 2012   02:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:23 7063
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_180920" align="aligncenter" width="454" caption="Mawar Cinta (Dok.Pribadi)"][/caption]

Besok, hari pernikahanku. Aku sudah tidak sabar menantikan hari pernikahanku di usiaku yang sudah tidak dibilang muda lagi. Teman-temanku banyak yang telah memiliki momongan bahkan sudah ada yang masuk Perguruan Tinggi. Aku sering dijuluki "perawan tua" oleh rekan-rekan sekantorku. Terhadap olok-olokan mereka, aku selalu punya alasan untuk berkelit. Namun tidak demikian dengan ibuku. Setiap kali aku pulang ke rumah, pertanyaan pertama selalu muncul darinya, "nduk, kapan memberikan ibumu cucu untuk pelipur masa tua ibumu?"

Aku sudah kehabisan alasan untuk menjawab pertanyaan ibu. Karena itu, beberapa tahun terakhir ini aku memutuskan untuk mengurangi frekuensi menengok ibu di kala liburan.  Aku ingin menghindar dari tatapan penuh harap dari wanita yang telah melahirkanku.

Diam-diam aku mempelajari segala trik untuk menarik hati kaum pria, namun semuanya seolah menemukan jalan buntu. Beruntung aku tidak tergoda ke dukun dan memasang susuk karena masih yakin bahwa Tuhan akan menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya. Aku mendekati seorang romo dan meminta petunjuknya. Menurutnya, aku harus memohon dalam sebuah doa khusus yang disebut Novena kepada Bunda Maria selama sembilan hari berturut-turut. Jika dirasa perlu, aku bisa mengajukan sebuah nazar dan petunjuk khusus.

Mulailah aku bernovena kepada Bunda Maria 6 bulan yang lalu. Tidak lupa juga sebuah nasar kusisipkan kepada Tuhan dalam novena tersebut. "Tuhan, jika kehendak-Mu yang terjadi dalam hidupku, maka siapa pun pria itu yang terbaik menurut-Mu untuk menjadi belahan jiwaku, akan aku terima dengan sebulat hati! Asalkan Engkau memberikan petunjuk-Mu, dengan cara apa dan bagaimana aku berjumpa dengan belahan jiwaku itu."

[caption id="attachment_180922" align="aligncenter" width="480" caption="Mawar Cinta (dok.pribadi)"]

13388618391708287027
13388618391708287027
[/caption]

Yah, ini adalah sebuah kontrak dengan Tuhan dari jiwa yang haus dan tertekan oleh julukan "perawan tua." Setiap pukul 22.00, aku pasti akan menyalakan lilin di depan arca Bunda Maria dan berdoa novena. Aku meminta dengan hati seorang hamba sama seperti Bunda Maria agar Kehendak Tuhanlah yang terjadi dalam hidupku. Sampailah aku di penghujung malam ke-9, malam  terakhir aku  mendoakan Novena.

Ketika sedang khusuk berdoa pada malam ke-9, tiba-tiba terlintas dalam benakku silih berganti kembang-kembang mawar dan dari baliknya muncul seorang pria berburuk rupa. Wajah pria buruk rupa dari balik kelopak mawar kembali menyadarkan aku untuk kembali serius berdoa dan mengakhiri doaku dengan nasar yang agak berbeda:  "Tuhan, jika kehendak-Mu yang terjadi dalam hidupku, maka siapa pun pria itu yang terbaik menurut-Mu untuk menjadi belahan jiwaku, akan aku terima dengan sebulat hati! Asalkan Engkau memberikan petunjuk-Mu, dengan cara apa dan bagaimana aku berjumpa dengan belahan jiwaku itu. Namun, jangan berikan aku pria seperti yang tampak dari balik kembang mawar barusan ya."

[caption id="attachment_180923" align="aligncenter" width="433" caption="Mawar Cinta (dok.pribadi)"]

13388623601768950933
13388623601768950933
[/caption]

Sebulan, dua bulan, tiga bulan telah berlalu sejak doa novena yang kudaraskan sembilan hari berturut-turut. Tetapi petunjuk dari Tuhan belum tampak jua. Aku mulai gelisah dan meragukan kehadiran-Nya. Kalau Dia benar-benar ada, Dia pasti menjawab doa orang yang tertindas oleh julukan "perawan tua" ini. Tuhan memang kejam. Apa sih yang kurang dengan pengabdianku kepada-Nya selama ini?

Ketika rasa putus asa hampir mendekati titik nadir, aku pun memutuskan untuk resign sementara dari tempat kerjaku. Aku ingin menenangkan hatiku sejenak. Aku hendak berlibur sejenak untuk menata kembali perasaan galau-ku yang kian memuncak karena sensitivitasku makin meningkat dan bawahanku selalu menjadi korban omelan tidak jelas dariku.

Aku memutuskan untuk ke Lembang, menenangkan diri sejenak di Biara Suster-suster Karmel. Siapa tahu dengan suasana biara dan kompleksnya yang tenang membuat perasaanku akan normal kembali. Aku pun berangkat ke Kota Kembang dan Langsung menuju Lembang untuk rehat selama seminggu.

Ketika memasuki kompleks rumah retret para suster pertapa itu, hatiku merasakan damai. Aku mendaftarkan diri, menyimpan tas dan perlengkapan lainnya di kamar yang telah ditunjukkan suster. Suster yang menjadi penerima tamu memberikan petunjuk kepadaku bahwa di situ ada gua Maria, jika ingin berdoa sejenak di sana.

Aku pun penasaran dan memutuskan untuk ke Gua Maria sebelum mandi dan makan malam. Ketika memasuki pelataran masuk ke taman yang ada Gua Maria-nya, di hadapan mataku terhampar  mawar-mawar berbunga pink yang sedang mekar dan menyebarkan aroma harum mewangi. Sambil melangkah perlahan-lahan menuju Gua Maria di pojok taman, pandangan mataku tiada henti menikmati kembang-kembang mawar di sepanjang sisi jalan setapak yang kutelusuri. Aku pun memutuskan untuk berhenti sejenak memetik salah satu kembang mawar terbesar yang letaknya agak jauh dari jalan setapak. Aku berusaha untuk menghindari goresan duri-duri mawar untuk mencapai mawar tersebut.

[caption id="attachment_180924" align="aligncenter" width="454" caption="Mawar Cinta Yang Mempertemukan Kami (dok.pribadi)"]

13388627611457236906
13388627611457236906
[/caption]

Di tengah perjuanganku untuk meraih mawar tersebut, terdengar suara dehemen dari belakangku. Aku menoleh sejenak dengan penuh perasaan malu dan bersalah karena mungkin saja itu deheman dari tukang kebun. Namun yang kulihat berdiri di belakangku tidak bertampang tukang kebun.

"Bolehkah aku yang mengambilkan kembang mawar itu untukmu?" pria asing itu menawarkan bantuannya. Karenan terpana, aku pun bingung mau menjawab apa. Tanpa menunggu persetujuanku, ia pun melangkahi ranting-ranting mawar di sampingku dan dengan sigap memetik kembang yang dimaksud dan membawanya keluar dari taman menuju jalan setapak, tempat di mana aku telah menanti dengan perasaan gundah gulana.

Sambil memegang kembang di tangannya ia mengawali perkenalannya. "Terimalah mawar perkenalan dariku. Namaku Sisko. Aku sudah dua hari retret pribadi di sini. Boleh aku tahu siapa namamu?" Dengan malu-malu aku pun menerima mawar pemberiannya dan memperkenalkan diriku.

[caption id="attachment_180925" align="aligncenter" width="423" caption="Ia Mempersuntingku dengan Sekembang Mawar Cinta (dok.pribadi)"]

13388630291635649163
13388630291635649163
[/caption]

Sejak perkenalan itu, aku menjadi dekat dengan Sisko dan pada akhir retret, ia pun mengungkapkan rasa cintanya kepadaku. Ia meminangku dengan sebuah kembang mawar berwarna pink. Dalam hati aku bermazmur kepada Tuhan: "Terima kasih, Engkau telah mengabulkan doaku, Tuhan. Terima kasih Bunda Maria yang memberikan petunjukkmu melalui mawar-mawar, rosa, dalam pengelihatanku di kala novena."

Yah, besok aku akan menikah dengan Sisko, pria pilihan Tuhan untukku. Aku telah berjanji untuk menjadikannya yang pertama dan terakhir dalam hidupku. Lamat-lamat terucap "janji suci" di dalam lubuk hatiku:

"Ada getar yang terucap Di nubari polosku Terpancar seucap janji Dari mulutku yang suci *** Ku tak percaya sukma Tuk gapai bintang yang tergantung Diambang batas usaha Namun semua masih misteri *** Imaji yang bekerja Menggenggam kronos jadi kairos Semua pun berlalu (tapi) Bagai angin yang bertiup (jadi) *** Mataku tak terpejamkan Teringat akan sebuah janji Yang membengkak menjadi paradoks Bertimbun menetaskan dilema *** Aku akan tetap menerimamu Apa pun kondisi fisikmu Aku menikah dengan hatimu dan bukan dengan wajahmu" *** Terima kasih Tuhan & Ratu Rosari

[caption id="attachment_180926" align="aligncenter" width="518" caption="Mawar Cinta Kami Berdua (Dok.Pribadi)"]

13388633111099243739
13388633111099243739
[/caption] Persembahan untuk para galauers  kampret hahahahahahahahahahaha  "kabooor....takut ditimpuk dengan sangul oleh para galauers kampret"

NIKMATI YANG LAINNYA

Kampretos

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun