[caption id="attachment_180920" align="aligncenter" width="454" caption="Mawar Cinta (Dok.Pribadi)"][/caption]
Besok, hari pernikahanku. Aku sudah tidak sabar menantikan hari pernikahanku di usiaku yang sudah tidak dibilang muda lagi. Teman-temanku banyak yang telah memiliki momongan bahkan sudah ada yang masuk Perguruan Tinggi. Aku sering dijuluki "perawan tua" oleh rekan-rekan sekantorku. Terhadap olok-olokan mereka, aku selalu punya alasan untuk berkelit. Namun tidak demikian dengan ibuku. Setiap kali aku pulang ke rumah, pertanyaan pertama selalu muncul darinya, "nduk, kapan memberikan ibumu cucu untuk pelipur masa tua ibumu?"
Aku sudah kehabisan alasan untuk menjawab pertanyaan ibu. Karena itu, beberapa tahun terakhir ini aku memutuskan untuk mengurangi frekuensi menengok ibu di kala liburan. Â Aku ingin menghindar dari tatapan penuh harap dari wanita yang telah melahirkanku.
Diam-diam aku mempelajari segala trik untuk menarik hati kaum pria, namun semuanya seolah menemukan jalan buntu. Beruntung aku tidak tergoda ke dukun dan memasang susuk karena masih yakin bahwa Tuhan akan menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya. Aku mendekati seorang romo dan meminta petunjuknya. Menurutnya, aku harus memohon dalam sebuah doa khusus yang disebut Novena kepada Bunda Maria selama sembilan hari berturut-turut. Jika dirasa perlu, aku bisa mengajukan sebuah nazar dan petunjuk khusus.
Mulailah aku bernovena kepada Bunda Maria 6 bulan yang lalu. Tidak lupa juga sebuah nasar kusisipkan kepada Tuhan dalam novena tersebut. "Tuhan, jika kehendak-Mu yang terjadi dalam hidupku, maka siapa pun pria itu yang terbaik menurut-Mu untuk menjadi belahan jiwaku, akan aku terima dengan sebulat hati! Asalkan Engkau memberikan petunjuk-Mu, dengan cara apa dan bagaimana aku berjumpa dengan belahan jiwaku itu."
[caption id="attachment_180922" align="aligncenter" width="480" caption="Mawar Cinta (dok.pribadi)"]
Yah, ini adalah sebuah kontrak dengan Tuhan dari jiwa yang haus dan tertekan oleh julukan "perawan tua." Setiap pukul 22.00, aku pasti akan menyalakan lilin di depan arca Bunda Maria dan berdoa novena. Aku meminta dengan hati seorang hamba sama seperti Bunda Maria agar Kehendak Tuhanlah yang terjadi dalam hidupku. Sampailah aku di penghujung malam ke-9, malam  terakhir aku  mendoakan Novena.
Ketika sedang khusuk berdoa pada malam ke-9, tiba-tiba terlintas dalam benakku silih berganti kembang-kembang mawar dan dari baliknya muncul seorang pria berburuk rupa. Wajah pria buruk rupa dari balik kelopak mawar kembali menyadarkan aku untuk kembali serius berdoa dan mengakhiri doaku dengan nasar yang agak berbeda:Â Â "Tuhan, jika kehendak-Mu yang terjadi dalam hidupku, maka siapa pun pria itu yang terbaik menurut-Mu untuk menjadi belahan jiwaku, akan aku terima dengan sebulat hati! Asalkan Engkau memberikan petunjuk-Mu, dengan cara apa dan bagaimana aku berjumpa dengan belahan jiwaku itu. Namun, jangan berikan aku pria seperti yang tampak dari balik kembang mawar barusan ya."
[caption id="attachment_180923" align="aligncenter" width="433" caption="Mawar Cinta (dok.pribadi)"]
Sebulan, dua bulan, tiga bulan telah berlalu sejak doa novena yang kudaraskan sembilan hari berturut-turut. Tetapi petunjuk dari Tuhan belum tampak jua. Aku mulai gelisah dan meragukan kehadiran-Nya. Kalau Dia benar-benar ada, Dia pasti menjawab doa orang yang tertindas oleh julukan "perawan tua" ini. Tuhan memang kejam. Apa sih yang kurang dengan pengabdianku kepada-Nya selama ini?
Ketika rasa putus asa hampir mendekati titik nadir, aku pun memutuskan untuk resign sementara dari tempat kerjaku. Aku ingin menenangkan hatiku sejenak. Aku hendak berlibur sejenak untuk menata kembali perasaan galau-ku yang kian memuncak karena sensitivitasku makin meningkat dan bawahanku selalu menjadi korban omelan tidak jelas dariku.