[caption id="attachment_178256" align="aligncenter" width="583" caption="Sungai Alami Membelah Pegunungan Sebelum Memasuki Kota Reo (dok.pribadi)"]
Mayoritas penduduk di Kota ini adalah pendatang dari Flores dan Bima yang beragama Katolik dan Islam. Kehidupan mereka sangat rukun dan toleran satu sama lain. Biasanya selalu saling terlibat sebagai panitia dalam ivent-ivent keagamaan dari salah satu pihak. Hal ini tampak dalam kepanitiaan perayaan Yubelium atau 100 tahun Gereja Katolik Manggarai yang saya ikuti pada tgl 18 Mei 2012 lalu. Yang menjadi anggota panitia adalah saudara-saudara dari Suku Bima yang beragama Islam. Demikian pun sebaliknya, jika ada sunatan massal atau perayaan besar umat Islam, umat Katolik selalu terlibat dalam kepanitiaan.
[caption id="attachment_178189" align="aligncenter" width="583" caption="Pertunjukan Tarian Perdamaian Diiringi Musik Kasidah Mengisi Perayaan Yubileum          Gereja Katolik Manggarai (Dok.Pribadi)"]
Yang menarik dari Kota Reo adalah pantai-pantainya yang masih perawan. Jarak Kota ke pantai laut Flores sekitar 500 meter. Pantainya berpasir putih dan masih sangat alami.Hampir tidak ada wisatawan yang kita temukan sedang berjemur di pantai, seperti di Bali. Jelas bahwa di Kota ini geliat pariwisatanya belum tampak.
[caption id="attachment_178258" align="aligncenter" width="583" caption="Panorama Sisi Kanan Pelabuhan Reo dengan Perahu Bercadik (dok.pribadi)"]
Setelah sehari mengikuti rangkai perayaan Yubileum Gereja Katolik Manggarai dan mengelilingi Kota Reo dan pantai-pantai sekitarnya, keeskokan harinya, Jumad, 18 Mei 2012, saya meluncur ke arah timur, menyusuri tepi pantai dan pegunungan menuju kota Kecamatan Pota. Ke luar dari Kota Reo, kita akan menemukan sebuah jembatan beton yang cukup panjang untuk menyebrangi Sungai Pesi yang bermuara di Laut Flores. Sungai ini biasanya menjadi pelabuhan bagi kapal-kapal penangkap ikan milik penduduk.
Perjalanan dari Reo menuju Pota sangat mengasikan karena jalur jalannya secara bergantian memasuki pegunungan-menyusuri lembah-sesekali menyurusi pantai Laut Flores. Kondisi jalan, setengahnya mulus dan setengahnya sampai di Pota masih dalam pelebaran dan pembenahan. Pantai-pantai sepanjang Reo-Pota juga tidak kalah indahnya dan umumnya berpasir putih khas pantai Laut Utara.
[caption id="attachment_178193" align="aligncenter" width="583" caption="Pantai Berpasir Putih di Kampung Dampek-Manggarai Timur (Dok.Pribadi)"]
Bapak kelurga di tempat saya menginap mengatakan: "jika belum ke Tonjong, anda belum sampai Pota." Saya pun penasaran ada apa sebenarnya di Tonjong sampai seolah menjadi ikon bagi Pota tersebut. Rupanya setelah menempuh perjalanan 10 menit ke luar perkambungan Pota, sejauh mata memandang kita akan menyaksikan sebuah panorama taman alam nan luas dengan bunga-bunga berwarna merah muda. Rupanya di sinilah tempat tumbuhnya lotus dengan batang yang besar dan tinggi serta berdaun lebar menyerupai keladi. Hamparan teratai ini pas lagi musimnya berbunga. Jelas ini tanaman Lotus yang berbeda dengan teratai, atau dalam nama ilmiah disebut Nelumbo Nucifera memiliki tubuh yang meninggi, tidak seperti Teratai yang melebar. Bunganya berwarna kuning, putih dan merah muda. Kelopak bunganya juga tidak sebanyak Teratai. Bentuk kelopak bunganya besar dan tidak bertumpuk-tumpuk saat mekar, bunganya akan tumbuh menjulang tinggi di atas tangkai. Sedangkan Teratai Teratai, yang memiliki nama ilmiahNymphaeamemiliki lebih banyak variasi warna bunga dari hasil persilangan. Kelopak bunganya banyak dan kecil bertumpuk-tumpuk. Saat mekar, diameter bunganya dapat mencapai 25 cm. Jadi yang tumbuh di rawa-rawa Tonjong-Pota merupakan Lotus.
[caption id="attachment_178201" align="aligncenter" width="583" caption="Hamparan Lotus Merah Muda di Tonjong, Pota, Flores, NTT (Dok.Pribadi)"]