Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pria Itu Menikahiku Demi Menutupi Kecenderungan Homoseksnya

1 Juni 2012   03:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:32 1830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Semuanya menjadi gamblang bagiku pada liburan Natal di tahun pertama pernikahan kami. Aku pulang ke rumah untuk Natalan bersama keluarga sekaligus mau menata kembali perasaanku yang sudah mulai kacau. Bang Kris tidak mau ikut karena ingin Natalan bersama keluarga besarnya. Aku pun berlibur di rumah orang tua. Namun setelah Hari Natal, aku merasakan hal yang aneh. Aku mempunyai perasaan yang tidak enak dengan Bang Kris. Karena itu, aku putuskan untuk segera setelah Natal balik kembali ke rumah kami."

"Tanpa memberitahu Bang Kris sebelumnya aku langsung pulang ke rumah di hari Natal yang kedua. Setelah masuk gerbang rumah, aku merasakan suasana rumah sepi, pintu dan jendela semuanya tertutup rapat. Kondisi halaman rumah masih seperti keadaan terakhir sebelum rumah kutinggalkan. Perlahan-lahan aku menuju teras  rumah dan memasukan kunci cadangan yang kubawa, sebab aku berpikir pasti Bang Kris tidur di rumah mertuaku. Ketika kunci rumah kucolokkan, terdengar bunyi gemerincing dan rupanya ada kunci yang masih menempel dari dalam rumah. Ternyata pintu belum terkunci. Aku pun langsung masuk ke dalam rumah. Rumah berantakan. Di ruang tamu berserakkan botol-botol minuman dan kulit-kulit kacang. Perlahan aku menuju kamar kerja Bang Kris, kemudian beranjak kamar tamu, tetapi tidak kutemukan Bang Kris di sana."

"Aku ke kamar tidur dan membuka pintu yang tertutup. Betapa terkejutnya aku melihat pemandangan di depan mataku. Bang Kris tidur sambil memeluk pria yang adalah asisten pribadi di kantornya dan keduanya dalam kondisi topless. Aku langsung membanting pintu dan mengambil tas serta memesan travel dan kembali ke rumah orang tuaku. Setelah masa liburan Natal berakhir, aku kembali ke rumah dengan luka yang menganga di hatiku. Aku telah bertekad untuk tidak akan mempedulikan Bang Kris lagi. Aku kembali dan mengajar seperti biasanya. Di rumah hubungan kami makin dingin dan tanpa komunikasi yang hangat."

"Suatu hari aku mengajaknya berbicara dan meluapkan semua unek-unek di hatiku termasuk peristiwa yang kusaksikan sendiri. Mau tahu apa yang dikatakan Bang Kris pada waktu itu? Dia mengatakan terus terang kepadaku bahwa ia sebenarnya pria homoseks. Ia hanya bisa merasa tertarik dengan seorang pria. Aku pun protes, kenapa dari sebelum pernikahan ia tidak mengatakannya secara jujur kepadaku, sehingga kami tidak perlu melanjutkan dengan sebuah janji suci yang takterceraikan kecuali oleh kematian di Altar Tuhan? Ia meminta maaf dan mengakui kesalahannya. Ia hanya mau menikahiku agar dianggap pria normal dan terhormat oleh keluarga besar dan rekan kerjanya. Ia menikahiku demi status agar dianggap normal oleh masyarakat di sekitar kami."

Degggg....aku pun kian terpekur dan diam seribu bahasa mendengarkan penuturannya. Ia terus bercerita sambil menangis, melap air mata dan ingus yang meleleh. Kubiarkan ia menumpahkan semuanya di hadapanku tanpa berusaha menyela sedikitpun perkataannya.

"Sejak saat itu, rumah tangga kami benar-benar bukan menjadi tangga menuju surga kebagiaan, tetapi tangga menuju neraka dan kematian. Keluarga yang kami bangun bukan lagi menjadi sebuah rumah tangga, tetapi menjadi rumah sakit yang berisikan dua orang sakit jiwa. Bang Kris terus dengan perselingkuhannya dengan pria asistennya. Sementara aku menjadi wanita yang meratapi nasibku tanpa daya untuk keluar dari belenggu Sakramen Pernikahan kami. Sebab sebagai orang Katolik yang taat, aku tahu bahwa pernikahan menurut Agama Katolik terjadi satu kali untuk selamanya, sampai maut memisahkan kami berdua. Karena itu, aku tidak pernah berniat sedikit pun untuk berselingkuh dengan pria lain, meskipun sebagai seorang wanita normal aku ingin dimanja dan mendapatkan pemuasan batin dari seorang pria juga. Namun, setelah berjalan 8 tahun, aku sudah tidak kuat lagi menanggung beban ini. Aku mau keluar dari belenggu penderitaanku. Aku mau cerai dari Bang Kris. Bagaimana jalan keluar untuk persoalan kami? Tolong beri aku sebuah jawaban meyakinkan karena aku sudah kehabisan akal dan sangat menderita lahir batin."

Sambil menyodorkan bungkusan tisue yang baru kepadanya. Aku berusaha menenangkan perasaan marah yang juga tersulut di dalam hati setelah mendengarkan kisah hidupnya. Aku marah kepada Kris karena telah berlaku tidak adil terhadap Maya, teman sepermainanku yang telah kuanggap seperti saudariku sendiri.

"Maya, aku turut merasakan apa yang kamu rasakan. Aku tahu betapa sulitnya menjalani kehidupan seperti yang kamu jalani, apalagi selama 8 tahun. Saya tidak mau mempersoalkan mengapa kamu tidak menceritakan persoalanmu sejak hari-hari sebelumnya. Namun, satu hal yang aku tahu, kamu tidak perlu mempertahankan pernikahanmu, jika apa yang kamu katakan itu apa adanya. Mengapa?"

"Sejauh yang aku tahu dan pahami dari Kitab Hukum Kanonik yang juga mengatur tentang Hukum Perkawinan Gereja Katolik, pernikahan seperti yang kalian berdua jalani adalah perkawinan tidak sah. Perkawinan Katolik menjadi Sah dan takterceraikan, kecualia oleh kematian, apabila kedua mempelai setelah peneguhan janji nikah di hadapan Tuhan dan disaksikan oleh imam dan seluruh umat (ratum) langsung disempurnakan dengan hubungan khas sebagai suami dan istri (consumatum). Jika tidak ada hubungan khas suami istri setelah pernikahan itu, maka pernikahan kalian berdua bisa dianulasi."

"Anulasi dalam perkawinan Katolik tidak sama dengan perceraian. Mengapa? Karena yang menjadi dasar dari perceraian adalah ketidakcocokan setelah pernikahan. Sedangkan dasar bagi sebuah tindakan anulasi dalam perkawinan Gereja Katolik adalah adanya indikasi cacat, pada saat sebelum melangsungkan janji nikah."

"Hal ini bisa diibaratkan dengan gol yang dianulir oleh wasit dalam sebuah pertandingan sepak bola. Semua mata penonton menyaksikan bahwa ada kenyataan terjadi sebuah gol dan bola benar-benar masuk ke gawang. Wasit utama juga telah membunyikan sempritnya sebagai tanda peneguhan gol yang telah terjadi. Namun, ternyata menurut hakim garis, ternyata pencetak gol memasukan bola dengan tangan kanannya dan bukan dengan sundulan kepalanya. Setelah mendengarkan penjelasan hakim garis, wasit utama memutuskan bahwa sesungguhnya tidak ada gol karena ada cacat ketika mencetak gol. Golnya dianulir karena ada cacat/pelanggaran dalam mencetak gol."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun